"Perasaan baru kemaren kamu beli raket. Sekarang beli lagi." bisik Ayna di telinga Imbang.
Saat ini Ayna sedang menemani Imbang disebuah Sport Store yang ada di Batam Centre.
"Raket soft tennis ku kan masih sedikit, Ay. Baru dua pieces." jawab Imbang yang tengah memilih raket yang diinginkannya.
"Emang beda ya, tennis sama soft tennis?"
"Jawaban simple aja ya, Ay. Iya beda. Dari ukuran raket nya aja udah beda. Apalagi peraturan mainnya."
"Apa nggak bisa pake raket tennis biasa?"
"Kalau nggak malu sih bisa aja." Jawab Imbang sekenanya.
"Mbang, iih." Ayna mencubit perut Imbang kesal. "Kamu nggak suka ya aku tanya-tanya." ucap Ayna kesal sebelum menjauh dari Imbang. Kemudian duduk di kursi yang disediakan untuk pengunjung Sport Store. Imbang itu kalau sudah menyangkut hobby sifat cueknya akan kumat. Bikin kesel!
Sementara Imbang hanya melirik sekilas, membiarkan Ayna yang tengah merajuk. Tetap fokus memilih raket yang diinginkannya. Mau apalagi, dibujuk pun akan lama prosesnya. Mending Imbang konsen dengan raket nya. Biar cepat kelar dan setelahnya baru membujuk Ayna.
"Ayok, kita cari makan!" Imbang berdiri didepan Ayna yang sedang asik dengan tab nya, bermain ludo.
"Udah?" Ayna menghentikan permainannya lalu memasukkan tab kedalam tas. "Mana raket nya?" Tanya Ayna, karena dilihatnya Imbang tidak membawa apa-apa.
"Lagi dipasang string nya." Imbang menggenggam tangan Ayna, membawa Ayna keluar dari toko.
"Trus kapan diambilnya?"
Imbang membukakan pintu mobil untuk Ayna, menutupinya kembali setelah memastikan Ayna duduk dengan benar, kemudian mengitari mobil menuju pintu kemudi. "Pasang string nya lama. Jadi makan dulu aja." Ucap Imbang setelah duduk dibalik kemudi.
"Balik lagi dong kita nanti?" Ayna yang sudah memasang seat belt duduk menghadap Imbang.
"Iya, daripada kamu tambah ngambek karena kelamaan nunggu di sana, lebih baik kita makan dulu." Imbang mulai melajukan mobilnya menuju tempat makan yang diinginkannya.
"Aku nggak ngambek. Aku cuma kesel aja sama kamu. Kalau udah berhubungan ama basket dan tenis, udah lah, aku dianaktirikan." Ucap Ayna dengan bibir mengerucut dan pipi menggembung.
Imbang tertawa melihat gaya ngambek Ayna yang mirip sekali dengan anak kecil. "Lupa satu gaya itu, Ay. Tangan bersedekap di dada." Ledek Imbang yang diiringi dengan tawa.
Ayna yang merasa diledek, memukul Imbang gemas. "Yaaa, ledek aja terus. Makanya jangan pacaran sama aku. Ngambeknya nggak elit." Lalu Ayna mengubah posisi duduknya yang semula menghadap Imbang menjadi membelakangi Imbang menatap jalanan.
"Ay, masa aku dipunggungi, sih?" Imbang mencolek bahu Ayna, bermaksud menggoda.
Ayna mengedikan bahu tanda kesal, "Udah ah, aku lagi malas sama kamu, nyetir aja yang bener!" Ayna menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, masih membelakangi Imbang.
"Ayolah, Ay, jangan ngambek. Aku minta maaf." Ucap Imbang masih mencoba merayu. "Ayna, please! Jangan ngambek lagi dong. Aku nggak tau musti ngebujuk kamu kayak apa." Imbang mengusap bahu Ayna.
Imbang paling tidak bisa rayu-merayu. Dia tak punya keahlian itu.
"Ukrayna, please!" Imbang menepikan mobil yang dikendarainya.
"Apa?" Ucap Ayna tanpa menatap Imbang.
"Jangan ngambek lagi dan maafin aku."
"Oke!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Untuk Ukrayna
General FictionTakdir memang tidak bisa ditebak. Lontang-lantung selama dua bulan, dan nyaris kehabisan uang, akhirnya Tuhan mengirimkan Imbang untuk Ayna dengan cara yang luar biasa aneh menurut Ayna. Salahkan Falsa, Si ratu dugem teman satu kos Ayna. Fal, biasa...