Chapter 12

465 57 1
                                    

Hari mencuci. Semua sudah ada di depan pondok, berbaris horizontal dengan urutan dari yang paling tua ke yang paling muda. Namjoon tidak ada di barisan. Dia digantikan oleh Sena karena tangannya sedang luka. Ini masih belum seminggu sejak mereka datang ke tempat itu. Tapi Jungkook sudah meminta detergen lagi karena bungkus detergennya tak sengaja jatuh ke air.

"Lain kali berhati-hatilah," kata Sena sembari menyerahkan sebungkus kecil berisi bubuk berwarna putih beraroma bunga.

"Yaa, kenapa harus kau yang mencuci milik Namjoon hyung? Waktu itu aku masih sakit dan kau memaksaku untuk mencuci," protes Taehyung setelah dia sadar sesuatu.

"Itu karena lukamu tidak di tangan, jadi tidak ada alasan untukmu tidak mencuci," balas Sena cuek sambil mengisi timba berisi baju-baju kotor Namjoon dengan air.

"Itu namanya pilih kasih. Sekarang siapa yang egois di sini?"

"Di awal bukankah sudah kubilang kalau raja di sini adalah aku? Kau berani melawan raja?"

Taehyung mengerucutkan bibirnya. Tsk, mau bagaimana lagi, ya sudahlah.

"Akh!"

Semuanya menoleh ke asal suara. Jimin tampak kesakitan sambil memegangi tangannya yang kemarin terluka karena terkena pecahan kaca. Sena yang ada di sampingnya lekas menarik tangan si pangeran nomor 5.

"Lukamu masih belum sembuh," ucapnya sembari membersihkan tangan Jimin yang sudah terkena deterjen itu dengan air bersih.

"Kau istirahatlah, biar aku yang mencucikan milikmu," katanya sambil menunjuk pondok, memberikan isyarat pada Jimin untuk bergabung dengan Namjoon di sana.

Tapi Jimin menarik tangannya paksa. "Tidak usah, aku masih bisa."

"Andwae. Tanganmu akan makin parah kalau terkena deterjen. Beristirahatlah. Ppali."

Perintah yang terkesan tak terbantahkan itu membuat Jimin menyerah untuk keras kepala. Dia pun segera beranjak memasuki pondok seperti yang disuruh. Menemui Namjoon yang sedang berbaring di kamar tanpa melakukan apa pun.

"Kenapa kau ke sini?"

Jimin pun duduk di sebelah hyung-nya, menyandarkan punggung pada dinding kayu. "Gadis itu menyuruhku beristirahat."

"Wae?"

Jimin memperlihatkan luka jarinya yang makin parah ke hadapan Namjoon.

"Dan si jabrik itu yang menggantikanmu mencuci?"

Jimin mengangguk.

"Good job. Temani aku di sini. Aku sudah bosan sekali hanya begini sendirian."

"Haruskah aku percaya kata-katamu? Kau pasti sangat terganggu karena aku datang 'kan? Sudah sampai mana khayalanmu tentang gadis seksi, Hyung?"

"Sudah sampai Sena."

"Ne?"

Namjoon tersenyum tipis. "Aneh ya menyebut namanya."

"Tidak, aku hanya aneh karena kau menyebut dia gadis seksi."

Namjoon terkikik. "Dia memang seksi."

"Mungkin terlalu lama di sini membuat otakmu sedikit miring, Hyung. Dari sisi mana dia bisa disebut seksi."

"Her brain. Dia punya otak yang sangat seksi. Mungkin kalau badannya juga seksi, bisa jadi aku akan menikahinya."

"Sinting," gumam Jimin sambil memperhatikan luka tangannya sendiri. Kemarin luka ini hanya diberi obat merah, itu pun asal-asalan. Lalu dia tidur, dan begitu bangun tahu-tahu jarinya itu sudah penuh dengan semut. Dan tadi lukanya terkena deterjen. Bagus, mungkin luka ini tidak akan pernah sembuh untuk waktu yang singkat.

Freak Hwarang [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang