Typo bertebaran, happy reading.
***
Setelah dua hari tidak bertemu dengan Sia, Lenuel menjalani hidupnya didampingi oleh Nia. Lenuel tau dia benar-benar jahat dan tak berperasaan terhadap mantan tunangannya, dan ia sadar diri akan hal itu.
Setelah melakukan penerbangan dan sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta, Lenuel mendapat panggilan dari rekan kerjanya untuk menghadap wakil direktur. Lenuel tau wakil direktur itu akan mengatakan sesuatu padanya, apalagi jika bukan permintaan maaf.
Setelah memberi tau Nia akan keterlambatannya, Lenuel berjalan dan mengetuk pintu ruang wakil direktur dan langsung mendapat jawaban darinya. Lenuel tidak mau membuang waktu lagi, ia masuk dan menghadap seorang pria yang beberapa waktu lalu berbicara sedikit keras padanya, dan juga memfitnahnya. Lenuel tidak akan melupakan hal itu.
"Kau sepertinya sedang senang." ucapnya. Kemudian membalikan kursi duduk dan menatap Lenuel yang tengah berjalan mendekati dan duduk di hadapanya. Wajahnya masih sama saat terakhir ia melihatnya kemarin, sosok pria tegas dan penuh kedisiplinan.
"As you see."
"Anda pasti tau apa yang membuat anda menghadap saya, kapten Lenuel. Saya disini ingin meminta maaf karna saya sudah menuduh dan menonaktifkan jam penerbangan anda." pria itu tersenyum. Walaupun memiliki perawakan yang sangat tegas dan begitu menjungjung kedisiplinan, tetapi Lenuel tau bahwa kesopananlah yang masih sangat dijungjung tinggi olehnya.
"Saya hanya tidak menyangka bahwa Filo yang begitu saya percayai adalah dalang dari semua itu dan saya benar-benar meminta maaf kepada anda. Saya begitu buta akan kebenaran dan hanya menganggap yang benar dari pandangan awal saya saja."
"Anda tidak perlu meminta maaf seperti ini Pak, saya mengerti bagaimana pengaruh Filo terhadap pandangan anda, dan saya mengerti bahwa ketidak percayaan itu benar-benar mempengaruhi anda." Lenuel sudah kembali seperti dulu, hangat dan selalu menebar senyum. Entah hubunganya dengan Sia begitu membebaninya atau bagaimana, tetapi setelah memutuskan semuanya, Lenuel bisa kembali seperti sedia kala.
"Sepertinya urusan kita sudah selesai bukan Pak, kalau begitu saya-"
"Sebentar kapten, saya ingin mengatakan pada anda bahwa Nona Sia sudah bisa mengambil barang-barangnya diloker ruang pramugari."
Lenuel menatap tidak mengerti, prihal hubunganya dengan Sia memang bukan rahasia umum lagi, semua sudah mengetahui hubungan mereka, tetapi Lenuel tak menyangka bahwa hubunganya sudah sampai ditelinga sang wakil direktur maskapai penerbanganya. Dan mengenai desas-desus prihal Sia keluar dari pekerjaanya memang sudah Lenuel dengar, dijalan tadi ia mendengar para pramugari lain membicarakan prihal keluarnya Sia.
Lenuel tidak mau percaya saat itu, tetapi ketika mendengar hal ini langsung dari mulut sang wakil-yang bisa dikatakan sangat berpengaruh tentang masuk dan keluarnya pegawai maskapainya, ia mengerti dan mempercayai pembicaraan para pramugari yang sering bergosip tadi.
Setelah pembicaraan, Lenuel langsung membawa satu kotak berisi barang-barang Sia masuk ke dalam mobilnya. Lenuel tidak mau menunggu dan menunda-nunda barang yang bukan miliknya lebih lama apalagi barang itu milik mantan tunanganya sendiri.
Lenuel tidak mengetahui apa maksud Sia memuntuskan untuk keluar dari dunia kerjanya, karna jika hal itu menyangkut putusnya hubungan mereka, itu sangat bukan Sia sekali. Lenuel mengetahui Sia luar dalam selama dua tahun ia bersamanya. Sia bukanlah wanita yang begitu kekanak-kanakan, kecuali saat PMDD nya kambuh tentunya.
Mobilnya perlahan melambat dan berhenti tepat dikediaman Sia. Rumah itu terlihat begitu sepi dan seperti tidak ada kehidupan satu pun disana. Pikiran buruk mulai bertebaran difikiran Lenuel, apakah keluarga Sia memutuskan untuk pindah karna kecewa padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]
Romance"All the world is made of faith and trust." || Copyright©2017 - All rights reserved Cobalah untuk mempercayai seseorang dan terus mengabadikanya di dalam hati. Ketika kita sedang jatuh dan tak tau harus berpegangan pada siapa lagi, orang yang kita p...