"Jadi apa rencana lo?" Tanya Dunny.
Saat ini mereka sedang berada disebuah kafe yang berada tak jauh dari apartemen Imbang.
Sudah tiga hari ini Imbang tidak bertemu Ayna, karena gadisnya itu masuk malam. Itu berlaku juga dengan Nayaka karena pria itu selalu masuk pagi sama seperti dirinya. Dan untuk itu Imbang bisa bernafas lega karena untuk sementara pria itu tidak bisa mengganggu gadisnya.
Dan selama beberapa hari ini, Imbang dan Dunny terus memperhatikan tindak tanduk Nayaka. Kalau-kalau si Biang rusuh itu sudah menyebar gosip. Siapa tahu? Tapi selama pengamatannya belum tampak hal hal aneh yang dilakukan oleh Nayaka. Si Biang Rusuh itu masih seperti biasa, terus menebar pesonanya.
"Rencana apa?" Buat Nayaka?" Imbang menyeruput kopinya."Pengenya sih gue matiin dia, tapi..." Imbang menggantung kata katanya, "gue masih punya otak." Lanjutnya kemudian.
Dunny tertawa mendengarnya, "Kalau otak pintar lo nggak lo pakai, berarti lo sama kayak dia." Menyandarkan tubuhnya di kursi, Dunny melanjutkan, "Masa dia berani ngomong kayak gitu ke cewek." Dunny tersenyum mengejek. "Kalau gue ya, suka sama cewek trus si cewek udah punya pacar. Gue bakal baik-baikin tuh cewek, kasih perhatian. Cewek kan paling lemah kalau udah disayang-sayang. Bukannya malah ngomong kayak gitu. Apalagi cewek model pacar lo itu, dibaikin aja belum tentu dia mau, apalagi dibilang murahan, tambah kabur menjauh yang ada." Ucap Dunny yang diangguki Imbang.
Ayna itu cewek langka menurut Imbang. Susah-susah gampang untuk mendapatkannya. Sekeras apapun ia memberikan kode tak akan ditanggapi oleh gadis itu. Beruntung dulu ada Falsa, sehingga mempermulus niatnya untuk mendapatkan gadis itu. Entahlah, Ayna itu antara cuek dan tidak peka.
"Gue pengen ngelamar dia langsung ke orang tuanya. Biar gadis nakal itu nggak bisa mengelak terus." Ucap Imbang tiba-tiba. Dan membuat Dunny tersedak.
"Uhuk, sial lo." Maki Dunny karena tersedak minumannya ketika mendengar ucapan Imbang. "Serius lo mau kawin?" Tanyanya tak percaya.
"Nikah? Iya, gue serius nikah sama dia." Ucap Imbang menyandarkan tubuhnya di sofa. "Gue udah 29, dan dari awal gue macarin dia, gue udah serius. Mau apa lagi?"
"Emang dia mau? Dia kan masih muda?"
"Nah, itu masalahnya. Dia mau nikah. Tapi bukan dalam waktu dekat." Ucap Imbang. "Makanya gue mau langsung lamar ke orang tuanya aja." Imbang tersenyum licik. Sebuah ide terlintas di otaknya.
Dunny berdecak, "gue yakin nih, lo punya rencana jahat. Udah ke baca jelas di jidat lo itu."
"Nggak jahat-jahat amatlah rencana gue. Gue harus sedikit licik buat mempermulus niat gue ini."
"Kalau dia tau kapok lo!" Umpat Dunny.
Imbang hanya tertawa mendengar Dunny mengumpatnya. "Licik itu bukan berarti gue merusak gadis gue. Pokoknya, nanti pas gue balik dari kampung, gadis nakal itu nggak bakal bisa mengelak lagi." Ucap Imbang yakin.
"Terserah lo deh." Ucap Dunny pasrah.
"Ya terserah gue lah. Yang ngejalanin kan gue. Lagian kalau gue dan Ayna nikah si Nayaka nggak bisa banyak bacot lagi."
Menurut Imbang menikahi Ayna adalah salah satu cara untuk membungkam Nayaka.
***
"Kalau kamu ngantuk tidur aja." Imbang membantu Ayna menurunkan sandaran kursi sehingga nanti Ayna bisa tidur lebih nyaman.
Hari ini mereka berencana ke kampung Ayna. Dan karena Ayna masuk malam, maka Imbang sengaja menjemput Ayna di PT. Tentu saja bukan di parkiran dalam, melainkan didepan PT dimana banyak angkot yang sedang berjejer menanti penumpang.
![](https://img.wattpad.com/cover/92361952-288-k398818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Untuk Ukrayna
Fiksi UmumTakdir memang tidak bisa ditebak. Lontang-lantung selama dua bulan, dan nyaris kehabisan uang, akhirnya Tuhan mengirimkan Imbang untuk Ayna dengan cara yang luar biasa aneh menurut Ayna. Salahkan Falsa, Si ratu dugem teman satu kos Ayna. Fal, biasa...