DTMS-43

20.4K 2.2K 14
                                    

Satu hari sebelum keberangkatan Fatih ke Amerika, Umi Dian membawa anak itu berkunjung ke tahanan. Sepanjang jalan Fatih asik bernyanyi. Ia senang sekali begitu diberi tahu besok akan pergi bersama Om Dad-nya.

"Kak Naela itu sebenarnya kerja apa sih, Umi? Kok nggak pernah pulang?" Ia bertanya saat kaki kecilnya berjalan menuju ruang kunjungan.

Umi tertegun. Bingung akan menjawab bagaimana. Ia tergagap dan berseru, "Ayo Fatih lebih cepat lagi jalannya. Kak Naela nggak bisa lama-lama ketemu kita."

Pertemuan sore itu hanya dijatah 15 menit saja. Naela terlihat menyedihkan. Berat badannya menurun drastis, wajahnya sembab, ada lingkaran hitam di sekitar matanya yang layu. Saat melihat Fatih duduk di ruang tunggu, Naela segera memeluknya. Ia ciumi pipi dan rambut Fatih berkali-kali.

"Kak, besok Fatih mau jalan-jalan bareng Om Dad. Kakak ikut Fatih, 'kan?"

Naela menggeleng, "Nggak, Sayang. Kakak masih banyak pekerjaan yang nggak bisa ditinggal."

"Ah, Kak Naela kerja terus. Mana peduli sama Fatih. Kalau begitu Fatih nggak mau lagi ketemu Kak Naela. Kak Naela nggak sayang Fatih. Mendingan Om Dad yang selalu baik. Fatih mau tinggal sampai besar bareng Om Dad." Ucap Fatih. Bibirnya manyun. Tangan dilipat di depan dada. Ia berdiri membelakangi Naela.

Dada Naela berdetak. Ia melihat Umi dengan tatapan putus asa. "Iya, Fatih bakal tinggal sama Om Dad. Di tempatnya Om Dad ada banyak taman yang bagus-bagus, mainan, dan banyak buku cerita. Tapi, Nak," ucap Naela menyentuh kedua pipi Fatih, mengarahkan wajah anak itu agar mrnatapnya, "sekali aja lihat Kak Naela."

Sedikit ogah-ogahan, namun Fatih mau memutar tubuhnya. Mata buah almond itu bertatapan dengan mata Naela. Bocah itu mengerjap dan sempurnalah keindahan matanya yang jernih.

"Fatih harus janji sama Kak Naela."

"Janji apa?"

"Fatih janji nggak akan lupa berdoa dan shalat. Fatih harus janji nggak akan lupa sama Kak Naela dan Umi." Suara Naela yang gemetar keluar dari bibirnya yang pucat.

"Kenapa Fatih harus janji? Selama ini Kak Naela selalu janji kalau kita mau jalan-jalan, tapi nggak pernah ditepati. Fatih nggak mau janji-janji."

"Fatih." Umi Dian ikut turun ke lantai. "Fatih nggak boleh begitu. Kak Naela nggak pernah ingkar janji tanpa alasan yang jelas. Nanti Fatih pasti paham. Tapi sekarang, Fatih cukup memaafkan aja. Ayo, Kak Naela nggak minta macam-macam, kok. Bilang kalau Fatih mau janji sama Kak Naela."

Fatih kembali menatap Naela. "Okay," seru Fatih seraya tersenyum simpul, "permintaan Kak Naela dikabulkan. Fatih nggak akan lupa berdoa dan shalat, juga nggak lupa sama Kak Naela dan Umi. Fatih kan cuma jalan-jalan sebentar. Nanti juga pulang lagi. Kak Naela ini lebai." Ia nyengir.

Naela mendekap Fatih. Bisa jadi hari ini adalah hari terakhirnya bersama Fatih. Untuk saat ini, ia berharap waktu tidak bergerak sedetik pun.

Di Tepian Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang