DTMS-48

23.9K 2.2K 40
                                    

Sam memandangi pantulan dirinya di cermin besar. Tersenyum penuh kemenangan. Rasanya seperti memenangi sebuah kasus hukum paling rumit di abad 21. Pada akhirnya Fatih takluk padanya. Anak itu bisa menjalani kehidupan dengan normal dan lupa pada Naela di Indonesia. Kini ia paham satu hal, anak kecil sangat mudah diperdaya. Cukup dengan sedikit perhatian dan diajak bermain, rasa sayang seorang anak kecil akan teralihkan. Sam lupa akan satu hal, bahwa seorang anak kecil juga pandai menyimpan kesedihan.

Ia melirik arloji, pukul 07.55 malam. Itu artinya Katty akan datang dalam lima menit lagi. Ini saatnya untuk bersiap-siap. Satu kemeja putih dengan garis-garis vertikal menjadi pilihan Sam. Ia padukan dengan celana hitam jahitan. Setelah berpakaian dengan rapi, pria itu kembali ke depan cermin, menyisir rambut hitam kecokelatannya, menambahkan minyak rambut, dan menatanya agar terlihat lebih rapi.

Ini malam yang istimewa, sudah dinanti-nanti sejak lama. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini begitu saja. Katty harus jatuh cinta lagi saat melihatnya, sama seperti awal pertemuan mereka di geladak yacht dari San Diego menuju Hawai lima tahun lalu.

Usai menyemprotkan parfum terbaik di beberapa titik tubuh, Sam berjalan keluar kamar. Sebelum turun ke lantai pertama dan bersiap melakukan penyambutan besar untuk Katty, terlebih dahulu ia mampir ke kamar Fatih. Anak itu sedang berpakaian bersama Jono.

Sam menyandarkan tubuh ke sisi kanan pintu, tersenyum, sambil matanya terus memerhatikan Fatih. Ketampanan putranya adalah kebanggan besar yang dimiliki Sam. Dua menit kemudian, si kecil Fatih sudah siap untuk ikut serta bertemu Katty.

Mereka berjalan beriringan dengan tangan Sam menggenggam pergelangan tangan putranya. Di lantai bawah, suasana sebuah acara makan malam istimewa sangat terasa. Lampu-lampu kristal mewah yang biasanya hanya dinyalakan saat ada pertemuan terhormat kini berkilauan. Aroma semerbak bunga mawar memenuhi ruangan, sehingga tercipta sebuah suasana yang begitu romantis.

Tidak perlu menunggu lama, suara mobil terdengar masuk ke halaman rumah. Sam berlari ke depan pintu, merapikan kemeja dan bersiap-siap untuk momen terindah yang sudah dinanti-nanti sejak lama. Benar saja. Katty sungguhan datang. Perempuan itu berjalan seorang diri menaiki tangga, tidak bersama suaminya. Karena memang begitu permintaan Sam.

Senyum wanita itu seketika merekah, hingga deretan giginya yang putih terlihat. Malam ini Katty dibalut gaun panjang menyapu lantai berwarna merah. Rambutnya digulung ke atas, dan dua untai rambut dibiarkan menggantung di pelipis. Meski Katty sudah menjadi seorang ibu, di mata Sam wanita itu tetap terlihat sangat cantik. Katty bagaikan bidadari yang diturunkan dari Surga tertinggi dan datang hanya untuknya.

Setelah sekian bulan tidak bertemu wanita itu, kini Sam seperti terkunci di tempatnya berdiri. Entah bagaimana ia harus mengekspresikan kebahagiaan yang meluap-luap dalam hati. Seandainya bisa, ia ingin sekali mendekap wanita itu seperti saat mereka masih suami istri dulu. Tapi sekarang, ia harus sedikit menjaga sikap.

Sam tersenyum, terus ia pandangi Katty yang berjalan semakin dekat. Begitu sampai di hadapannya, Katty memberikan pelukan dan ciuman di pipi. Aroma harum lembut memenuhi indra penciuman Sam. Seperti pria idiot, ia hanya bisa berdiri pasrah menerima semua itu. Menikmatinya.

"Kau sangat cantik malam ini, Sweetie ...," bisik Sam lembut di telinga Katty. Pipi wanita itu merona karena pujian.

Dari jarak sekitar 10 depa, Fatih berdiri menyaksikan. Siapa wanita itu yang terlihat begitu dekat dengan ayahnya? Tiba-tiba ia merasa sedih, beranggapan bahwa Sam akan pergi bersama wanita itu. Ia akan ditinggalkan seorang diri. Dengan wajah murung, Fatih berjalan menuju meja makan, duduk di sana sambil memainkan sendok. Wajahnya cemberut. Ia bergeming saat ditawari segelas cokelat panas oleh seorang asisten.

Di Tepian Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang