Sabtu pagi Ayna diantar Imbang ke pelabuhan Punggur untuk bertolak ke Pinang. Rencananya mereka akan berangkat pukul 9 pagi ini.
Mereka akan berada disana selama dua hari satu malam. Ayna dan teman-temannya akan berkeliling kota Pinang, lalu ke Pulau Penyengat dan tak lupa ke Pantai Trikora. Inginnya Ayna ke Lagooi Beach di Bintan namun beberapa orang temannya menolak. Ya, sudahlah Ayna bisa ke sana lain waktu. Dan lagipula tak ada salahnya ke Pinang karena ia bisa berkunjung ke Makam Raja Ali Haji di pulau penyengat dan juga ke mesjid Raya Sultan Riau.
"Jangan lirik-lirik nanti disana." Pesan Imbang. Mereka masih berada didalam mobil Imbang. Tepatnya Imbang belum mengizinkan Ayna untuk turun. Belum rela berpisah katanya.
Ayna memutar bola matanya bosan. Imbang ini melebihi orang tuanya kalau memberikan petuah. Ini nggak boleh, itu nggak boleh. Kayak Ayna anak kecil aja. "Ya, Pak Boss. Siap!" Ayna menaruh tangannya di kening memberi hormat.
"Aku serius Ukrayna!"
Nah, kalau Imbang sudah memanggil Ayna dengan nama lengkapnya itu artinya ia serius dan tidak mau dibantah.
"Iya, aku nggak bakalan ganjen. Nggak akan lirik kanan kiri." Ayna meyakinkan Imbang. Bisa panjang ceritanya kalau Ayna masih menjawab. "Yang ada kamu yang lirik-lirik, ntar!" Ucap Ayna kemudian.
Imbang menarik Ayna kedalam pelukan nya. "Kamu nggak tau aja kalau hatiku ini telah kuserahkan seutuhnya untukmu." Imbang mengucapkan imbalannya. Sedangkan Ayna memasang ekspresi akan muntah ketika mendengar itu.
"Hahaha," Imbang tertawa melihat reaksi Ayna. Pacarnya ini nggak ada manis-manisnya. "Makanya kamu nggak usah pergi aja. Nanti aku kesepian. Nggak ada yang bawelin. Nggak ada yang ngebantah. Dan nggak ada yang marah-marah kalau aku ganggu." Imbang menyebutkan kebiasaan jelek Ayna.
"Ada yang kurang itu. Nggak ada yang ngabisin isi kulkas mu."
"Nah, itu juga. Kulkas ku tetap terisi penuh kalau kamu nggak ada. Jadi kamu nggak usah pergi, ya." mohon Imbang.
"Beuhh, balik lagi ke topik yang itu lagi.Udah ya, aku mau turun. Udah pada nungguin itu." Ayna menunjuk rombongan temannya yang tengah berdiri didepan sebuah loket.
"Baiklah. Jangan lupa pesan ku tadi ya, Ay." Ingat Imbang sebelum Ayna turun dari mobil.
"Iya, Iya. Bawel!! Ngalahin mak-mak yang mau ngantar anaknya merantau aja." Ayna mengusap pipi Imbang dan mencium bibir Imbang cepat. Kemudian menutup pintu mobil dan bergabung dengan teman-temannya yang lain.
Sebenarnya mereka janjian didepan PT, kemudian berangkat menggunakan mobil yang sudah disewa ke pelabuhan Punggur. Namun Ayna meminta kepada temannya untuk menunggu di Punggur saja, kalau tidak begitu Imbang tidak mengizinkan untuk pergi. "Deal, kamu boleh pergi tapi aku antar kamu ke pelabuhan," kata Imbang semalam. Jadilah Ayna menelpon Melly memberitahu kalau mereka bertemu di pelabuhan saja.
Ayna sebenarnya bosan mendengar petuah Imbang dari tadi. Sumpah cerewetnya Imbang itu melebihi cerewet Ibunya. Ayna heran, kenapa kekasihnya itu berbeda 180 derajat kalau sudah bersama dirinya.
Jangan telat makan. Jangan pake baju yang seksi. Kalau mau seksi-seksi an didepan aku aja. Jangan lupa pakai pelampung kalau naik pompong. Sekarang ombak nya lagi besar-besar jadi kalau terjadi sesuatu lebih safe. karena berenang dilaut dan di kolam renang itu beda dan bla bla bla. Ayna tidak ingat lagi, saking banyaknya.
Gimana mau pakai baju seksi wong baju yang masuk ke tas Ayna sudah diseleksi Imbang. Mau sih pake pelampung tapi kalau yang punya pompong tidak menyediakan Ayna bisa apa. Nah kalau masalah makan tepat waktu, Ayna nggak bisa janji karena nggak mungkin Ayna meninggalkan temen-temennya untuk pergi makan sendiri. Dan untuk antisipasi palingan Ayna sedia snack didalam tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Untuk Ukrayna
General FictionTakdir memang tidak bisa ditebak. Lontang-lantung selama dua bulan, dan nyaris kehabisan uang, akhirnya Tuhan mengirimkan Imbang untuk Ayna dengan cara yang luar biasa aneh menurut Ayna. Salahkan Falsa, Si ratu dugem teman satu kos Ayna. Fal, biasa...