"Buruan! Ntar antrinya panjang lagi." Melly menarik tangan Ayna yang berjalan santai menuju kantin.
"Nyantai ajalah Mel, nggak bakalan lari juga kantinnya." Ayna menahan tubuhnya sehingga Melly tidak bisa menyeretnya.
"Ayolah Ay," rajuk Melly kemudian melangkah mendahului Ayna.
Break makan siang di kantin gedung 1 memang selalu ramai. Dan akan tambah ramai kalau para boss juga makan di sana, maka dari itulah Melly memaksa Ayna untuk cepat. Atau mereka akan antri panjang. Dan Melly tidak mau itu. Menghabiskan waktu hanya untuk antri.
"Puas!" Ayna yang antri dibelakang Melly berbisik dan dibalas cengiran puas Melly.
Akhirnya, Ayna mengikuti Melly berlari-lari kecil menuju kantin. Dan hasilnya lumayan, mereka tidak perlu mengantri panjang seperti orang-orang yang ada dibelakang mereka.
"Di sana?" Tunjuk Ayna pada gerombolan Dita, Zahara dan Nana yang telah menempati meja yang ada di sudut bagian ujung kantin.
"Enak banget ya, yang tugas di lantai 1, bell bunyi, langsung ngacir ke kantin. Nah, kita musti turun tangga dulu dari lantai 3." Cerocos Melly begitu mendaratkan pantatnya di kursi.
"Kayak kamu nggak pernah aja Mel. Pake nanya enak apa enggak." Jawab Dita diantara suapannya.
"Tul itu. Kalau nggak ada yang dulu-duluan kayak kita, kamu nggak bakalan dapet meja tau." Timpal Zahara.
"Lihat tuh, antrinya panjang banget, udah kayak ular aja. Ckkk." Decak Nana, menunjuk antrian yang cukup panjang.
"Tumben?" Sahut Ayna kemudian kembali sibuk dengan makanannya.
Dita yang duduk membelakangi antrian menolehkan kepalanya penasaran. "Ya antrilah, orang pak Imbang ada di depan." Ucapnya setelah tahu penyebab membludaknya antrian.
"Pantesan," Kompak Melly, Zahara dan Nana bersuara.
"Pak Imbang kan gitu, kalau Ayna masuk pagi suka makan di gedung 1." Beber Dita yang jarang ikut shift.
"Seriusan mbak Dit?" Tanya Melly antusias.
Dita mengangguk, "Iya, bener. Waktu Ayna masuk malam 2 minggu kemarin, mana pernah pak Imbang makan di kantin sini." Dita mengungkapkan apa yang dia ketahui.
"Kebetulan aja kali." Elak Ayna. Namun didalam hati berkata, ''Masuk pagipun nggak bakalan ngaruh kayaknya. Dua minggu yang lalu kita kan lagi berantem."
"Sengaja pun nggak pa-pa. Dan aku yakin nih, pasti pak Imbang gabung sama kita, secara dia kan lagi sendiri, nggak sama pak Dunny." Ucap Melly sok tahu.
"Nggak usah sotoy deh Mel?" kesal Ayna.
"Taruhan kita?" Tantang Melly.
"Bol ..." Ayna akan menjawab Melly, namun Dita memberi kode bahwa Imbang menuju ke meja mereka.
"Hushh, orangnya sedang berjalan ke sini tuh." Ucapnya pelan karena memang Imbang sudah berada tak jauh dari meja mereka.
Melly bereaksi lebih cepat. Dengan sengaja Melly menggeser duduknya, memberi tempat yang lebih pada Ayna dan Imbang. "See!!" Melly tersenyum mengejek, "Kamu kalah taruhan ya, Ay." Lanjutnya kemudian.
Dan dibalas kerlingan malas Ayna. Teman-temannya masih terobsesi dengan Imbang.
"Nebeng ya?" Ucap Imbang dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Kemudian menaruh tray nya di meja yang ditempati Ayna dan teman-temannya.
Tanpa peduli keengganan wanita yang duduk disampingnya Imbang memakan jatah makan siangnya dengan lahap, menu sederhana yang tidak seenak masakan wanita yang duduk disampingnya, namun wajib untuk disyukuri karena tidak semua orang bisa menikmati makan dengan porsi komplit seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Untuk Ukrayna
Ficção GeralTakdir memang tidak bisa ditebak. Lontang-lantung selama dua bulan, dan nyaris kehabisan uang, akhirnya Tuhan mengirimkan Imbang untuk Ayna dengan cara yang luar biasa aneh menurut Ayna. Salahkan Falsa, Si ratu dugem teman satu kos Ayna. Fal, biasa...