25. Baikan?

2.5K 152 18
                                    

Kevin baru saja sampai disekolah saat dia melihat lia turun dari motor besar arya. Ubun-ubun nya terasa panas melihat itu. Baru seminggu dan lia sudah berpaling ke arya? "Duh panas banget kok ya hari ini?" Ucap kevin saat dia berjalan didepan lia dan arya. Padahal hari ini cukup dingin karena tadi pagi sempat hujan.

"Eh kevin tunggu ih, arya gue duluan ya makasihh" ucap lia seraya mengejar kevin yang sudah mulai menjauh.

Arya yang melihat itu hanya tersenyum miris, dia seperti pemeran pendukung disebuah film. Jika pemeran utama lelaki pergi, dia yang menggantikan posisi nya untuk menyemangati pemeran utama perempuan. Tapi disaat pemeran utama lelaki sudah kembali. Dia kembali tidak dipentingkan lagi.

Saat arya ingin berjalan menuju kelasnya resti memanggilnya hingga membuatnya otomatis berhenti. "Kenapa?" Tanya arya cuek.

"Sakit ya?" Arya mengerutkan keningnya bingung tidak mengerti apa maksud perkataan resti.

"Apaan yang sakit?" Tanya nya bingung.

Resti malah tertawa, dia memegang bahu arya sok akrab. Arya menepis tangan resti dengan kasar. "Gausah sok akrab. Cepetan lo mau ngomong apaan?"

"Oke gini. Gue tau lo suka lia kan?" arya tidak terkejut sama sekali dengan ucapan resti. Dia hanya menatap resti datar.

"Gimana kalo kita kerja sama bikin lia sama kevin putus?" Arya langsung mendelik tak suka ke arah resti, dia menatapnya jijik.

"Wee badut ancol. Gue gabakal gangguin kebahagiaan orang yang gue suka demi kebahagiaan gue. Sebenernya motif lo balikkan sama kevin apaan sih? Nih, misalnya lo balikkan sama kevin. Tapi kevin nya ga sayang sama lo terus gapeduli sama lo. Lo bahagia gak? Engga kan? Mending lo cari deh orang yang sayang beneran sama lo." Setelah mengatakan itu, arya pergi meninggalkan resti sendirian.

.....

Lia sedikit berlari mengejar langkah kevin, saat sudah berada disampingnya lia menggerutu tidak jelas.

"Vin gue mau ngomong ih" ujar lia sambil menarik narik ujung kemeja kevin.

"Yaudah ngomong aja" ucap kevin singkat.

Tanpa disangka, lia menarik tas kevin dengan sangat kencang hingga membuat kevin otomatis mengikuti langkahnya.

Mereka sampai ditaman belakang sekolah, taman ini masih sepi karena biasa nya anak anak SMA Angkasa kesini hanya saat jam istirahat saja.

"Mau ngomong apa?"

Lia terlihat gugup, dia meremas remas jemari nya. "Emm, gini vin. Gue gatau kenapa lo jauhin gue kaya gini. Tapi gue mau ngakuin sesuatu" lia menjeda perkataan nya sebentar.
"Dulu disekolah lama gue itu gue tukang bully vin" lia menundukkan wajahnya tak berani menatap mata kevin, dia tidak bisa membayangkan ekspresi kevin saat ini.

"Tapi itu dulu, gue udah gapernah bully orang lagi. Gue sadar yang gue lakuin dulu tuh salah banget." Lia masih saja menundukkan wajahnya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat membayangkan apa yang akan diucapkan kevin.

"Nah, itu lo tau kan kalo yang lo lakuin dulu itu salah? Terus kenapa masih lo lakuin juga kalo lo tau itu salah?" Tanya kevin dengan suara datarnya. Lia mendongak menatap kevin, mata nya sudah berkaca-kaca. Dia bingung ingin menjawab apa.

"Ehmm, itu .. " jawab lia gugup.

"Apa?itu apa?" Tanya kevin mendesak, dan itu membuat lia semakin mati kutu. Air matanya terus saja mengalir, dia berulang kali menghapus airmatanya.

