Part 37

1.6K 89 11
                                    

Author Pov

Zee menghela nafas panjang ketika mendapati tempat tidur pie kosong, begitu ia akan keluar mencari Pie, ia berpapasan dengan suster yang membawa makanan dan obat obatan

"biar aku saja yang memberikannya padanya" suster itu dengan senang hati memberikan ke tangan zee, tapi zee hanya tersenyum seperlunya, ia sedang tidak berminat untuk tebar pesona kemana mana meskipun suster itu jelas jelas tersenyum menggodanya, yang ada di pikirannya hanya memulihkan kondisi Pie secepatnya

Zee mengedarkan pandangannya, ia tersenyum lega ketika menemukan sosok yang ia cari, ada banyak pasien yang berkeliaran dan diawasi oleh penjaga ataupun suster, tak banyak keluarga pasien yang datang menemani, hanya Zee yang meminta Izin secara khusus pada pihak rumah sakit untuk mendampingi Pie, bahkan ia tidak peduli ketika Dokter mengatakan butuh waktu yang sangat lama untuk memulihkan kondisi kejiwaan pie, jika mereka tak kunjung menemukan Kim.

"hei, kenapa tak menungguku untuk jalan keluar??" zee bertanya sambil meletakkan nampan yang berisi makanan dan obat obatan di sampingnya, ia menghela nafas tertahan mengamati wajah pie yang semakin tirus dari hari ke hari

Pie hanya diam tak menjawab, ia tercenung, masih dengan tatapan kosongnya memandang kolam ikan di depannya, seolah tak menyadari keberadaan zee yang kini melihatnya dengan mata yang berlinang

"ku mohon pie, jangan menyiksaku seperti ini" lirih ia berucap, kemudian zee memeluk pie dari samping, menyembunyikan mukanya di punggung pie, hatinya kelu, tubuh pie semakin ringkih saja

Sementara Pie masih diam tak bergeming, tapi air matanya jatuh begitu saja tanpa suara, tanpa isakan

....................................

"bagaimana keadaannya??" Sena mengusap lembut punggung zee yang duduk di kursi di tepi tempat tidur pie

Zee kemudian berbalik, memeluk sena, menyembunyikan tangisnya di perut kekasihnya itu

Sena kehilangan kata katanya, yang ia lakukan hanyalah mendekap kepala zee lebih erat sambil menghela nafas berat

"ia baru saja tertidur" ucap zee, masih dalam pelukan sena

"tanganmu??" Sena menyadari ada perban di lengan Zee

"tak apa, hanya goresan kecil saja" ucapnya lagi, itu bukan goresan, itu jelas jelas luka, tak mungkin tak dalam jika sampai di perban seperti itu

Sena hanya menghela nafas Berat, Zee yang menentang dengan keras Pie diperlakukan seperti orang gila, bahkan ketika Pie mengamuk, ia dengan cepat mendekap Pie dengan erat sampai Pie lelah dan tenang sendiri, meskipun tubuhnya lebam lebam dan bahkan terkadang luka oleh benda yang sempat diraih pie dan dilemparkan padanya, ia tetap mendekati pie untuk menenangkannya

"suntikan lagi??" zee mengangguk pelan, melepaskan pelukannya, lalu mengusap sudut matanya

Zee melangkah kearah sofa, menyandarkan punggungnya, matanya tak lepas dari tubuh pie yang tertidur pulas akibat obat penenang

Sena duduk di sebelah zee, memegang wajah zee dengan kedua tangannya, mereka berbicara lewat tatapan mata, sena tersenyum, zee balas tersenyum lemah sambil mencium kening sena

"Terimakasih" lirihnya pelan, ia mengusap pipi sena dengan lembut dengan ibu jarinya

Sena mengecup bibir Zee dengan lembut, ia benar benar sangat mencintai manusia yang dulu dianggapnya tak bisa berkomitment itu, tapi melihatnya sangat menghkawatirkan kondisi pie, Sena bersyukur memilikinya

"kau tidurlah sebentar, aku akan menjaganya" sena membawa kepala zee kedalam pangkuannya, zee hanya menurut dan merebahkan badannya, ia memejamkan matanya menikmati belaian tangan sena yang memijit lembut kepalanya

"Kimm...." Pie mengerang pelan dalam tidur pulasnya, hampir setiap malam ia menyebut nama Kim dalam tidurnya

Dada sena sesak melihat kondisi Pie yang...........ahhh, entahlah, Luka sayatan di tangan pie memang telah lama mengering dan hampir sembuh sekarang, tapi ternyata ada luka yang terlalu dalam melukai jiwa pie

Bahkan sampai sekarang sena masih berusaha menyusun potongan demi potongan kecil puzzle kenapa Pie sampai menjadi pasien rumah sakit jiwa ini, Zee tak menceritakan secara utuh padanya, Zee hanya menceritakan mengenai pengumuman pertunangan itu dan Kim yang meninggalkan ruangan dengan muka pasi, Senapun tak berani bertanya lebih banyak

Bahkan diam diam ia pun ikut mencari cari informasi keberadaan Kim yang menghilang secara misterius bagaikan di telan bumi setelah malam itu

Ia mengecup kening Zee yang mendengkur halus di pangkuannya, lalu berbisik lirih

"kau tau Zee, bisa jadi yang terbaring disana adalah aku, jika kejadian yang sama menimpaku"

..........................................

KIM PIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang