Extra Part 1

32.5K 2.4K 76
                                    

TIGA EXTRA PART BERIKUT SEHARUSNYA ADA DI SEKUEL. MENCERITAKAN EMPAT TAHUN SEBELUM PART SEBUAH AKHIR.

Dua puluh menit kemudian mereka tiba di bandara George Bush Intercontinental. Sam keluar dan mengambil koper Naela di bagasi. Koper mini warna tembaga yang tadi ia bawa juga turut dikeluarkan. Meski terus dihantui rasa penasaran, Naela tetap tidak mau bertanya. Ia memutuskan untuk menunggu kejadian yang akan terjadi selanjutnya, sehingga tak perlu menjatuhkan harga diri untuk bertanya pada lelaki itu. Semoga saja dugaanya benar bahwa isi koper tersebut adalah pakaian Fatih. Semoga benar Sam mengijinkan Fatih untuk pulang bersamanya.

Mereka berjalan masuk ke bangunan bandara. Tangan Fatih ada dalam genggaman Naela. Anak itu berjalan riang, sesekali melompat. Rambut pirangnya tertutup topi wol berwarna hitam. Sam jalan di depan dengan dua buah koper di kanan dan kirinya. Tadi Naela ingin membawa kopernya sendiri, hanya saja Sam melarang dengan tegas. Ia bilang selagi ada lelaki, kenapa harus menyusahkan diri sendiri.

Langkah mereka berhenti di meja imigrasi. Sebuah paspor yang sudah dicap visa dikeluarkan Sam dari balik saku kemeja. Naela semakin tidak paham. Apakah begitu kuatnya pengaruh Sam di kota ini, sampai-sampai ia diijinkan untuk mengantar sampai ke ruang tunggu oleh petugas bandara? Tapi mengapa laki-laki itu harus ikut-ikutan check in? Lagi-lagi Naela enggan bertanya.

Sam sudah lewat dari meja imigrasi sambil menggendong Fatih. Dua buah koper sudah masuk entah ke mana. Mungkin sudah dibawa conveyor sampai ke pesawat. Tiba gilirannya, Naela mengeluarkan paspor. Tidak sampai tiga menit kemudian pemeriksaan selesai. Ia bergabung bersama Sam dan Fatih menuju gerbang yang dijaga petugas dengan metal detector.

Tidak harus duduk di ruang tunggu, karena memang pesawat akan boarding sepuluh menit lagi. Panggilan dari announcer yang dipasang di sudut-sudut ruang tunggu terdengar berulang kali. Tiga orang itu berjalan menuju pesawat setelah sebelumnya diperiksa di gate keberangkatan.

Dua orang pramugari berseragam merah menyambut di pintu kabin. Sam menunjukkan boarding pass-nya, kemudian pramugari itu langsung mengantar hingga tempat duduk. Kali ini Sam tidak mengambil kursi di kelas bisnis. Mereka bisa duduk sejajar di tiga kursi kelas ekonomi dekat jendela.

"Baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baik. Aku sangat berterima kasih sudah diantar sampai di sini. Sekarang aku dan Fatih akan segera terbang, sebaiknya kau segera turun. Terimakasih sudah mengijinkan Fatih pulang bersamaku," ucap Naela. Ia yakin seratus persen kalau dugaannya kali ini tidak salah.

Sam hanya melirik sebentar. Wajahnya tenang. Pertanyaan Naela berlalu tanpa sebuah jawaban. Justru sekarang Sam sudah duduk dengan santai. Fatih ia letakkan di kursi tengah.

"Kenapa kau malah duduk di sini?" Naela bingung.

Senyuman tipis terlukis di bibir Sam. Ia senang melihat Naela kebingungan seperti itu.

"Jawab, Sam. Kenapa kau tetap di sini?" paksa Naela. Fatih yang duduk di antara mereka terlihat senang berada dalam pesawat. Ia tidak tahu menahu tentang Naela dan Sam yang sedang bermasalah.

"Apa lagi, aku juga akan ikut ke Indonesia," jawabnya santai seperti tanpa beban apa pun.

"Tidak perlu mengantar jauh-jauh sampai Indonesia. Fatih aman bersamaku. Kau jangan khawatir. Sekarang kau bisa keluar." Naela terlihat panik.

"Diam. Duduk saja dengan nyaman."

Naela masih tidak paham.

"Kau sungguh-sungguh ingin mengantar sampai ke Indonesia? Dan tadi saat di mobil, kau juga bilang akan bertemu ibuku. Apa rencanamu, Sam?" Pengacara wanita itu mulai panik dan cemas. Seperti ada sekumpulan manusia yang memukuli segala sisi di dalam dadanya.

Jangan-jangan ....

Tidak. Itu tidak mungkin. Naela segera menggeleng.

"Naela Alfiatul Husna, bisakah kau duduk dengan tenang dan menyimpan semua pertanyaanmu itu? Nanti kau akan tahu sendiri apa jawabannya. Lihat ke samping kanan, sebentar lagi pesawat akan take off dan kau bisa melihat kota Houston dari ketinggian. Itu akan sedikit menyenangkan jika kau belum pernah melihatnya," ucap Sam sambil tersenyum tipis.

Naela mengembuskan napas. Baik, ia memang lebih baik diam. Ia tidak mau terlihat seperti terlalu ingin tahu tentang lelaki itu. Perhatiannya kemudian beralih pada Fatih. Meladeni pertanyaan-pertanyaan polos Fatih tentang pesawat.

Pesawat American Airlines itu tinggal landas beberapa menit kemudian. Kepala Fatih dijulur-julurkan agar bisa menjangkau pemandangan dari jendela. Kota di bawah sana semakin jauh, berubah pulau, laut, dan awan-awan putih. Fatih tidak tertarik lagi untuk memandang keluar jendela. Bocah itu mulai berpindah pada tablet di tangan Sam. Tangannya ikut disentuh-sentuhkan. Sam yang sedang sibuk dengan urusan pekerjaan sebenarnya sedikit risih pada mulanya, tapi kemudian ia malah terhibur karena keusilan Fatih. Naela sengaja membiarkan. Biar laki-laki itu tahu rasanya diganggu anak kecil.

Sam mengangkat tubuh Fatih. Bocah itu duduk di pangkuannya. Dua laki-laki itu kemudian asik bermain game zuma di tablet Sam. Sesekali keduanya tertawa, saling berlomba menyentuh layar dengan telunjuk. Satu jam kemudian, keduanya kelelahan dan jatuh tertidur. Fatih tidur tengkurap di atas tubuh Sam.

Sangat pulas.

Tidak bohong. Pemandangan itu sangat indah, membuat hati Naela bergetar. Dalam Islam, seorang anak yang lahir di luar pernikahan tidak ada hubungan nasab dengan ayahnya. Itu artinya Fatih tidak pernah punya hubungan nasab dengan Sam. Tapi secara biologis, tidak ada yang bisa menolak, ada darah Sam yang mengalir dalam tubuh Fatih. Mungkin karena pula hubungan keduanya tampak begitu kuat.

"Kau sedang mengamatiku tidur?" Tiba-tiba Sam membuka mata. Naela tersadar bahwa sejak tadi ia memang sedang memandangi Fatih dan Sam yang tidur dengan posisi yang sangat manis.

"Aku tidak mengamatimu. Kau tidak lihat kalau mataku tertuju pada Fatih?" Naela membela diri.

Sam tersenyum simpul. Ia sedikit bergeser dan menjaga agar Fatih tetap nyaman di atas dadanya.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan tidur lagi." Sam tersenyum tipis. Seperti mengejek. Kemudian kembali memejamkan mata.



Happy reading ... komentarnya jangan lupa, ya :)

Di Tepian Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang