31. Penyelesaian.

2.2K 133 4
                                    

-masalah tidak akan pernah selesai jika kamu hanya stuck disana. Hadapi!buktikan bahwa kamu lebih kuat daripada masalahmu!-
* Crush *

Lia dan kevin turun dari mobil dan berjalan menuju kekelas. Saat sudah berada dikelas, lia mengambil novel yang ia bawa di tas nya lalu bersiap beranjak dari tempatnya namun ditahan oleh putri. "mau kemana?" Tanya putri.

"Mau ke taman sebentar. Masih lama kan masuknya?" Putri hanya mengangguk lalu memperhatikan lia yang perlahan menjauh seperti orang bloon.

Lia bergedik ngeri saat mendengar suara tangisan seorang cewek ditaman belakang sekolahnya. Tapi ia tetap melanjutkan langkahnya untuk membaca novel di taman belakang sekolahnya.

Lia terdiam Menatap punggung wanita yang sedang menangis tersedu-sedu. Rambut wanita itu tidak asing dimata lia. Rambut dengan warna pirang diujung rambut.

Ia hanya menatap punggung resti dari jauh, tidak tau harus berbuat apa atau melakukan apa. Ia terlalu terkejut melihat resti menangis seperti ini. Ada rasa iba di diri lia. Ternya, resti yang selalu memiliki pribadi menyebalkan dan nekat itu masih mempunyai masalah. Ah lia baru ingat jika resti tidak memiliki teman. Tidak ada teman untuk berbagi keluh kesah nya, tidak ada teman tempat untuk sekedar menceritakan masalah yang ia miliki.

Resti menanggung itu semua sendiri. Resti juga hanya seorang wanita biasa yang memerlukan tempat untuk mencurahkan isi hati nya. Resti juga belum terlalu dewasa untuk menyelesaikan masalah yang ia punya seorang diri.

Dengan perlahan, kaki lia berjalan menuju ke tempat resti. Ia duduk disebelah resti tanpa diketahui oleh resti. "Kalo lo mau cerita gue mau dengerin kok." Lia berucap tanpa menatap resti. Pandangannya lurus kedepan dimana terdapat banyak tumbuh-tumbuhan maupun bunga.

Mendengar suara seseorang membuat resti terlonjak kaget, ia langsung menoleh kesamping dimana suara itu berasal. Ia langsung merubah raut wajah nya menjadi menyebalkan seperti biasa. "Ngapain lo disini?pergi sana. Gue duluan yang kesini."ujar resti sengit, namun suara nya masih terputus-putus karena habis menangis.

Lia tidak mengalihkan pandangannya dari tumbuhan yang tumbuh dengan cantik didepannya itu. "Gausah sok kuat. Gue tau lo lagi ada masalah. Lo kalo mau cerita gue dengerin. Gue gabakal bocorin kesiapa-siapa termasuk kevin. Tapi kalo lo gamau cerita gapapa gue gamaksa"

"Gausah sok tau. Gue gaada masalah apa-apa kecuali masalah ngebuat lo sama kevin putus." Lia terkekeh mendengar penuturan resti. "Lo gabisa bohong kalo lo lagi gaada masalah. Gamungkin lo nangis kalo lo gapunya masalah. Engga ada orang yang gapunya masalah didunia ini. Yaudah coba aja terus kalo lo mau bikin gue sama kevin putus gue ga ngelarang." Lia berucap dengan santai.

Resti menghela nafas berat. Beban yang ia tanggung terlalu berat saat ini, ia tidak pernah mempunyai teman untuk bercerita mengenai masalahnya. Air mata nya pun jatuh lagi namun kali ini tanpa isakan.

Lia memperhatikan wajah resti. Masakara nya sudah luntur karena air mata nya dan itu membuat resti terlihat menyeramkan.

"Lo gabisa terus-terusan make topeng menyebalkan lo itu. Lo gabisa terus-terusan bersikap kaya lo itu gapunya masalah. Bukannya masalah sama manusia itu kaya handphone sama casing? Handphone dipakein casing bakal terasa mencengkam dan terbebani, tapi itu emang buat kebaikan handphone itu sendiri biar dia ga lecet tergores, handphone sama casing tuh saling melengkapi satu sama lain. Begitu juga manusia, Manusia harus punya masalah, walaupun berat ngejalanin nya itu bikin manusia sadar kalo hidup gabakal terus baik-baik aja. Masalah itu sendiri buat ngejaga lo dimasa depan, jadi saat lo dihadapi masalah lo udah bisa buat nyelesaiin masalah itu." Lia sampai haus berbicara segitu banyaknya.

Resti tertunduk Tangis nya kembali pecah, ia menangis seadanya. Menumpahkan semua masalah yang ia punya di air mata itu. "Gue gakuat sama masalah gue yang ini li. Gue gabisa terima kalau bunda sama ayah gue bakalan cerai. Gue gabisa terima ini li." Tangis resti sangat menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya. Lia tertegun, ia menatap resti yang sudah menundukkan kepalanya. Tangannya terulur mengelus punggung resti untuk menenangkannya.

"Gue disuruh pilih gue mau ikut bunda gue apa ayah gue. gue sayang mereka berdua li. Gue gamau mereka pisah, gue selalu tahan diri setiap mereka berantem, gue selalu sabar gue kesepian dirumah tapi Gue lebih pilih mereka berantem dari pada harus pisah kaya gini" lanjut resti disela isakan tangisnya.

"Sshhh, jangan ngomong gitu res. Mungkin ini emang yang terbaik buat mereka. Semua udah diatur sama yang diatas, lo cuma harus jalanin apa yang udah ditakdirin buat lo." Resti menatap lia dengan mata sembab nya. Selama ini ia selalu jahat kepada lia, ia selalu mencoba menghancurkan hubungan lia dan kevin. Resti langsung memeluk lia yang membuat lia terkejut.

Lia membalas pelukkan resti. "Lo harus tentuin pilihan lo. Lagi pula mau lo pilih ayah atau bunda lo, lo tetep bisa ketemu mereka kan? Lo udah gede, lo bisa nyamperin ayah lo kalo misalkan lo milih ikut bunda lo." Resti mengangguk sambil melepas pelukkan mereka. Ia menghapus air matanya dengan tangannya.

"Mending lo cuci muka. Sumpah itu maskara lo berantakan, lo jadi kaya sadoko anjir" lia langsung kabur setelah mengatakan itu sambil cekikikan.

"Wehh anjerr sialan lo." Teriak resti heboh tapi setelahnya tertawa. Ia menggunakan layar ponselnya untuk melihat wajahnya. Ia terlonjak kaget saat melihat kondisi mata nya "ini mah lebih serem dari sadoko anju."

-0-0-0-

Konflik lia-resti selesai.
Tinggal konflik lia-jenifer.
sama keluarga nya kevin yak😄
Kevin ga keluar dulu ya mau ngedate sama aku😂 *di smackdown lia.

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang