41. Me Too

9.7K 1K 64
                                    

"Udah dong Ay, jangan ngambek lagi."  Ucap Imbang yang kini sudah duduk disamping Ayna. Mencoba membujuk istrinya itu lagi.

Istrinya itu dari kemaren sore tidak mau menatapnya karena marah. Menurut Ayna, Imbang telah berbuat curang. Dengan kekuasaannya Imbang membuat kontrak Ayna di Kyoto tidak disambung.

"Ayna." Lagi, Imbang menyebut nama istrinya, dan Ayna yang dipanggil hanya memalingkan wajahnya tidak mau menatap Imbang yang duduk disebelahnya.

"Aku emang bikin kontrak kamu nggak disambung. Tapi, aku nggak ada hubungan dengan temanmu itu. Aku nggak tau menau tentang temanmu itu. Jadi kalau kamu marah karna aku bikin kamu nggak kerja lagi di Kyoto aku terima. Tidak dengan temanmu, karena aku nggak ada hubungan dengan kontrak temanmu. Jadi aku nggak ingin gara-gara orang yang nggak penting itu, kamu marah, ngambek sama aku. Trus kita jadi kayak gini. Diam-diaman." Ucap Imbang sungguh-sungguh.

Ayna mendelik kesal kemudian menatap Imbang dan memukul lengannya kesal. "Aku marah sama kamu. Kamu jahat udah bikin aku jadi pengangguran." ucap Ayna, memutar tubuhnya menghadap Imbang.

Imbang menahan tangan Ayna yangsedang memukulinya. Bukan karena sakit, tapi Imbang merasa lucu saja melihat Ayna yang merajuk seperti anak kecil. "Siapa bilang kamu jadi pengangguran. Kamu kan tetap kerja, ngurusin aku, bikin makanan enak buat aku. Nyiapin semua kebutuhan aku. Itu juga kerja loh Ay. Dan tenang aja, nanti aku gaji kamu. Tapi pake cinta aku. Aku rasa itu lebih dari cukup." Ucap Imbang, membawa Ayna kedalam pelukannya, menciumi puncak kepalanya." Trus malamnya kita juga kerjasama bikin adek. Masih kerja juga kan namanya? Jadi kamu nggak usah takut akan jadi pengangguran. Selama kamu jadi istriku, aku nggak akan biarin kamu nganggur. Tenang aja." Imbang tersenyum mesum.

"Dasar mesum!" Gerutu Ayna. Tangannya balas memeluk Imbang.

Imbang tertawa mendengar gerutuan istrinya itu. "Tapi kamu suka kan aku mesumin." bisik Imbang di telinga Ayna.

"Tapi benarkan kamu nggak ada hubungan dengan kontrak temanku itu?"  Tanya Ayna, mengabaikan godaan Imbang.

Mungkin temannya itu menyebalkan karena telah menyebarkan gosip yang tidak-tidak tentangnya. Tapi, Ayna tak mau mendendam. Karena dendam tak akan menyelesaikan masalah. Tak akan membuat hidup tenang. Jadi memaafkan adalah pilihan terbaik. Agar kehidupan keluarganya tenang.

"Iya. Aku nggak ada ikut campur masalah kontrak karyawan Kyoto, kecuali kamu." Imbang mencium puncak kepala Ayna sayang.

Imbang tahu Ayna kasihan dengan temannya, Aini. Begitupun dirinya. Tapi ia tidak mau mencampuri urusan orang lain karena sudah ada yang berwenang yang mengurus hal-hal seperti itu. "Udah, nggak usah dipikirin lagi. Mungkin rezeki temanmu itu bukan di Kyoto, tapi ditempat lain." ucap Imbang menenangkan.

"Tapi aku kasihan Mbang." lirih Ayna.

"Ya mau gimana lagi. Mungkin kinerja teman kamu itu nggak bagus sehingga atasannya tidak memperpanjang kontraknya."

Ayna menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Ya mungkin kinerja Aini selama ini tidak bagus. Buktinya diangkatan mereka hanya Aini yang tidak disambung kontraknya. Tapi kemudian Ayna tersadar dan melepas paksa pelukannya dan Imbang. "Trus kalau kinerja Aini tidak bagus, aku apa dong? Kan cuma aku dan dia aja yang kontraknya yang nggak disambung." tunjuknya pada diri sendiri.

Imbang tertawa karena melihat wajah Ayna yang polos menunjuk dirinya sendiri. Istrinya itu baru sadar kalau diapun bernasib sama seperti temannya. "Kalau kamu kan atas kemauan suami, bukan karena kinerjamu yang tidak bagus." ucap Imbang kemudian membawa kembali Ayna kedalam pelukannya. "Karena kamu sudah punya aku. Jadi yang kamu pikirkan seharusnya apa yang aku pikirkan. Bukan apa yang orang lain pikirkan." lanjut Imbang.

Miracle Untuk UkraynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang