"Kenapa sih lo? Lecek banget tampang lo, nggak dapat jatah?" Ucap Dunny disertai cengiran mengejeknya.
"Ckkk!" Imbang berdecak kesal mendengar ucapan Dunny yang benar adanya. Tapi itu bukan hal utama yang membuat tampang Imbang jadi terlihat keruh. Ini lebih kepada masalah yang dihadapinya bersama Ayna.
"Kalau lo punya masalah mending lo curhat sama gue daripada lo curhat sama cewek-cewek itu?" Tunjuk Dunny pada cewek-cewek yang tengah menatap mereka lapar.
"Lo aja sana. Nggak usah nunjuk-nunjuk gue." Ucap Imbang sementara tangan kanannya melempari Dunny dengan korek api yang sedari tadi dimainkannya.
Dunny segera menghindar dari lemparan Imbang. Lumayan benjol kalau ia tidak segera menghindar. "Sial lo! Untung gue jago." Makinya kemudian.
Imbang terkekeh mendengar makian Dunny. Ia memang butuh dimaki. Bahkan lebih dari kata 'sialan' sangat dibutuhkannya. Atau mungkin sebuah tamparan diwajah mungkin sebuah hantaman ditubuh hingga ia tersadar dari hal bodoh yang telah dilakukannya.
"Dun?" Panggil Imbang. "Lo nggak punya niatan buat nonjok gue gitu. Sebagai atasan gue kan sering banget bikin lo emosi."
"Apa??" Dunny yang sedari tadi sibuk dengan handphone nya langsung menoleh. Menatap Imbang yang tengah menatapnya dengan tatapan frustasi.
"Mumpung otak gue lagi blank nih. Gue kasih izin lo buat nonjok gue."
"Kenapa sih lo? Berantem sama bini?" Dunny sadar pasti Imbang sedang dalam masalah serius dengan Ayna. Kalau tidak mana mau sahabatnya itu minta ditonjok.
"Gue jahatin dia. Gue bikin dia sedih. Dan gue bikin dia nggak bahagia."
"Lo kasarin bini lo? Lo selingkuh sampai bikin dia sedih dan nggak bahagia?" Cecar Dunny dengan pertanyaan yang terlintas begitu saja diotaknya.
Imbang menggeleng, "Gue ngacuhin Ayna dua minggu terakhir ini," jelas Imbang.
"Kenapa lo ngacuhin istri lo? Dia bikin salah yang buat lo kesal?"
"Bukan. Gue yang bikin salah. Gue yang bikin dia enggak bahagia." Racau Imbang.
Dunny masih menjadi pendengar yang baik. Sahabatnya itu jarang sekali minum. Toleransinya terhadap alkohol sangatlat payah. Namun tadi Imbang meminum lebih dari dua gelas alkohol dan dijamin itu membuat sahabatnya itu sedikit mabuk.
"Lo tau nggak gue nggak bisa ngasih anak sama istri gue."
Dunny tidak menjawab. Dia tetap diam, mendengarkan Imbang melanjutkan racauannya.
"Lo tau adik gue pernah tinggal bareng gue beberapa waktu lalu 'kan?"
Dunny mengangguk. Benar. Beberapa waktu lalu. Mela, adik sahabatnya itu memang tinggal dan menjadi cabe rawit bagi keluarga baru Imbang. Namun akhirnya pergi dan kembali ke keluarganya tak lama setelah Ayna kembali dari tugasnya di Jakarta.
"Dia sering banget ngatain istri gue nggak bisa ngasih keturunan. Dan apa jadinya kalau dia tau kita memang nggak bisa punya anak. Pastilah dia akan bully habis-habisan istri gue."
"Trus?"
"Ya udah, gue nggak mau liat dia gituin istri gue sementara yang jadi penyebab utamanya adalah gue."
"Lo pikir apa yang lo lakuin itu bener. Mengabaikan istri lo biar dia benci, trus pergi dari hidup lo?"
Imbang menganggukkan kepalanya. Membenarkan ucapan Dunny.
"Trus lo pikir itu bisa bikin hidupnya bahagia?" Lanjut Dunny.
Imbang kembali mengangguk membenarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Untuk Ukrayna
Narrativa generaleTakdir memang tidak bisa ditebak. Lontang-lantung selama dua bulan, dan nyaris kehabisan uang, akhirnya Tuhan mengirimkan Imbang untuk Ayna dengan cara yang luar biasa aneh menurut Ayna. Salahkan Falsa, Si ratu dugem teman satu kos Ayna. Fal, biasa...