Jika ada salah-salah kata atau istilah, tolong dimaafkan karena cerita saya jauh sekali dari kata sempurna.
Typo bertebaran, happy reading.
***
"Lenuel!" Sia berteriak diantara hriuk priuknya kepadatan bandara Soekarno-Hatta. Pria yang bernama Lenuel sendiri berhenti berjalan lalu berbalik menghadap si pemanggil.
"Kita satu pesawat horeee." Sia berteriak heboh hingga tak sengaja menjatuhkan kopernya.
Perkenalkan nama sang wanita adalah Raflesia atau sering disebut Sia adalah wanita berumur 24 tahun. Sedangkan sang pria yang bernama Lenuel adalah pria hangat berumur 25 tahun.
"Kau senang tidak?" Sia memberikan cengiranya yang menawan.
"Tidak." Lalu Lenuel kembali berjalan dengan gagahnya membawa koper.
Sia mendengus sebal lalu mengikuti Lenuel dari belakang dan menggenggam tanganya. Lenuel tak mengelak ia malah makin mendekatkan diri pada tunanganya.
Ya, mereka memang sepasang kekasih yang sedang menjalani hubungan pertunangan, walaupun tak tahu kapan hubungan itu akan masuk ke dalam jenjang pernikahan, tetapi mereka nyaman dengan status mereka saat ini.
Walaupun penerbangan masih ada beberapa menit lagi, tetapi setiap Cabin Crew atau Pramugari- pramugara harus tetap berada di dalam pesawat sebelum para penumpang berdatangan.
Dan saat-saat inilah yang paling tak ditunggu oleh Sia, yaitu harus berpisah dengan Lenuel karena bedanya alur pekerjaan. Lenuel dengan ke-pilotanya dan ia sendiri dengan status cabin crew.
"Hai Lenuel, Sia.." ucap Cabin Attendant* yang tengah menunggu penumpang di depan kabin.
"Hai Hura, Rion.." sapa balik Sia. Sedangkan Lenuel tak menjawab, ia hanya tersenyum membalas sapaan mereka.
"Wah.. kalian selalu saja serasi ya. Jadi gimana nih perasaanya satu tugas sama tunangan sendiri." Hura mencolek lengan Sia sebelah kiri, karena tangan kananya sibuk betautan dengan Lenuel.
"Kau ini bisa saja." Sia tersenyum malu.
Akhirnya Hura kembali pada tempatnya bertepatan dengan Lenuel yang ingin berbicara empat mata dengan Sia.
"Nah sekarang apa yang ingin kau bicarakan."
Lenuel mendekatkan diri lalu mencium kening Sia. "Semoga harimu menyenangkan, kita akan bertemu lagi beberapa jam di Singapore. Bye."
Sia tersenyum sumringah, ia menatap punggung tegap Lenuel. Walaupun pria yang satu itu sangatlah tenang dalam pembawaan tetapi walaupun seperti itu tingkahnya tetaplah seperti pria playboy lainya yang terkadang selalu romantis.
"Bye sayangku. Hati-hati ya bawa pesawatnya..." Sia melambaikan tanganya dengan gulungan rambut yang ikut bergerak karena tingkahnya yang terlalu bersemangat.
Lenuel tersenyum saat mendengar teriakan Sia yang memang begitu keras hingga tak ayal orang yang mendengarnya langsung mengalihkan pandangan.
***
"Huaah Lenuel, tadi kenapa pesawatnya goyang-goyang gitu? Aku hampir jantungan tau." Sia mengerucutkan bibirnya menatap Lenuel yang keluar dengan koper ditanganya.
Lenuel sendiri hanya memutar mata, guncangan itu sendiri memang hal biasa. Bukan karena kerusakan atau apapun, itu hal yang wajar karena perbedaan tekanan udara ketika pesawat terbang. Tetapi walaupun ia sudah pernah mengatakanya pada Sia, Sia sendiri terus saja menanyakan hal itu ketika guncangan kembali terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]
Romance"All the world is made of faith and trust." || Copyright©2017 - All rights reserved Cobalah untuk mempercayai seseorang dan terus mengabadikanya di dalam hati. Ketika kita sedang jatuh dan tak tau harus berpegangan pada siapa lagi, orang yang kita p...