Jika ada salah-salah kata atau istilah, tolong dimaafkan karena cerita saya jauh sekali dari kata sempurna.
Typo bertebaran, happy reading.
***
"Sir...sirr." Gaduh seorang pramugari mengusik permainan yang sedang dilakukan oleh Lenuel.
Sebenarnya tugas seorang pilot tidak seluruhnya mengurusi pesawat setiap menit karena ada autopilot yang selalu ada disetiap pesawat yang membuat semuanya lebih mudah.
Tetapi walaupun ada autopilot, tetap saja seorang pilot harus melihat perkembangan jikalau terjadi kerusakan yang tidak terduga.
Dan seperti saat ini, saat autopilot dinyalakan, Lenuel dan juga Henry bisa bersantai dengan cara bermain kartu dan kadang juga berbicara secara random.
"Raflesia... Raflesia.." jawab sang pramugari dengan panik.
"Kenapa sama Sia?" tanya Lenuel panik. Jujur saja ia sangat takut sekali jika saat ini penyakitnya kembali kambuh.
"Ikut saya.."
Akhirnya Lenuel mengikuti sang pramugari dari belakang. Setelah menitipkan alih pesawat pada c.o pilotnya. Walaupun dikatakan c.o pilot, tetapi kemampuan mereka sama seperti pilot sesungguhnya. Tidak seperti di dunia kedokteran, seorang pilot maupun c.o, akan diperlakukan sama dan tidak ada kata c.o pilot tidak ahli. Keduanya sama-sama ahli dan tidak ada yang membedakan secara signifikan.
Dan disana Lenuel melihat Sia tengah menutup mata seperti sudah pasrah akan apa yang nanti menimpanya.
Awalnya Lenuel bingung bagaimana bisa keadaan Sia bisa sebegitu parah dengan adanya luka cakaran dikedua pipinya, apalagi dengan rambutnya yang sudah berantakan kemana-mana membuat Lenuel dirundung rasa kasihan juga marah.
Dan pertanyaanya terjawab sudah ketika melihat seorang wanita dengan aura marah berlari disertai jeritan semua penumpang.
Lenuel tersadar dan langsung berlari mendekati sang wanita dibantu oleh 3 orang pramugara lain yang sedang membawa tali.
"Tenang Nona..." Ucap Lenuel ketika sang wanita sudah berada dipelukanya.
Walaupun sang wanita masih berontak dan tidak bisa diam dalam kuncian Lenuel tetapi karena sikap sigap para pramugara yang langsung membantu Lenuel membuat semuanya menjadi mudah apalagi dengan obat bius yang ditancapkan oleh seorang pramugari yang tadi bersamanya hingga sang wanita bringhas langsung terkulai lemas.
"Lenuel.." desis Sia saat melihat Lenuel berdiri dihadapanya.
"Mengapa kau menangani wanita itu sendirian Sia? Kamu kan bisa aja meminta bantuan pria yang lain.." ucap Lenuel dengan menurunkan emosinya.
"Aku... itu spontan Lenuel."
"Tapi... ah sudahlah." Lenuel membantu Sia berdiri dan langsung memeluknya. Ia begitu kalut tadi. Rasa-rasanya seperti bermimpi ketika melihat tubuh Sia yang begitu banyak goresan merah.
"Pipimu." Lenuel mengusap pelan yang langsung dijawab oleh ringisan kesakitan.
"Wanita itu gila." Ucap Sia sebal rasa-rasanya ingin sekali ia membalas dan ikut mencakar sang wanita yang dengan ringanya mencakar dan menarik rambutnya hingga berdenyut-denyut pusing seperti saat ini.
"Kita akan bawa dia saat transit nanti."
***
Dijalan menuju ruang Avation* yang ada di Singapore, Sia didampingi Lenuel dan juga sekuriti yang tengah memboyong sang wanita, berjalan dengan koper. Sia membawa kopernya sendiri sedangkan Lenuel membawa koper sang wanita yang begitu nyentrik berwarna pink.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]
Romance"All the world is made of faith and trust." || Copyright©2017 - All rights reserved Cobalah untuk mempercayai seseorang dan terus mengabadikanya di dalam hati. Ketika kita sedang jatuh dan tak tau harus berpegangan pada siapa lagi, orang yang kita p...