Baru saja lia ingin berbicara, tawa kevin pecah. Dia tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya. Lia yang melihat itu mengerutkan alisnya bingung.

"Aduh li, lucu banget muka lo kalo lagi kaya gitu hahanjir" saat mengetahui dirinya baru saja dikerjai oleh kevin, lia mengerucutkan bibirnya. Dia memasang muka masam hingga membuat kevin berhenti tertawa.

"Hehe oke oke serius kali ini ya. Gue gapeduli sama masa lalu lo li, lo aja bisa terima masa lalu gue, masa gue ga bisa terima masa lalu lo sih?" Ujar kevin sambil mengusap rambut lia dengan sayang.

"Yang penting, sekarang lo udah ga lakuin itu lagi kan?" Kevin memberi jeda lalu menghapus air mata lia. "lo tau ga sih? Gue kangen banget sama lo maniak eskrim, nanti pulang sekolah ke kedai eskrim dulu yuk" kevin mencubit ujung hidung lia pelan.

Tangis lia seketika pecah, dia langsung memeluk kevin erat. Dia juga sangat merindukan kevin nya ini. "Lo ngeselin banget si elah, gue kangen banget sama lo anju." ucap lia sambil memukul dada bidang kevin. Kevin hanya terkekeh, dia sudah tidak perduli tentang apa yang akan dilakukan resti. Dia berjanji akan menjaga lia sebisanya.

"Yaudah yuk kekelas, udah mau masuk." Kevin dan lia pun berjalan menuju kelasnya. Seperti biasa, banyak anak anak yang melihatnya tidak suka. Ada yang bahkan membicarakannya terang terangan didepannya seperti ini:

Lah mereka bukannya udah putus?

Mereka balikkan? Kok kevin mau sama tukang bully kaya lia?

Ih udah bener mereka putus kemarin!

Tapi seperti biasa juga, lia dan kevin tidak memperdulikan ocehan-ocehan tidak penting itu. Mereka terus saja berjalan sambil bercerita dengan posisi kevin merangkul bahu lia.

"Vin, kenapa waktu itu lo ngejauhin gue?lo tau ga si gue jadi kaya anak kecil yang minta dibeliin sepeda sama bapaknya tapi ga dibeliin beliin!" Mendengar penuturan lia, kevin tertawa.

"Kenapa kaya anak kecil ga dibeliin sepeda?" Tanya kevin masih dengan sisa tawa nya.

"Iya, kalo anak kecil, kalo inget belom dibeliin mewek, kalo gue, kalo inget lo jauhin gue mewek juga." Ucapnya sambil cemberut.

Kevin mengusap pucuk kepala lia hingga membuat rambutnya sedikit berantakan. "udah sampe kelas lo nih, nanti aja pulang nya ya gue ceritain. Gue kekelas dulu, belajar yang bener lo. Jangan kangenn, dahh" kevin berlalu sambil melambaikan tangannya kearah lia. Lia yang melihat itu tersenyum lima jari. Hatinya membucah bahagia, rasanya seperti ada kupu kupu berterbangan diperutnya.

Selama jam pelajaran, lia tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Berbanding terbalik dengannya seminggu yang lalu yang selalu cemberut. Putri yang mengetahui bahwa lia dan kevin sudah berbaikkan pun ikut merasa senang. Dia lega sudah tidak menjadi sasaran empuk lia lagi. Masalahnya, putri sekarang tau kalau lia sedang galau, tangannya tidak henti henti nya mencubiti paha orang.

"Nah gini dong senyum, jangan kaya kemaren lagi cemberut terus. Paha gue kasian jadi korban lo tuh seminggu" ucap putri dengan nada sinis tapi tetap tersenyum.

Lia hanya nyengir tak berdosa, saat ini putri ingin sekali mencampuri wajah lia dengan kotoran sapi. "Hehe maaf put, suka khilaf emang kalo lagi galo" ucap lia dengan senyuman lima jari nya itu.

Putri hanya memutar bola mata nya malas, dia melanjutkan mencatat apa saja yang ada dipapan tulis ke buku tulisnya.

-0-0-0-
Maaf ya akhir" ini jarang update😂

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang