Imbang membanting penanya asal. Dia sangat marah ketika mendengar gosip yang berhembus. Yang mengatakan bahwa Ayna nya hamil diluar nikah. Sial, siapa yang berani menyebar gosip murahan itu. Bagaimana bisa hamil kalau mereka tidak pernah melakukan hal lebih dari ciuman, pelukan, atau paling berani cuma ... ah sudahlah, Imbang ingin memaki penyebar gosip sialan itu.
Dan Imbang harus memberikan selamat pada Ayna. Karena anak bandel itu amat pandai menyimpan rahasia. Tak pernah sekalipun ia menceritakan tentang gosip yang menimpanya. Imbang harus memberikan hukuman kepada gadis itu nanti. Pasti!
"Break dimana, lo?" Dunny memasuki ruangan Imbang tanpa mengetuk pintu.
"Di gedung 1 aja." Imbang menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. "Dun, lo udah tahu siapa yang menyebar gosip sialan ini?" Tanya Imbang.
"Biasanya gosip kayak gitu cepat datang cepat hilang, jadi abaikan saja. Justru kalau ada reaksi berlebihan gosip-gosip seperti itu akan awet. Jadi lebih baik abaikan saja." Dunny mengemukakan pendapatnya.
"Gue nanya lain, lo ngejawab lain. Yang gue tanya itu lo udah nemu siapa yang nyebar gosip sampah itu, gak?" Kesal Imbang.
Dunny yang tengah duduk di kursi di depan Imbang hanya mengangkat bahunya tanda tak peduli. "Sejak kapan kerjaan gue ngurusin gosip. Selama yang terjadi itu tidak merugikan PT nggak bakal dipermasalahkan. Lagian cewek lo aja nggak ambil pusing, ya udah biarin aja." Terang Dunny.
"Gue heran deh, anak nakal itu bisa -bisanya nggak ngasih tau tentang masalah ini. Gue sampai kaget tadi pas denger gosip itu." Keluh Imbang dengan sikap Ayna.
"Baguslah, tandanya cewek lo bukan cewek manja yang apa-apa suka ngadu. Apa-apa suka minta diperhatikan."
Bener kata Dunny, Ayna itu bukan cewek yang suka menye-menye saat bersama Imbang. Dia nggak akan mau gelendotan kalau mereka jalan. Imbang harus agresif kalau berhubungan dengan Ayna. Bisa dihitung dengan jari kapan gadisnya itu memulai untuk bermanja. Ayna memang the one and only.
"Udah ah, ayok kita makan." Akhirnya Imbang mengakhiri sesi gondoknya. Mungkin ia harus mengikuti gaya Ayna ketika menghadapi masalah ini. Abaikan. Walupun dalam hati ia masih memikirkan psikologis Ayna. Bisa jadi gadisnya itu terlihat santai, namun siapa yang bisa menebak apa yang ada di pikiran gadis itu. Dan sebagai kekasih yang baik Imbang harus benar-benar memperhatikan itu.
***
"Gue paling kesel denger orang yang kalau ketawa itu kayak kuntilanak." Dunny yang antri dibelakang Imbang berucap pelan.
"Kayaknya bukan lo aja deh, Dun. Nenek gue yang udah matipun juga gitu. Nggak suka denger orang yang kalau ketawa semua gusinya kelihatan." Jawab Imbang.
"Sial lo! Masa nyamain gue kayak Nenek lo." Umpat Dunny.
"Itu kasarnya, Dun." Imbang yang sudah sampai didepan segera mengambil tray nya dan mengisi dengan makanan yang diinginkannya.
Dunny melakukan hal yang sama. Mengisi tray nya dengan berbagai jenis lauk pauk yang disediakan. Ambil sesuai kebutuhan.
Siang hari kantin memang selalu ramai, dan sangat sulit mendapatkan tempat duduk kalau jam-jam seperti ini.
"Kita duduk ditempat cewek lo aja ya?" Dunny yang berjalan didepan Imbang memberi komando. "Boleh gabungkan?" Tanya Dunny begitu sampai di meja Ayna dan teman-temannya.
"Oh silahkan, Pak." Dita mempersilahkan. Dan memberi kode agar temen-temannya menggeser duduk mereka sehingga Imbang dan Dunny bisa duduk lebih leluasa.
Imbang menaruh tray nya disamping Ayna, berhadapan dengan Dunny yang duduk di depannya.
"Dari divisi mana?" Tanya Imbang sok berbasa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Untuk Ukrayna
General FictionTakdir memang tidak bisa ditebak. Lontang-lantung selama dua bulan, dan nyaris kehabisan uang, akhirnya Tuhan mengirimkan Imbang untuk Ayna dengan cara yang luar biasa aneh menurut Ayna. Salahkan Falsa, Si ratu dugem teman satu kos Ayna. Fal, biasa...