20. You?

4.4K 188 0
                                    

Typo bertebaran, happy reading.

***

"Semuanya sudah siap? Kita langsung ke plan B aja?"

Sang wanita yang mendengar itu berdecak kecil. "Shhh menyusahkan saja, Lo taukan dia itu kaya apa orangnya."

"Tapi dengan adanya dia kita bisa sedikit dibantu soal rahasia si Sia." jawab sang pria kembali lalu meneguk satu botol vodkanya.

"Gue lagi gamau jadi patner seks lo ya, jadi gue mau cabut sekarang." sang wanita mengambil tas tangannya dan berjalan keluar club. Dan ia sempat mengumpat saat grombolan pria berhidung belang menggodanya.

Sang pria yang melihat kelakuan parthnernya itu tersenyum menjijikan. Tak lama sesudah ia mengucapkan hal itu, seseorang mendatangi mejanya dan ber say hello seperti sahabat yang sangat dekat tetapi mempunyai tujuan yang tidak bersahabat.

"Apa kabar bro?" tanya sang pria yang tadi sedang meminum minuman kerasnya.

"Lo kan tau gue gini-gini aja. Gimana sama rencana lo itu?"

"Lo tenang aja, tunggu tanggal mainnya."

***

Rose berjalan tergesa-gesa mendatangi Windu yang sedang asik dengan tontonan sinetronnya. Dan ketika ia melihat Rose mendatanginya dengan wajah panik, Windu menaikan alisnya.

"Kenapa?"

"Sia pasti marah, aduh Mama baru inget tadi." Rose menepuk dahinya dan terlihat sangat panik.

"Oke... tarik nafas terus buang... ada apa? Kita kan baru pulang dari rumah Mam- ASTAGA!"

Rose makin tak tenang ketika suaminya ikut panik. "gimana ini Pa? Sia pasti marah banget soalnya Mama ngambil kunci rumah didompetnya yang ketinggalan sebelum berangkat."

"Mama sih udah tau anaknya dikit tempramental, sekarang tunggu di esekusi aja kita."

Setelah Windu mengucapkan hal itu, pintu rumah terbuka lebar dan menampilkan Sia yang berjalan masuk dengan wajah senangnya.

Rose melirik Windu dengan pandangan bertanya melihat Sia pulang dengan raut senang.

"Kenapa kamu senyum-senyum?"

"Ih Papa harusnya Papa seneng aku pulang senyum daripada pulang marah-marah."

"Bukanya kamu suka tempramental ya kalo misalnya Papa sama Mama ngunci rumah lupa bilang?"

***

Setelah berbicara dengan kedua orangtuanya, Sia memasuki kamar dengan kesal, sebenarnya rasa kesal itu masih membelenggu di dalam hatinya karena kesialan hari ini.

Ia ingat saat sekolah dasar dulu, saat ia tidak mempunyai teman dan rumah jauh kemana-mana, Rose dan juga Windu mengunci rumah dengan seenak mereka tanpa memberi tahu kepada Sia yang saat itu masih berumur 12 tahun.

Saat itu Sia kesal dan akhirnya menunggu di depan rumah hingga malam menjelang, apalagi dengan gemuruh petir yang selalu mengagetkanya. Saat itu rumahnya bukan berada di sini, tetapi dirumah kontrakan yang layak huni yang bisa dibilang jauh dari rumah tetangga dan jarangnya ia berkomunikasi dengan mereka.

Ya Sia ingat sekilas memori yang berkelebat di fikiranya. Maka dari itu ia selalu kesal ketika orang tuanya pergi dan membawa kunci seenak mereka dan hampir tidak memperdulikan dirinya.

Dan berbicara tentang hari ini, kekesalan yang dialami Sia hampir hilang karena ajakan Lenuel untuk pergi ke pantai tadi siang. Tentu saja karena perjalanan itu ke-kesialannya pada Lenuel hilang dan menjadikan hari tadi menjadi suatu historynya yang menyenangkan.

Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang