16. Family Time

5K 231 0
                                    

Jika ada salah-salah kata atau istilah, tolong dimaafkan karena cerita saya jauh sekali dari kata sempurna.

Typo bertebaran, happy reading.

***

Sia tengah asik dengan acara televisinya yang sedang menayangkan sebuah kartun.

"Sia... kamu ini kenapa belum mandi juga? bukanya Lenuel mau kesini ya?"

Sia mengalihkan pandanganya pada Rose yang tengah membawa sebuah kue-kue kering yang telah dibuatnya. "Lenuel mau kesini? Ngapain Ma?" Sia menatap Rose yang tengah sibuk menata setiap butir kue kepada toples berwarna hijau kesukanya.

"Kamu kan tunanganya, ya Mama tau. Mau nentuin tanggal pernikahan kalian kali"

"Ih apaan si Mama." Sia tersenyum malu-malu.

"Eh tapi Mama gamau denger ya kalo kamu sampe nentuin tanggal duluan, duh.. mau ditaro dimana muka Mama."

"Ya aku gaakan sefrustasi itu kali Ma, aku juga masih punya urat malu." Sia memutar matanya mendengar pemikiran Rose yang begitu depresi jika ia menentukan tanggal nikah terlebih dahulu.

Sebenarnya jika difikirkan kembali, tidak masalah juga jika Sia mencoba untuk menentukan terlebih dahulu, walaupun Lenuel pernah sempat bilang bahwa ia ingin Sia sembuh terlebih dahulu dari penyakit PMDD nya.

"Woa-woa.. ada apa ini? pembicaraan para wanita?" Windu datang dari arah kamarnya dan mendatangi Rose yang sedang menata kue.

"Kau ini." delik Rose kala Windu mengambil kue yang sedang ditatanya.

Sia yang sedang melihat itu tersenyum bahagia, ia selalu bermimpi bahwa pernikahanya nanti akan sebahagia Mama dan Papanya saat ini.

Bersenda gurau, mengobrol ringan dan sedikit colek sana-sini membuat semua itu terlihat begitu mempesona. Dan ia harap bahwa ketika ia benar-benar menikah dengan Lenuel, ia menginginkan kebahagiaan seperti yang didapatkan kedua orang tuanya saat ini.

"Biasa lah Pa.. Mama cuman bilang ke Sia kalau dia udah ngebet banget pingin nikah, jangan tiba-tiba jadi cewe agresif yang langsung nentuin tanggal nikah duluan, kan malu sama keluarga Henning."

"Ish Mama," Sia melengkungkan bibirnya kebawah tanda ia sudah merasa kesal.

"Tuh suara mobil udah kedengeran, sana bukain pintu."

Sia langsung beranjak dari tempat duduknya dan membukakan pintu dan benar saja seperti yang diucapkan oleh Mamanya bahwa Lenuel berada disana dengan baju casualnya.

"Hai." Sia melambaikan tanganya. Lenuel sendiri tak menjawab melainkan tersenyum yang bisa membuat wanita apa saja meleleh dibuatnya.

"Lagi apa?" Lenuel duduk di ruang keluarga setelah sempat bersalaman dengan Rose dan juga Windu.

"Gatau nih lagi bosen banget ajak jalan-jalan dong yank.." Kedip Sia diakhir kalimat. Bukan bermaksud genit atau matre atau apapun itu, tetapi saat ini ia memang benar-benar sedang dilanda kebosanan.

***

Saat ini Sia dan juga Lenuel tengah mengelap kan tangan mereka pada sebuah serbet disebuah restoran Thailand yang cukup terkenal dikalangan remaja-remaja SMA, terbukti dengan banyaknya pasangan remaja yang tengah menjalin kasih sedang duduk bercengkrama dengan pasanganya masing-masing.

"Udah beres?" tanya Lenuel sembari berdiri. Sia mengangguk dan mengikuti Lenuel berjalan menuju kasir untuk membayar makanan mereka.

Setelah Sia mengucapkan ingin pergi keluar rumah, Lenuel yang saat itu memang tidak ingin membuat Sia dilanda kebosanan langsung melaksanakan permintaan kekasihnya untuk pergi keluar.

Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang