17. Latar belakang Alan 🎭

48 7 0
                                    

Sudah bermuka dua, dua-duanya Jelek lagi. Gak malu sama yang suka cari muka?

^^^^^

"Pacar?" tanya Devana.

Velio mengernyitkan sebelah alisnya melihat Devana yang terdiam.

Bella dan Bisma mengajak Vana kembali ke kelas dan meninggalkan Velio begitu saja.

"Udah ayo balik curut.. Dasar lo!!" paksa Bisma.

Setelah istirahat selesai, mereka memulai Pelajaran kembali hingga jam pulang Berdering.

Sedari tadi, Devana hanya merengut memikirkan hal yang diucapkan Velio bahwa Davina ialah Pacarnya.

Ia menyendiri di Danau dekat sekolahnya, karena percuma baginya untuk pulang.

Devana berlutut dan memejamkan mata di keheningan Danau itu.

Yang dirasakan hanya Kecewa tanpa kepastian.

*****

Alan pov

Sepulang sekolah, Alan dikejutkan dengan kehadiran Ayahnya, yang sudah lama tidak pulang kembali.

Alan yang begitu kaget melihat ayahnya dengan perubahan begitu drastis.

Dulu orang yang sangat berwibawa. Akan tetapi, sekarang terlihat seperti orang tak dikenal.

Berpakaian tanpa jas, memakai selop, dan kumis yang tumbuh didagunya.

Ia datang bersama seorang laki-laki yang tak jauh dari umur Alan, dengan wajah bule.

Sudah lama, Alan sangat benci pada Ayahnya, ia merasa terganggu atas kehadiran ayahnya kembali.

"Alan.. Rupanya kamu sudah besar!" eja pria yang sedikit sulit berbicara bahasa indonesia.

Sedangkan laki-laki yang berusia tak jauh dari Alan tadi seenaknya menggeletakkan koper dan berbaring diatas sofa.

"Untuk apa lo kesini?" tanya Alan tak ikhlas. Ayah Alan hanya diam.

"Siapa cowok gak sopan ini?" lanjut Alan.

"Ee.. Oh ya perkenalkan ini adikmu namanya Arnold" ujar Ayah Alan.

"Adik? Memangnya adik dari siapa? Papa gue udah gak ada.. Mama sudah meninggal dan gue GAK merasa punya adik !" ketus Alan.

Ayah Alan kaget dengan sikap anaknya. Memang, ia bersalah karena meninggalkan Alan sejak ia kecil. Tapi mengapa Alan menjadi anak berandal seperti ini.

"Santai aja kalau kamu ngomong!" sahut Arnold.

"Aku ini Herman Ayah mu Lan!" ucap Herman ayah Alan.

"Gue gak kenal kalian. Mending KELUAR dari sini!!" Alan menunjuk pintu agar mereka pergi.

"Lan, Papa barusan datang. Jangan diusir. Gak sopan!" bantah Herman.

"Kalau mau datang kenapa gak dari dulu saat Mama butuh pertolongan Papa! Hah?" bentak Alan.

"Papa khilaf Lan, Papa akan memperbaiki semua!"

Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang