36. Goodbye 🎭

21 1 0
                                    

Hari ini, pada hari Senin pukul 08.49 WIB seluruh siswa SMA Hutama sedang meliburkan sebagian siswanya agar mengikuti pemakaman anak dari pemilik sekolah tersebut.

Terutama sahabat-sahabat nya. Mereka yang telah membantu menyiapkan segala keperluannya walaupun rasa kehilangan sangatlah menyakitkan didalam diri mereka.

Semua orang berpakaian serba hitam menandakan suasana duka sedang terjadi. Tapi inilah takdir, manusia tidak dapat memperkirakannya.

Isak tangis terus menjadi suara sendu diantara mereka.

Begitupun Herman, ia merasa bersalah terhadap anaknya. Belum sempat ia meminta maaf secara utuh kepada anaknya itu.

Meskipun Herman sedikit kesal karena Arnold sendiri tidak datang seusai diteleponnya.

Arnold mengaku sibuk dan akan datang lain waktu, Herman memahami sikap Arnold.

Beberapa saat kemudian, satu persatu kerumuan orang berhamburan keluar dari pemakaman. Menyisakan Herman dan kawan - kawan Alan.

Reno, Willi dan Juna menaburkan bunga dikuburannya dengan tangisan yang tak kunjung berhenti.

"Kenapa lo ninggalin kita secepat ini Lan? Kita sangat kehilangan ketua geng kita, kenapa lo tega?" ucap Willi memegang batu nis yang bertuliskan,

'Alanial Geral Pratama'
Bin
Herman Geraldo

Lahir : 20 Oktober 2000
Meninggal : 18 Maret 2018

"Maafin gue ya Lan, gue gagal nyelamatin lo, gue minta maaf Lan!" lirih Reno.

"Alan jangan pergi, jangan ninggalin kita ! Lo kan jagoannya kita, kenapa lo pergi gitu aja? Hah?!" ucap Juna sambil menangis, seperti biasa ia selalu membawa tissu untuk jaga - jaga seperti sekarang ini, memang empati nya sangat tinggi.

Yang paling histeris justru Alda, perempuan yang mengejar - ngejar Alan selama ini. Ia tidak menyangka juga, Alan orang yang paling ia cintai justru tinggal nama.

Beberapa kali Clara mencoba menenangkannya, tapi Alda memang sangat kehilangan sosok laki - laki istimewanya itu, cewek mana yang histeris ketika ditinggal untuk selamanya.

Yang lain tidak bisa berbicara apa - apa, hanya air mata yang mewakili perasaan mereka saat ini.

Ditengah keheningan mereka, Alda bangkit dengan rasa amarah.

"Semua ini karena Devana !" geram Alda yang kemudian berlari hendak keluar dari pemakaman.

Clara mengejar Alda. Perasaan yang lainnya tidak enak, ingin saja menghalangi Alda tapi tidak dalam situasi seperti ini.

"Tenang, biar aku awasi Alda" ucap Reno secara tiba- tiba, lalu mengejar Alda.

Alda membuka pintu mobilnya, namun dihalangi oleh seseorang.

Alda melihat orang tersebut yang ternyata Arnold. Jelas saja Alda kaget, mengapa Arnold berada disini? Bukannya ia menolak untuk datang ke pemakaman kakak tirinya?

"Kenapa kamu kaget?" ucao Arnold santai.

°°°
"KAK AL --" teriak Clara yang tadinya mengejar Alda terputus karena melihat Arnold sedang menatap Alda seram.

Clara bersembunyi dibelakang pohon dan menguping pembicaraan mereka, Clara takut ada sangkut pautnya dengan ancaman dipenjara.

°°°
Alda berusaha memasang wajah berani saat menatap tatapan tajam Arnold, "Gue cuman gak nyangka aja orang seperti lo datang diacara duka seperti ini. Gue fikir lo tipe orang yang gak punya rasa empati" sindir Alda.

Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang