31. Why? 🎭

42 4 0
                                    

Velio POV

Sudah tidak dapat kubendung lagi air mataku, semua telah hancur melihat Davina yang terbaring lemah dalam keadaan seperti ini.

"Davina tidak mungkin hidup lebih lama lagi" suara Jose pada saat itu terus terlintas difikiranku.

Pacar mana yang tega melihat kekasihnya akan meninggalkannya?

Sementara aku masih terlalu sayang pada Davina. Ini memang sangat tidak diduga. Kenapa aku baru tau? Pacar macam apa aku ini?

Sejak kemarin aku tidak pulang, aku terus menunggu Davina bangun. Aku yakin itu, dia pasti akan bangun.

Meskipun kak Daniel melarangku terutama Zaki yang ucapannya sangat pedas karena menghinaku sebagai pacar yang tidak becus. Memang benar.

Semua ini bagaikan mimpi. Aku hanya bisa memandangi wajah asri yang sangat lelap didepan mataku.

Apa yang harus ku lakukan?

Tanpa sadar, Davina menyebut nama 'Devana' terus menyebut kata itu. Ada apa dengan Devana?

Memang selama ini Vana menghilang, bagaimana kalau Davina sadar menanyakan soal Devana? Jelas saja dapat membuat Davina frustasi.

Hingga ku lihat, Davina membuka matanya dengan syok menyebut nama Devana. Segera ku hapus air mataku dan berusaha menenangkan Vina.

"Davina ada apa?" ucapku saat Davina merubah posisi tidurnya menjadi duduk sempurna.

Tanganku terulur memeluk gadis cantik didepan mataku, dia milikku aku tidak akan membiarkan dia menderita bagaimanpun caranya.

"Devana" ucap Davina sekali lagi sembari mengatur nafas.

Segera aku menekan tombol pemanggil dokter agar datang memeriksa kondisi Vina.

Tak lama, Dokter Edward datang dan memastikan Vina dalam kondisi baik. Ternyata Davina baik - baik saja.

Yang dipertanyakan sekarang, ada apa dengan Devana. Kenapa sejak Vina bangun terus ketakutan seperti mengkhawatirkan Devana.

Perlahan kutanyakan ada apa dengan Devana. Davina terpaku membisu melihatku, tatapannya sendu membuatku tidak tega.

Ku kecup puncak kepalanya, dan mengelus lembut rambutnya membuatnya sedikit tenang.

"Devana dalam bahaya kak" ucap Davina membuatku sedikit terkejut. Apa mungkin yang dikatakan Vina benar?

"Udah kamu istirahat aja, mungkin cuma perasaan kamu doang Vin, tidur gih !"

Davina tetap tidak mau kembali beristirahat, Vina berusaha berdiri dan keluar dari ruangan.

"Davina pliss ! Jangan banyak gerak, kamu harus istirahat ! Ini udah malam sayang, pliss kamu tidur ya!" pintaku agar Davina mendengarkan perkataanku.

"Kak Velio, gue itu ngerasa gak enak sama Devana, Davina harus tolongin dia kak, dia butuh bantuan" bantah Davina.

"Devana dimana sayang? Kita semua gak tau dia ada dimana. Kalaupun dia dalam bahaya, kita harus cari kemana lagi?"

Davina yang tadinya mengelak untuk tetap keluar, kini lemas dan diam. Air matanya kembali membasahi kedua pipi manisnya.

Entah dorongan dari mana aku sangat ingin memeluknya, menenangkan dia, memberi kekuatan karena aku tidak mau kehilangan dia, kekasihku.

Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang