DTMS-59

32.7K 2.1K 25
                                    

Beberapa menit sebelum pukul delapan, mereka semua sudah selesai sarapan. Pagi ini Fatih masih mengenakan setelan tidur berwarna putih dan motif polkadot, rambut hitam-pirangnya acak-acakan. Biarpun begitu, dia tetap tampak segar. Sebenarnya Fatih sudah bangun sejak Subuh, Naela yang membangunkan dan mereka shalat bersama.

Sementara Sam sibuk dengan sepatunya, Fatih duduk di sofa. Ia memperhatikan Sam tanpa suara, seperti sedang berpikir sesuatu. Paman Jono duduk di samping bocah itu sambil membaca koran pagi. Naela datang beberapa menit kemudian, setelah meja makan kembali bersih.

"Kak Naela, kenapa orang kerja itu harus pakai sepatu. Nggak pakai sandal aja?" tanya Fatih dengan wajah polos. Paman Jono yang sedang asik dengan koran sampai tertawa. Ia melepas kaca mata bulatnya.

"Apa katanya, Paman?" Sam ikut penasaran. Pertanyaan tadi diulangi oleh Paman Jono. Sam tertawa kecil.

"Karena orang-orang tua dulu mengajarinya begini, Nak. Seandainya mereka dulu kerja pakai sandal, mungkin orang-orang sekarang pergi ke kantor pakai sandal juga. Syukurnya ini adalah tradisi yang baik. Bersepatu bisa membuat kita terlihat rapi, selain itu cacat di kaki juga bisa disembunyikan." Sam sudah duduk di samping Fatih. Anak itu diangkat ke pangkuan. "Tetapi di sebuah tempat dimana perusahaan-perusahaan IT berdiri, dikenal dengan nama Silicon Valley, kaum muda bekerja dengan kaus oblong, jins belel, dan sandal jepit lusuh juga tidak masalah. Jadi kupikir-pikir, semua ini hanya tentang budaya."

Fatih belum bisa berbahasa Inggris dengan baik. Tapi sedikit-sedikit dia sudah paham apa yang dijelaskan Sam. Tak lama mereka sudah bercerita banyak hal tentang pekerjaan dan kantor.

"Nanti Fatih pengin punya perusahaan permen terbesar di dunia. Fatih pengin bikin permen yang tidak habis dimakan selama satu tahun. Itu Dad, seperti punya Om Willy Wonka," pinta Fatih menyinggung film Chocolate Factory, "bikinin ya, Dad. Tenang aja, nanti Fatih jadi bosnya, Dad jadi asistennya Fatih," kata bocah itu dengan bibir yang lucu. Ia sudah memaafkan Sam sejak satu hari lalu.

"Asisten?" tanya Sam dengan tawa tertahan.

"Iya." Fatih menjawab mantap. Sam hanya tertawa kecil lalu mengusap rambut putranya.

"Sam," panggil Naela pelan, menghentikan tawa Sam.

"Kulihat kalian sudah akrab. Jadi, aku memutuskan untuk pulang ke Indonesia besok. Tidak baik aku berlama-lama di rumah ini. Dan aku mencemaskan ibuku."

Kalimat itu diucapkan Naela dalam bahasa Inggris, namun terlalu mudah untuk bisa dipahami Fatih. Senyum di wajah anak itu hilang. Sambil merengut ia berjalan pergi ke lantai dua. Paman Jono mengejar.

Sam masih tertegun. Pemberitahuan Naela terlalu terburu-buru dan ia belum siap. Sekarang ia bingung, apakah rencana kepulangan Naela akan disetujuinya atau tidak. Setelah cukup lama mereka sama-sama diam. Akhirnya Sam berdiri, ia beranjak pergi keluar rumah. Tak lama, suara mesin mobil terdengar.

***

Tidak butuh persetujuan dari Sam untuk memutuskan pulang. Malam hari setelah Fatih tidur, Naela kembali ke kamarnya yang ada di samping kamar Fatih. Semua barang-barang ia masukkan ke dalam koper. Setelah semua beres, ia kembali ke kamar putranya. Tak ada yang dilakukan Naela kecuali duduk memandangi wajah Fatih yang pulas.

Selama hampir dua minggu kebersamaan mereka, sudah banyak foto mereka berdua yang tersimpan di ponsel. Naela membuka ponsel lalu memutar slide show foto-foto Fatih.

Puntranya sangat tampan, baik saat tertawa, manyun, datar, menangis, atau saat tidur sekali pun. Butuh waktu hampir satu jam bagi Naela membujuk Fatih hari ini. Anak itu ngotot ingin ikut pulang, dan Naela masih tidak punya jawaban. Jika Sam tidak keberatan, ia pasti dengan senang hati akan membawa Fatih pulang ke Indonesia.

Malam semakin larut dan Naela masih belum beranjak. Ia terus berpikir, sanggupkah ia hidup normal sesampai di Indonesia nanti? Hidup bahagia tanpa dihantui kerinduan yang menyesakkan setiap hari?

Pintu kamar didorong dari luar. Sam berdiri di sana, masih dengan setelan kerja. Naela cepat-cepat berdiri, kemudian berjalan menuju pintu. Ia ingin kembali ke kamarnya karena berpikir barangkali Sam ingin mendatangi Fatih.

"Siapkan pakaianmu jika ingin pulang besok," ucap Sam datar.

Naela bergeming. Toh semua perlengkapannya memang sudah rapi dalam satu koper. Ia hanya menunggu persetujuan Sam agar Fatih diperbolehkan ikut pulang. Sayang hingga langkah Naela sampai di depan kamar, tidak ada perkataan apapun lagi dari bibir Sam.

Naela pasrah. Mungkin ia memang harus pulang sendiri tanpa Fatih. Ia menghela napas, menguatkan hati.

Pukul dua pagi Naela sudah bangun. Ia segera menuju kamar Fatih. Shalat malam dan memurojaah hapalan juz 27 di sana. Tidak lupa ia membaca beberapa lembar Al Qur'an di dekat Fatih yang masih tidur. Saat tiba waktu Subuh, ia membangunkan bocah itu. Mereka shalat bersama. Naela bacakan surah Ad Dhuha sebanyak tiga kali. Fatih mengikuti ayat demi ayat hingga hafal.

Usai shalat Subuh dan mengaji, Naela membuka jendela. Angin segar musim semi berembus masuk. Di luar sana burung-burung kecil mulai berkicau. Pohon-pohon menghijau dan deretan bunga memunculkan kuncup-kuncupnya. Ini mungkin akan jadi pagi terakhirnya di Amerika, juga pagi terakhirnya bersama Fatih.

Naela tahu Fatih pasti akan marah. Menangis. Tetapi itu tidak akan lama. Seperti yang dikatakan Jono, kedatangan Fatih membawa perubahan besar dalam diri Sam. Ini kabar baik. Naela tidak mau jadi penghalang. Ia akan melihat seberapa jauh pengaruh Fatih untuk laki-laki Amerika itu.

Selama ini, Sam yang menyesuaikan diri dengan Fatih, bukan sebaliknya. Ia sudah memperbolehkan Fatih untuk shalat, dan nama Sean sudah tidak pernah ia sebut untuk memanggil Fatih. Terlebih saat Jono bercerita Sam pernah bersujud di lantai, berdoa pada Tuhan, Naela tidak bisa menahan bahagia.

Seorang Sam bersujud?


*Dua part terakhir saya private. Bagi yang sudah follow tapi belum bisa membuka dua part terakhir, silakan lakukan dua hal berikut: 1) keluarkan cerita ini dari library, kemudian masukkan kembali, atau (2) log out akun wattpad kamu, kemudian log in kembali.

*Bagi yang gagal follow kemungkinan ada dua alasan: 1) wattpad sedang mengalami gangguan, atau (2) email kamu belum diverifikasi.

Di Tepian Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang