Ayna menyandarkan tubuh letihnya di sofa. Padahal dia tidak melakukan hal-hal berat hanya berbelanja sedikit kebutuhan dapur di supermarket dekat apartemen. Tapi lihatlah, ia seperti baru saja memikul 2 colly karung sampai letihnya tak tertahannkan. Kalau Imbang tahu, sudah dapat dipastikan suaminya itu akan mengomelinya.
Setelah rasa letihnya reda, Ayna beranjak ke dapur menyiapkan makan malam praktis untuk Imbang. Iya, praktis, cuma goreng-goreng dan oseng-oseng, maka tak sampai setengah jam makan malam pun siap dihidangkan di atas meja makan.
Satu hal lain yang disyukuri Ayna bahwa Imbang masih memperbolehkannya bereksperimen di dapur. Maksudnya, Imbang masih memperbolehkannya memasak. Apa jadinya kalau Imbang juga melarangnya melakukan pekerjaan itu. Suntuk dan bosan pastinya.
Sejak Ayna hamil, Imbang yang biasanya protektif kepadanya menaikkan level protektifnya menjadi over. Melakukan ini tidak boleh, melakukan itu tidak boleh, membuat Ayna kesal dan akhirnya merajuk. Dan setelah aksi itu, Imbang memperbolehkannya untuk melakukan satu kegiatan rumah tangga saja yaitu memasak dan itupun tidak boleh yang memberatkan Ayna. Suaminya itu beralasan semua larangan itu dilakukan karena dia mencintai Ayna dan dedek yang ada di perut. Jadi ia harap Ayna mengerti kenapa ia tidak mau Ayna melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Dan tentu saja Ayna berkaca-kaca ketika mendengar alasan Imbang dan akhirnya berderailah air matanya. Ayna si Ibu hamil dan sensitivitasnya
"Masak apa?" Imbang yang baru masuk langsung memeluk Ayna dari belakang. Istrinya itu sedang menata makanan di atas meja.
Ayna memiringkan kepalanya hingga Imbang yang tengah memeluknya bisa mencium bibirnya.
"Hehehe, thank you." Imbang tersenyum senang karena mencuri cium di bibir Ayna.
"Dasar!" Gerutu Ayna, namun wajahnya tersenyum senang.
"Masak apa, Yang?" Imbang mengulangi pertanyaannya tadi.
Dengan tangannya Ayna menunjukkan menu yang telah ia siapkan untuk suaminya itu.
"Kelihatannya enak." Imbang menegak liur melihat menu yang ada di atas meja. "Aku mandi dulu, habis itu baru ngabisin makanan yang kamu bikin. Tunggu ya, Istri." Imbang mengecup puncak kepala Ayna lalu melangkah ke kamar mereka.
Sepuluh menit kemudian Imbang sudah terlihat segar dengan baju kaos putih dan celana dengan panjang selutut berwarna coklat yang telah disiapkan Ayna. Rambut masih basahnya masih acak-acakkan, mungkin hanya disisir pakai jari-jari tangannya saja.
"Kenapa? Aku ganteng ya?" Tanyanya dengan alis diturun naikkan. Menggoda Ayna.
"Kamu seksi." Jawab Ayna dengan pipi merona.
Sedari suaminya keluar dari kamar mereka tadi, ia terus saja menatap, seolah ia adalah pemangsa yang siap menerkam buruannya. Imbang dimata Ayna sangat mengiurkan.
Imbang tertawa mendengar pujian istrinya itu. Ayna nya menjadi lebih agresif semenjak hamil ini. Dan tentu saja Imbang senang dengan keagresifan Ayna. Seperti ia mendapat dua jackpot dalam sekali waktu.
"Okey, sebaiknya kita makan dulu. Setelah itu aku akan kasih lihat ke kamu, hal apa saja yang lebih seksi yang ada di tubuhku ini." Dengan matanya Imbang menunjuk seluruh tubuhnya. "Hadiah untuk kamu yang berbaik hati menyiapkan aku semua ini." Ucapnya merujuk pada makanan yang ada di atas meja.
Ayna mengangguk, "Ouhh, aku penasaran, apakah yang seksi itu?" Ucapnya dengan kerlingan menggoda.
***
Dengan hati-hati Ayna mengangkat tangan Imbang yang ada di pinggangnya. Ia merasa sangat haus dan lapar. Kebiasaannya selama hamil. Beranjak dari ranjangnya Ayna menuju dapur untuk mencari makanan apa saja yang bisa ia makan. Mengganjal perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Untuk Ukrayna
General FictionTakdir memang tidak bisa ditebak. Lontang-lantung selama dua bulan, dan nyaris kehabisan uang, akhirnya Tuhan mengirimkan Imbang untuk Ayna dengan cara yang luar biasa aneh menurut Ayna. Salahkan Falsa, Si ratu dugem teman satu kos Ayna. Fal, biasa...