Part 24

3.4K 148 55
                                    

Kim Pov

"kau meninggalkanku pie" ujarku pelan, aku tak percaya ini

"tidak kim, bukan seperti itu" jawabnya dengan suara bergetar, kumohon pie jangan menangis di depanku

"aku butuh waktu untuk sendiri pie" ucapku lalu keluar, aku menutup pintu dengan keras lalu bersandar disana

Aku melangkah saat kudengar ia terisak di dalam, dadaku sakit mendengarnya menangis seperti itu, tapi hatiku lebih dari sakit, aku benar benar butuh waktu untuk sendiri

"oiiiii kim kau tidak sarapankah??...., lho?? Pie mana???" zee menyapaku saat keluar dari lift, aku hanya menatapnya sambil menghela nafas berat lalu berlalu tak menghiraukan panggilannya

Pagi itu pantai masih sepi, aku berlari sekencang kencangnya berharap sesak didadaku segera menghilang

"aaaaaaarrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhhhhh" percuma, dadaku semakin sesak, sakit, lalu berlutut dengan nafas memburu membiarkan ombak menggapai lututku

Hhhhhhhh,... kumohon pie, jangan tinggalkan aku, aku membutuhkanmu........aku terdiam disana, memandang kosong lautan

"huuuffftttt,........ternyata kau disini, hampir saja aku menelp tim SAR untuk mencarimu kim" zee sudah duduk di sebelahku, aku hanya diam saat ia merangkulkan tangannya di bahuku

"aku tak bermaksud mencampuri urusanmu, tapi kau tidak bisa seperti ini teman" ujarnya hati hati

"aku hanya butuh waktu untuk sendiri zee" ujarku menerawang menatap laut lepas

"tapi dia lebih membutuhkanmu"

"kau benar benar berpikir dia membutuhkanku???" aku menepis tangannya dari bahuku dengan kasar lalu membuang muka, aku mendengarnya menghela nafas berat

"aku mengenalnya dengan baik kim, aku........"

"yaaaa, dan aku tidak" potongku cepat menatapnya tajam, kepalaku sakit, dadaku sesak

"hhhhhhh.....aku mengenalnya dari aku membuka mata kim, sejauh ini ia tak pernah membuatku kecewa, ia selalu punya alasan kuat untuk setiap keputusan yang dibuatnya"

"yaaa, keputusan untuk hidupnya sendiri maksudmu???" ujarku sinis

"aku bahkan tak tau rencana ini sebelumnya, lalu tiba tiba tanpa beban ia mengatakan hal ini padaku, apa kau masih berpikir ia membutuhkanku HAH??" lanjutku terus menatapnya tajam

"kau sudah mendengarkan penjelasannya??" ujarnya pelan

"sudah cukup jelas bagiku" sanggahku singkat, aku mendengarnya menghela nafas lalu berdiri

"tenangkan dulu dirimu kim, aku tak bisa bicara dengan orang yang otaknya sedang kacau" aku tidak tau kenapa, darahku mendidih mendengar nya berkata seperti itu

"apa kau bilang??" aku ikut berdiri dengan tergesa lalu mengcengkram kerah bajunya kuat

"otakmu kacau" ulangnya menatapku tajam kata katanya penuh penekanan

BUK.....aku melihatnya tersungkur jatuh saat tinjuku telak mengenai rahangnya, aku kembali mengcengram bajunya, memaksanya untuk berdiri menghiraukan denyutan di tanganku

Aku melihatnya tersenyum, sambil menghapus darah yang keluar dari ujung bibirnya, tanganku masih mengcengkram krah bajunya dengan kuat

"pernahkah kau tau ia menangis membelamu di hadapan orang tuanya???"

Genggamanku mengendur, menatapnya tak percaya, kapan???

"pernahkah kau tau?? Bagaimana khawatirnya ia saat kau tak sadarkan diri??"

KIM PIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang