Seokjin dan Jungkook terdampar ke danau. Seperti yang lain, mereka juga berlarian tanpa peduli arah. Herder mereka lah yang memberi petunjuk jalan.
Lelah berlarian, Seokjin pun mengajak Jungkook dan Herder mereka untuk duduk di tepi danau.
"Hyung, kita di mana?" tanya Jungkook begitu mereka duduk, menghadap hamparan air danau yang memantulkan cahaya bulan.
"Aku juga tidak tahu," jawabnya sembari mengusap kepala anjing tersebut. Anjing itu berkelit, berlarian kecil mendekati danau untuk minum, lalu kembali lagi di sebelah Seokjin.
"Bagaimana kabar yang lain? Aku takut kalau terjadi apa-apa dengan mereka." Jungkook memeluk kakinya yang tertekuk. Matanya menatap lurus pada air danau, tapi pikirannya tidak di sana. Masih terbayang siluet monster mengerikan yang hampir saja menyerang Sena tadi. Dia takut kalau monster itu masih hidup dan mengejar yang lain.
"Kita hanya bisa berdoa untuk keselamatan mereka, Maknae. Toh kita juga tidak dalam keadaan yang aman."
Angin berhembus pelan, membuat tubuh Jungkook menggigil kedinginan. "Aku takut, Hyung. Bagaimana kalau nanti kita mati di sini? Aku tidak mau. Aku masih ingin bermain game lagi."
Seokjin menoleh. Menatap sebagian wajah Jungkook dengan perasaan bercampur aduk. Dia tahu kalau mereka terdampar di sini bukan karena dia. Dia juga tahu kalau Jungkook ketakutan dan mulai menghawatirkan hal semacam itu bukan karena dirinya. Tapi, mendengar pangeran termuda di kerajaan mereka bicara begitu, dia tidak bisa tidak menyalahkan dirinya sendiri. Dia tidak mau membiarkan Jungkook mati di usia semuda itu.
Jungkook menoleh saat sebuah lengan merangkul pundaknya.
"Jin hyung...."
Seokjin mengelus lembut rambut Jungkook. "Kau tidak perlu khawatirkan apa pun, Kook-a. Hyung akan menjagamu. Hyung tidak akan membiarkanmu mati sekarang. Kita akan hidup sampai tua."
Jungkook menggigit bibir bagian bawahnya yang mulai bergetar. "Hyung...."
Seokjin tersenyum. "Kita akan kembali dengan selamat, Kook-a. Percayalah pada hyung."
--
Melihat pondok yang sudah ada di depan mata, Yoongi tiba-tiba jatuh lunglai. Hoseok yang berlari bersamanya reflek berhenti.
"HYUNG!"
"Hyung! Kau baik-baik saja?"
Yoongi yang benar-benar kehilangan kekuatan di bagian kaki hanya mengangguk. Dia bisa melihat kedua mata Hoseok yang mulai berkaca-kaca. Pasti Hoseok ketakutan sejak mereka lari tadi. Ia pun tersenyum. "Aku baik-baik saja, Seok-a."
Hoseok menyeka pipinya kasar, dimana air matanya tiba-tiba mengalir begitu saja. "Kau mengagetkanku, Hyung. Kupikir kau ... kau...."
Yoongi menepuk pundak Hoseok pelan. "Aku baik-baik saja. Sudah sudah."
Hoseok ikut duduk di sebelahnya. Berusaha menenangkan detak jantungnya yang masih menggebu-gebu serta matanya yang tidak berhenti mengeluarkan air.
Meskipun Yoongi suka sekali usil pada Hoseok, tapi bukan berarti Hoseok membencinya. Yoongi adalah hyung-nya yang lain setelah Seokjin. Selain Namjoon, dia juga dekat dengan Yoongi sejak kecil. Yoongi sudah seperti hyung kandungnya sendiri. Pria itu sangat perhatian padanya, meski yah ... tidak jarang juga perhatian itu diungkapkan dengan kata-kata yang menyakiti hati dan membuatnya kesal.
Sebenarnya dia masih sebal pada Yoongi soal tadi pagi saat mereka memupuk. Yoongi menemukan ulat berkaki seribu entah dari mana yang dengan seenaknya disimpan di depannya. Bagaimana tidak histeris?
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Hwarang [completed]
FanfictionKetika kau diberi pilihan; kekuasaan, persaudaraan atau cinta?