5. (mau) First Date

11K 1.1K 41
                                    

"Apa semua PT seperti ini Ni? Apa-apa harus antri?" Tanya Ayna pada Aini.

Saat ini mereka sedang antri untuk scanning pulang. Walaupun mesin scanner nya ada banyak tetep saja antri. Apalagi kalau tidak ada over time mungkin antrinya akan lebih parah lagi. Ditambah ada security check makin lama lah jadinya.

"Di PT ku dulu sih antri juga, tapi nggak separah Kyoto sih. Di sini karyawannya kan banyak. Satu gedung aja 1000 lebih. Dan Kyoto punya tiga gedung. Bisa jadi karyawannya 5000 lebih karna ada dua shift." Terang Aini. Dan Ayna hanya mengangguk mendengar penjelasan Aini.

"Iya, apa-apa harus antri. Scanning in-out antri. Makan antri. Ke toilet antri. Shalat juga antri. Untung aku bukan orang yang lelet, kalau nggak ... ah sudahlah aku nggak bisa ngebayangin bakal diamuk Buk Yati tiap hari, mungkin?"

Ayna baru tahu kalau kerja PT itu pressure nya gila banget. Tadi aja, ada temannya yang telat masuk. Trus dimarah-marah oleh Buk Yati PIC (person in charged) yang menghandle training saat itu. Dan Ayna berjanji pada dirinya untuk tidak mencari masalah agar masa kontrak setahunnya aman tentram.

"Kamu jangan langsung down gara gara liat si Nining dimarah. Kerja ya kayak gitu. Nggak ada yang enak. Pasti ada aja yang membuat kita tidak nyaman. Ingat aja apa tujuan utama kamu kerja. Maka, setiap halangan yang ada tak akan ada artinya." Nasehat Aini.

"Iya." Ayna membenarkan ucapan Aini. Tak ada yang mudah di dunia ini. Butuh usaha untuk mewujudkan cita-cita. Dan Ayna tidak mau gara-gara kejadian tadi dia langsung down dan mundur. Dan mungkin itulah arti kata-kata Imbang waktu itu. Dan Ayna tidak mau membuat Imbang malu karna berbuat kesalahan.

"Kamu beruntung Ay, jadi anak data entry. Nah aku di produksi assembly, habislah nanti kalau jadi anak Pak Surya."

Ayna hanya mendengarkan keluhan Aini. Data entry? production assembly? Ayna tidak tahu itu apa. Yang pasti tadi, ketika pembagian posisi Ayna memang ditempatkan di purchashing data entry. Namun Ayna tidak tahu job desk nya apa. Dan Aini, Tya dan Rahima berada di production assembly di gedung 2. Menurut cerita Aini jadi anak produksi itu ada enak dan tidaknya. Apalagi kalau dapat leader, team leader serta supervisor yang killer matilah operator nya. Tapi kalau dapat atasan yang cozy enaknya minta ampun.

"Nggak ngerti aku, Ni. Kan baru pertama ini kerja PT jadi nggak bisa compare." Ayna menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi angkot yang dia naiki.

Akhirnya setelah antrian panjang, Ayna bisa keluar dari gerbang PT dan segera menaiki angkot yang telah menunggu di depan gerbang.

"Bagus juga sih kalau ini pengalaman pertama mu. Jadi kamu nggak suka ngeluh. Enakan di PT ku dulu, enakan temanku dulu, enakan bos ku dulu, selalu seperti itu, kalau udah punya pengalaman. Suka membanding-bandingkan."

"Kamu sendiri, suka membandingkan nggak?"

"Iya. Manusiawi kan itu? Membandingkan sesuatu sampai kita menemukan kenyamanan sehingga kita lupa untuk mengingat hal yang telah lalu."

Benar! Seringkali kita tanpa sadar membandingkan hal sekarang dengan masa lalu. Seolah-olah hidup tak akan ada artinya lagi ketika masa lalu itu pergi meninggalkan kita. Seolah-olah yang kita lalui itu adalah hal terbaik dalam hidup. Padahal semua itu tidak benar. Kita terlalu terkesima dengan masa lalu hingga takut dengan masa depan. Padahal ada banyak kejutan yang Tuhan siapkan untuk kita di masa depan. Hingga membuat kita takut melangkah.

"Iya, manusiawi. Aku juga sering seperti itu. Berproses, dan seiring berjalannya waktu kita akan melupakan itu. Tapi jangan terlena dengan masa lalu."

Miracle Untuk UkraynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang