"Ya, jadi mereka adalah pangeran yang ... oh? Jimin?" Kalimat Sena langsung forced end begitu dilihatnya Jimin muncul. Pedagang Ro yang semula menatap wajah Sena lekat-lekat otomatis menoleh.
Jimin menatap pedagang Ro sebentar sebelum kemudian menatap Sena. "Aku datang untuk membantu."
Sena mengernyit. "Tumben. Tapi ya sudahlah. Kebetulan kau datang. Sekarang bantu kami memindahkan beberapa keranjang ini ke mobil pedagang Ro."
Pria bernama Ro itu tersenyum saat dia dan Jimin tak sengaja saling bertemu pandang. Jimin membuang pandangan dengan tak acuh, lalu melaksanakan tugas yang diberikan padanya.
"...ah ... namanya Jimin. Dia pangeran nomor lima. Kalau menurutku sih, dia ini jauh lebih normal dari saudara-saudaranya. Lihat, dia bahkan punya punggung yang kuat."
Jimin meringis pelan ketika punggungnya dipukul kuat oleh Sena. Dia melotot, tapi hanya sebentar karena setelah itu dia harus mengangkat satu keranjang lagi.
"Masih ada yang lain?" tanyanya begitu kembali.
Sena pun menggeleng sambil tersenyum. "Sudah selesai. Kau boleh bergabung dengan saudara-saudaramu sekarang."
"Ani, aku akan di sini sampai dia pergi," balasnya cepat sambil duduk di atas tumpukan jerami yang ada di sebelah Sena. Sena menatapnya sebentar, lalu menggendikkan bahu tak peduli.
Jimin terus memperhatikan dua manusia di depannya yang terus saja mengobrol santai. Mereka terlihat begitu dekat. Sudah seperti sahabat ... ah tidak ... bahkan mereka terlihat seperti sepasang kekasih dilihat dari bagaimana tatapan Sena saat pedagang Ro bicara. Mungkin pedagang Ro menyadari tatapan Jimin sehingga pria itu pun menoleh dan tersenyum. Dia langsung membuang pandangan sambil mencibir. Entah kenapa dia benci sekali pada orang itu.
"Ya sudah kalau begitu. Minggu depan aku akan kembali lagi, akan kubawakan ikan yang banyak untukmu."
"Jinjja?" Mata Sena berbinar. "Awas kalau kau berbohong, Oppa."
Pedagang Ro tertawa renyah. "Kapan aku pernah berbohong padamu? Kalau begitu aku pergi ya."
Di saat mereka berdua akan berpelukan, tiba-tiba Jimin sudah berdiri di antara mereka. "Ya sampai jumpa. Jangan pernah kembali lagi ke sini."
"Hei, kau ini bicara apa?" Sena memukul bahu Jimin sampai pangeran ke-5 itu meringis pelan.
Tapi pedagang Ro hanya tersenyum. "Oke, sampai jumpa minggu depan Sena dan Jiminie."
Jimin melotot mendengar namanya.
Begitu pedagang Ro beserta mobil box klasiknya meninggalkan kediaman Sena, Jimin pun mendapat hadiah berupa jeweran. Pria itu menjerit karena terkejut. Sena baru melepaskannya begitu telinga Jimin berubah warna.
"Dasar perusak suasana! Gara-gara kau aku tidak bisa memeluknya! Argh! Kau ini ... ish!"
Jimin balik menatapnya kesal. "Seharusnya kau ini berterima kasih padaku."
"Buat apa aku berterima kasih padamu?" balas Sena dua kali lebih kesal.
"Dia itu aneh. Bagaimana bisa kau memeluk orang sepertinya?!" Nada bicara Jimin naik satu oktaf.
"Aneh? Yaa, yang kelihatan jauh lebih aneh di sini adalah kau, Park mochi! Aku bahkan lebih dulu mengenalnya daripada mengenalmu. Apa salahnya aku memeluknya?!"
"Tentu saja salah! Dia itu namja! Dan kau adalah yeoja! Bagaimana kalau dia berbuat yang tidak-tidak padamu?!"
"Memang itu urusanmu?! Aku punya banyak wolfdog, jadi dia tidak akan berani menyentuhku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Hwarang [completed]
FanfictionKetika kau diberi pilihan; kekuasaan, persaudaraan atau cinta?