Chapter 19

457 61 3
                                    

Sena tetap melanjutkan tujuannya berburu rusa meskipun tangannya terluka. Namjoon setia berada di sampingnya, menerangi jalan mereka dengan kantung kunang-kunang yang dibawanya.

Entah sudah berapa lama mereka berputar-putar di hutan ini. Namjoon tidak bisa memastikan. Yang bisa dia sadari, semakin lama udara semakin dingin dan langit pun makin gelap.

Namjoon pun lekas menarik tangan Sena sebelum gadis itu membuka jalan baru.

"Aku lelah. Bisakah kita beristirahat sebentar?"

Tanpa pikir panjang Sena langsung mengangguk. Giliran dia yang menarik tangan Namjoon untuk mengikutinya ke area yang lebih lapang.

"Tanganmu baik-baik saja?" tanya Namjoon setelah mereka duduk.

"Eum. Ini tidak sesakit yang kau lihat," jawab Sena dusta. Siapa bilang tidak sakit? Cakaran hewan itu sangat dalam sampai terasa hingga ke tulangnya. Dia hanya tidak mau membuat Namjoon menjadi cemas jadi dia pun berbohong.

Tapi sayangnya Namjoon tidak mudah dibohongi.

Dia mengeluarkan bandana yang sengaja dibawanya dari pondok, lalu mengikatkannya ke lengan Sena yang terluka. "Jangan berpura-pura kuat. Kalau sakit bilang saja. Aku tidak akan memukulmu meskipun kau menangis juga."

Sena memandangi lengannya yang sudah dibebat oleh kain bandana. Kemudian berpaling pada satu-satunya orang yang terus bersamanya sejak tadi.

Namjoon sedang berusaha untuk tidur sebentar. Dia sudah sangat lelah seharian ini dan yang dibutuhkannya sekarang hanyalah tidur sejenak.

Tapi usahanya untuk tidur terusik saat sesuatu memeluknya dengan erat.

Perlahan namun pasti, dia pun mengangkat kelopak matanya.

Terkejut untuk kedua kalinya saat sesuatu menempel di pipinya.

Kedua alisnya terangkat, menatap gadis di sampingnya yang sedang menatapnya sambil tersenyum lembut.

"Gomawo, Oppa."

"Um? Untuk apa?" tanyanya bingung.

"Untuk semuanya."

Namjoon masih tak mengerti. Apakah ucapan terima kasih harus dilakukan sambil memeluk dan mencium? Lalu, apa maksudnya mengucapkan terima kasih? Dia tidak melakukan apa pun, justru Sena lah yang telah melakukan banyak hal untuk dia dan saudara-saudaranya.

Tapi tidak bisa dia pungkiri bahwa pelukan dan kecupan Sena barusan berhasil menciptakan sensasi aneh di perutnya. Diusapnya lengan Sena yang dingin.

"Tanganmu dingin."

Gadis itu hanya tersenyum sambil meletakkan kepala di bahunya.

"Harusnya kau beli baju yang berlengan panjang. Bagaimana kalau kau masuk angin, hm?"

Sena memekik geli saat salah satu lengan Namjoon melingkari pinggangnya. Tapi dia tetap bergeming.

"Kau tidak takut padaku? Bagaimana kalau aku melakukan apa yang dilakukan Ro padamu dulu?"

Sena tidak protes ketika Namjoon mengusap kepalanya, lalu bergerak turun leher, lalu ke bahu, turun lagi ke lengan sampai berhenti di jari-jarinya. Membangkitkan sensasi aneh pula di perutnya.

"Aku percaya padamu, Oppa. Aku yakin kau tidak akan melakukan itu."

Namjoon tersenyum tipis. Menggunakan jarinya untuk mengangkat dagu Sena. Saling bertatapan sebentar, sebelum dikecupnya lembut bibir pucat gadis itu.

Freak Hwarang [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang