Chapter 3

757 69 8
                                    

Ketujuh pangeran itu melakukan tugasnya dengan cukup baik. Masih 'cukup baik' bukan sangat baik. Karena apa? Namjoon telah berhasil merusak satu pohon cabai.

"Dia sangat sulit ditarik. Jadi aku tidak sengaja menariknya terlalu keras." Begitulah alasan Namjoon ketika Sena menatapnya sambil berkacak pinggang.

"Ini peringatan pertamamu, mengerti? Kalau kau mengulanginya lagi, jangan harap aku akan memberimu makan."

"Apa sulitnya sih memaafkan," gumam pria itu sambil menggaruk tengkuk.

"Baiklah, kali ini kumaafkan."

Senyum lesung pipi pun merekah di wajah telur Namjoon. "Nah begitu."

"Sebagai gantinya, kau tidak boleh ikut memakan buah-buahan ini."

Belum semenit, senyum itu lenyap. "Itu tidak adil!!"

Sena mengibaskan tangannya. Menghampiri enam pangeran yang sedang lahap memakan beberapa strawberry, pisang dan anggur yang barusan dipanennya, ikut bergabung dengan mereka.

"Kalian tidak bisa mengambil semaunya, hei para pria malas," ujarnya. "Setengahnya akan kujual pada pedagang Ro."

"Kenapa dijual?" celetuk Hoseok. Dia adalah satu-satunya yang paling rusuh saat memanen tadi. Berteriak, berlompatan ke sana kemari, hanya gara-gara satu ekor ulat saja.

"Lalu bagaimana aku harus hidup, bodoh. Kalian mau hanya makan buah-buahan ini selamanya?"

"Wah ... dia menyebutmu bodoh, Seok-a. Hajar dia, hajar." Yoongi mendadak berubah menjadi provokator. Sejak tadi dia banyak makan pisang daripada buah lainnya.

Hoseok yang juga kesal langsung melempari Sena dengan kulit pisang. "Perhatikan siapa orang yang kau sebut bodoh itu, sekiya."

Sena tidak ambil pusing. Setelah menghabiskan satu pisang dan dua strawberry, ia pun segera menutup wadah buah-buahan itu dan mendorongnya menjauh dari mereka. Seokjin melotot kesal.

"Hei hei, siapa suruh kau menjauhkan mereka dariku?!"

"Waktu sarapan sudah selesai, Sulung. Sekarang kalian harus pergi ke kandang."

"Beraninya memerintah kami. Nanti kalau kami sudah kembali ke istana, akan kujebloskan kau ke penjara," celetuk Namjoon yang sudah kesal tingkat dewa dengan perlakuan Sena yang seenaknya.

"Ya lakukan saja." Sena menggendikkan bahu. "Toh sekarang kalian 'menumpang' tinggal di rumahku, makan dari kebunku, buang air di kamar mandiku. Kalau kalian tidak mau kuatur ya sudah. Keluar dari rumahku, cari makan sendiri dan buang air lah di tempat lain!"

Gadis itu mendengus, menaikkan sendiri keranjang-keranjang berisi hasil panen ke atas kereta tarik. Keranjang-keranjang itu tidaklah ringan, minimal beratnya saja 10 kg. Tapi Sena sedikitpun tidak tampak kesulitan. Memakai kaos lengan pendek justru memperlihatkan seberapa kuat otot tangannya mengangkat keranjang-keranjang itu. Setelah selesai, ia pun menarik kereta itu ke sebuah gudang penyimpanan yang berdiri tepat di sebelah kiri area kebun. Tidak sampai masuk, hanya dibiarkan berada di luar, di bawah perlindungan atap depan. Mengambil napas sejenak, gadis itu pun kembali pada ketujuh pangeran tersebut.

"Baiklah, sekarang untuk kandang. Akan kubagi tugas kalian dalam lima kandang. Kalian lihat di sana?" Sena menunjuk arah tenggara kebun. "Di sana ada kandang kambing dan domba, yang sengaja kuletakkan di satu tempat. Lihat, bulu para domba itu sudah terlalu banyak. Jadi kalian yang mendapat tugas kandang itu, selain harus membersihkan kotorannya, kalian juga harus mencukur bulu para domba. Oh ya, jangan lupa, kotorannya jangan dibuang sembarangan. Kumpulkan mereka dalam karung-karung yang tersedia di sana. Itu akan berguna untuk pupuk tanaman-tanaman di sini."

Freak Hwarang [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang