19. Itulah Hidup

8.6K 914 56
                                    

"Ayna." Langkah Ayna terhenti ketika seseorang memanggil namanya.

Zahara yang baru scanning badge segera berlari menyusul Ayna yang tengah menunggunya.

"Udah tahu kabar tentang Reni belum?"

"Reni, anak supersonik?" Ayna menyebutkan nama salah satu divisi produksi yang ada di Kyoto.

"Iya, Reni itu. Dia kecelakaan tadi malam dan sekarang dirumah sakit, masih koma." Terang Zahara.

Ayna terkejut mendengar berita tersebut. Walaupun ia masih baru di Kyoto, namun karena ia sering di rolling sedikit banyak Ayna kenal dengan anak-anak dari divisi lain termasuk Reni.

"Kok bisa? Tabrakan dengan apa?" Mereka bercerita sembari menyusuri koridor menuju locker room.

"Kabarnya sih kecelakaan tunggal. Reni kan bawa motor sendiri kalau kemana-mana."

"Trus PT gimana? Tanggung jawabkan?"

"Kan kita ada asuransi, ya pastilah ditanggung asuransi."

Mereka berpisah sementara di locker room karena lorong yang mereka tuju berbeda. Setelah menaruh barang bawaan dan mengganti sepatu dengan sepatu kerja mereka kembali bertemu di depan pintu locker room menuju ruangan data entry tempat dimana mereka ditugaskan. Sepuluh menit lagi briefing dimulai, mereka harus berada diruangan untuk mendengar arahan dari leader atau atasan mereka lainnya.

"Semoga Reni cepat sembuh." Doa Ayna tulus.

Namun, sepertinya doa Ayna tidak dikabulkan Tuhan, karena ketika briefing leader mereka menyampaikan berita duka. Bahwa Reni telah pergi untuk selamanya.Tuhan lebih sayang dengan Reni dan memanggilnya lebih cepat.

"Terus Reni dikirim pulang ke kampungnya gitu?" Bisik Ayna. Briefing telah usai sekarang mereka tengah melakukan line clearance, prosedur awal untuk memulai pekerjaan. SOP.

"Sepertinya begitu. Karena dia anak rantau maka PT akan memulangkannya. Walaupun pasti ada pro dan kontra." Jelas Nana, yang hari ini bertugas di divisi supersonik bersama dengan Ayna.

"Pro dan Kontra?" Ayna tidak mengerti dengan maksud Nana.

Nana menaruh kembali peralatan line clearance yang mereka pakai di dalam lemari yang telah disediakan.

"Iya, pro dan kontra itu sering terjadi. Dulu ada juga karyawan yang meninggal karena tabrakan dan itu kejadiannya sesudah jam kerja. Dan kabarnya PT tidak mau memulangkannya karena tanggungjawab PT terhadap karyawan itu hanya saat jam kerja saja, diluar itu bukan tanggungjawab PT, namun entah bagaimana caranya karyawan tersebut tetap dipulangkan ke kampung halamannya."

"Kenapa PT tidak mau?" Ayna makin penasaran dengan cerita yang didengarnya.

"Mungkin PT tidak mau rugi. Kamu tau kan butuh biaya besar untuk memulangkan jenazah itu. Belum nanti, santunan yang harus diberikan PT."

Ayna mengangguk tanda mengerti. "Nasib jadi operator seperti ini ya, nggak banget."

"Bukan hanya operator Ayna. Semua pekerja itu bernasib sama. Maka dari itu berhati-hatilah dimanapun berada. Ingat tujuan kita merantau itu untuk apa. Jangan lupa daratan. Seringnya kita, setelah merasa memiliki rezeki lebih, suka lupa tujuan awal. Kalau punya kendaraan sendiri bawalah dengan hati-hati. Kalau pulang kerja jangan suka keluyuran. Kita ini merantau jauh dari orang tua dan keluarga, jadi harus pintar jaga diri. Karena musibah itu datang tanpa diduga. Dan ketika itu terjadi berarti kita telah menciptakan masalah untuk diri kita sendiri dan untuk orang lain. Jadi berhati-hatilah." Nana memberikan petuahnya.

Miracle Untuk UkraynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang