"Nanti kita udah bisa melakukannya kan, Ay?" Imbang melihat kearah Ayna yang duduk disampingnya.
Mereka baru saja mengantar Lia ke Bandara. Dan sesuai kesepakatan, Ayna akan melakukan kewajibannya setelah Ibu mertuanya itu pergi. Bisa saja mereka berbulan madu di hotel namun Ayna tidak mau. Ia ingin saat pertamanya dilakukan di apartemen, tempat dimana mereka biasa menghabiskan hari.
"Yah, kalau kamu mau diundur lagi, aku sih nggak pa-pa." Jawab Ayna menggoda Imbang.
Imbang menoleh kearah Ayna, "Enak aja. Udah dua hari loh, Ay." Tolak Imbang cepat.
"Ya udah."
"Beneran ya Ay, nggak boleh curang. Lagian apa salahnya kita ngelakuin itu pas dirumah mu waktu itu. Orang-orang pasti maklum. Trus pas ada Ibu, pasti Ibu mengerti kalau kita ini pengantin baru."
Imbang ingat sehari sebelum menikah, Ayna memohon padanya agar Imbang tidak langsung menagih haknya sebagai suami. Alasannya Ayna malu kalau melakukannya saat masih berada di dekat mereka. Dan dengan berat hati Imbang menyetujui. Ada ada saja memang, tapi demi kelangsungan hidupnya Imbang menyetujui permintaan Ayna. Karena ancaman Ayna lebih menakutkan bagi Imbang. Biarlah dia puasa dua hari, dari pada ia harus puasa selama sebulan. Setuju atau kamu puasa sebulan. Itu kata-kata Ayna yang membuat Imbang menganggukkan kepalanya pasrah.
"Kan udah dibilangin kalau aku malu Imbang. Kamu sih laki laki, nah aku itu perempuan, pasti kelihatan kalau habis ngelakuin itu." Ayna kembali mengungkapkan alasannya.
Imbang tersenyum, mengusap kepala Ayna sayang. "Iya, iya, yang penting nanti jatahku jadi double, triple, pokoknya aku mau nambah banyak." Ucapnya lalu mencuri cium bibir Ayna.
Ayna tertawa mendengar ucapan Imbang, "Ya kali, kamu kuat. Kamu kan udah tua." Ledeknya, disertai dengan meleletkan lidah menggoda Imbang.
"Ohh, nantang ya, Ay. Lihat aja nanti." Ucap Imbang tetap fokus dengan jalanan yang ada di depannya.
Ayna menggeleng dengan tawa yang tertahan. "Dikira makan nasi Padang kali pake nambah banyak." Ucapnya kemudian melepaskan tawa karena berhasil menggoda Imbang.
***
"Makasih ya, Ay." Imbang mengecup kening Ayna, mendekap tubuh polos istrinya itu kemudian menutupnya dengan selimut.
Semalam, begitu sampai di rumah, Imbang langsung menagih jatahnya pada Ayna. Dengan ikhlas Ayna memberikan hak Imbang. Dan berakhirlah mereka di ranjang dengan tubuh yang basah oleh keringat.
Ayna merapatkan tubuhnya, balas memeluk Imbang. Dia sangat lelah, namun semua terbalas dengan rasa yang tak pernah terbayangkan olehnya selama ini.
"Jangan diusap-usap gitu Ay, nanti yang di bawah bangun loh." Imbang menahan tangan Ayna yang sedang mengusap-usap dadanya.
Ayna mengangkat kepalanya dari dada Imbang. Menatap Imbang yang juga tengah menatapnya. Mata coklat yang selalu menatapnya penuh cinta. Mata milik pria yang selalu menganggapnya istimewa. Pria yang sejak dua hari lalu resmi menjadi miliknya.
"Thank you and i love you." Ucap Ayna, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Imbang untuk mengecup bibir suaminya itu.
Imbang menahan tengkuk Ayna agar ia bisa mencium istrinya itu lebih dalam. Bagi Imbang kecupan kecil tidaklah cukup. Bersama Ayna Imbang selalu ingin lebih. Dan lebih.
***
Pagi sekali Ayna sudah berkutat di dapur. Ia sangat lapar sekali. Memang sih, mereka melakukannya hanya sekali tapi tetap saja membuat Ayna lelah dan lapar.
"Aku cariin ternyata kamu disini." Ucap Imbang dengan suara bangun tidurnya.
Imbang terbangun karena tidak menemukan Ayna disampingnya. Dan ternyata istrinya itu sedang berkutat di dapur, entah memasak apa. Padahal hari masih sangat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Untuk Ukrayna
Ficción GeneralTakdir memang tidak bisa ditebak. Lontang-lantung selama dua bulan, dan nyaris kehabisan uang, akhirnya Tuhan mengirimkan Imbang untuk Ayna dengan cara yang luar biasa aneh menurut Ayna. Salahkan Falsa, Si ratu dugem teman satu kos Ayna. Fal, biasa...