Chapter 20

450 62 1
                                    

Yoongi menebas semua hal yang menutupi jalannya. Tanpa lelah dia terus memanggil nama Sena, Namjoon, Jungkook dan Seokjin yang sampai saat ini belum tahu di mana hidungnya. Ia tidak peduli dengan kakinya yang rasanya makin lama makin sulit saja dibuat berjalan. Karena yang terpenting sekarang baginya hanyalah keberadaan mereka.

Kerja kerasnya itu akhirnya membuahkan hasil.

Di saat tenggorokkannya sudah sangat kering, dengan kaki yang benar-benar kaku untuk digerakkan.

Akhirnya dia menemukan batang hidung Sena.

Hampir saja air matanya jatuh.

Tanpa peduli siapa yang memeluk gadis itu, dia langsung mengerahkan sisa tenaganya untuk menghampiri mereka.

Senyumnya langsung merekah lebar dengan mata berkaca-kaca. Sekali lagi dia tidak peduli dengan pria yang ada di samping Sena –yang sedang menatapnya takjub. Dia hanya peduli pada Sena yang sedang tertidur di bahu pria itu.

Tanpa banyak bicara lagi dia langsung duduk di depan mereka dan memeluk Sena dengan erat.

Air matanya lolos tanpa sadar saat dia berkedip.

Tubuh kecil itu menggeliat tak nyaman di pelukannya.

Kemudian sesuatu mendorongnya untuk bersitatap dengan gadis itu.

"Yoongi?" seru Sena dengan mata setengah terpejam. Dia pun meraba-raba wajah Yoongi untuk memastikan apakah benar kalau orang di depannya ini benar-benar orang yang disebut namanya barusan.

.

.

.

"YOONGI?!"

Yoongi mengangguk pelan. Dia menangkup wajah putih Sena dengan kedua tangannya yang besar, kemudian memajukan wajahnya untuk mengecup lama kening gadis itu.

Sena membelalak tak percaya dengan apa yang dilakukan Yoongi.

Pria itu menarik wajahnya lagi. Memberi senyum terbaiknya dan....

BRUK!

"YOONGI!!"

--

Pagi menjelang. Seokjin membuka matanya di hari itu setelah mendengar suara keluhan di sebelahnya. Dia mengucek matanya sebentar, lalu menoleh pada seseorang di sebelahnya. Itu Jeon Jungkook. Tapi ada yang aneh. Jungkook berbaring membelakanginya dengan posisi meringkuk dan terus mengeluarkan suara-suara seperti orang kesakitan. Ia pun buru-buru duduk, dan menarik bahu Jungkook untuk berbalik ke arahnya.

Bibirnya menganga lebar begitu dia melihat ruam-ruam di beberapa titik di tubuh Jungkook. Juga Jungkook yang tampak pucat pasi dengan bulir-bulir keringat di wajahnya. Bahkan pangeran bungsu itu menggigil.

"Jungkook-a ... a-ada apa denganmu?"

Jungkook membuka matanya perlahan. Menatap Seokjin sebentar. Tiba-tiba meraih tangan Seokjin dan mencengkramnya kuat. "Hyung ... hiks ... sakit ... sakit sekali...."

Seokjin secara otomatis menepis tangan Jungkook. Dia mulai takut. Tangan Jungkook dingin sekali, seperti tidak ada aliran darah di tubuhnya. Dia bergerak mundur saat pangeran termuda itu ingin meraihnya lagi.

Jungkook sendiri mulai menangis begitu melihat hyung-nya ketakutan. Dia menarik tangannya lagi. Kembali memeluk tubuhnya sendiri yang panas sekaligus dingin dalam waktu yang sama.

"Aku akan mati ... aku akan mati...."

Seokjin pun mendapatkan kembali kesadarannya. Dia langsung menggeleng dan mendekati Jungkook lagi. Menangkup pipi Jungkook yang sangat panas. "Tidak, kau tidak akan mati, Jungkook-a. Kaja, kita kembali ke pondok sekarang."

Freak Hwarang [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang