3. Pertemuan

9.8K 441 1
                                    

Jika ada salah-salah kata atau istilah, tolong dimaafkan karena cerita saya jauh sekali dari kata sempurna.

Typo bertebaran, happy reading.

***

"Saya datang kemari ingin meminta restu dari orang tua Sia untuk mengizinkan anak saya, Lenuel bertunangan dan menjalin hubungan sedikit serius dengan anak anda."

Windu sebagai orang tua Sia mengangguk mengiyakan. Sebenarnya keluarga Henning sudah memberi tahu sebelumnya akan kedatangan mereka yang akan mempersunting Sia.

"Saya sudah berdiskusi dengan Sia sebelumnya dan ia juga menerima suntingan kalian ini. Tetapi jika boleh berdiskusi kembali, saya ingin mengingatkan pada keluarga kalian bahwa Sia bukan wanita sempurna seperti wanita lainya."

Lenuel yang sedang mendengarkan ucapan Windu menatap tak mengerti, menurutnya Sia adalah wanita luar biasa sempurna walaupun memang tidak ada yang sempurna di dunia ini.

"Walau memang terlihat sangat sempurna luar dan dalam, tetapi percayalah ia tak sesempurna itu." Lanjut Windu menatap Lenuel.

Lenuel mengalihkan pandangan matanya pada Sia dan menatapnya intens. Ternyata setiap orang tidak boleh mengatakan seseorang itu sebagai cerminan yang sempurna.

Terlihat sempurna di depan tetapi ternyata tidaklah begitu. Lenuel sendiri terus menatap intens Sia yang malam ini memakai dress biru yang sangat cantik. Ia duduk tepat di sebelah orang tuanya tepat dihadapan Lenuel sendiri.

Sia pun yang merasa diperhatikan mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. Hal itu tentu saja langsung bersibobrok dengan tatapan intes Lenuel. Sia tersenyum canggung pada Lenuel.

Sedangkan Lenuel sendiri tidak membalas tetapi semakin mencari dimana ketidak sempurnaan yang dimiliki oleh Sia. "Kau sempurna dimataku Sia.." ucap Lenuel tiba-tiba yang membuat semua orang yang tengah sibuk berbicara mengalihkan pandangan mereka.

Rose yang duduk disebelah Windu dan juga Sia, memegang tangan keduanya dan mengelus sayang. Ia tak menyangka bahwa akan ada yang mencintai anaknya dengan sangat tulus seperti yang diucapkan oleh Lenuel sekarang ini.

Sia mengalihkan pandanganya pada Rose-ibunya lalu tersenyum. Sebelumnya ia sangat tak yakin akan tujuan Lenuel yang meminta sebuah hubungan denganya karena selama ini semua kekasihnya mundur secara teratur karena penyakit yang dideritanya.

Setelah berhari-hari memikirkan permintan Lenuel, akhirnya kemarin, Sia sudah memutuskan bahwa ia ingin mencoba dengan Lenuel, toh tak akan lama pria itu akan mundur secara teratur seperti mantan kekasihnya terdahulu.

"Terima kasih, tetapi sepertinya hal itu akan berubah dengan seiringnya waktu." Sia menjawab sambari menatap Lenuel dengan senyum hangatnya.

Sia merenung disebuah bangku dengan pandangan kosong. Walaupun keadaan saat ini benar-benar ramai dan penuh sesak oleh orang-orang tetapi entah mengapa Sia bisa berfikir tanpa terganggu sedikit pun.

Fikiranya kembali berkelana pada pertemuanya dengan Lenuel 2 tahun kebelakang. Sejujurnya Sia pernah berfikir bahwa Lenuel tidak akan pernah kuat mengatasi penyakitnya dan ia akan mundur secara teratur.

Tetapi dugaanya salah. Ia telah salah menilai tunanganya itu dengan yang tidak-tidak. Mungkin karena ia sangat frustasi saat itu membuatnya berspekulasi secara ekstrim hingga mempunyai daya fikirnya sangat pendek.

SIa kira setelah Lenuel mengetahui penyakitnya, dia akan mundur dan langsung meninggalkanya. Tetapi ternyata tidak, ketika penyakitnya datang Lenuel tidak pergi ia malah selalu berada di samping Sia dan menuntunya dengan benar.

Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang