10. Berubah

5.9K 268 0
                                    

Jika ada salah-salah kata atau istilah, tolong dimaafkan karena cerita saya jauh sekali dari kata sempurna.

Typo bertebaran, happy reading.

***

"Tambah lagi dong nasinya Sia..." Lenka memberikan satu centong nasi disusul dengan lauknya.

"Makasih Mom.."

"Welcome honey.."

"Ah ya makanan ini semua ada campur tangan Adinata loh.. benar kan little monkey?" Lika mengedipkan matanya lalu menyuap satu sendok nasi ke dalam mulutnya.

Adinata sendiri hanya cuek dan kembali memakan makananya yang bertema sayuran.

"Maafkan Adinata Sia." Ucap Lika merasa tak enak.

"Tak apa aku mengerti." Jawab Sia seraya tersenyum.

"Nah Ka... bagaimana dengan rencana pernikahan kalian? Apa kau sudah ingin memutuskan?" Lika kembali bertanya karena merasa jengah dengan keheningan yang terjadi.

"Aku-"

"Siapa yang akan menikah?" Adinata membuka suara dengan suaranya yang tenang.

"Tentu saja Ka Sia dan Ka Lenuel memangnya menurutmu siapa? Aku? Haha doakan saja."

"Aku tidak setuju."

Semua orang langsung mengarahkan pandanganya pada Adinata dan banyak sekali tatapan yang dihujamkan padanya terkecuali Sia.

"Apa maksudmu Adinata?" Lenuel membuka suara.

"Aku tidak terima kau menikah dengan wanita seperti dia. Aku tidak mau kau tersiksa nantinya." Adinata menatap tajam Sia yang tengah menunduk merasa malu.

"Mom dan Pap mu tak pernah mengajarimu berbicara seperti itu Adinata! Mengapa mulutmu itu tidak pernah bisa dijaga? Yang lalu biarlah berlalu mengapa kau terus mengingatnya?!"

Adinata mengalihkan pandanganya pada Lenka, "Melupakan apa yang pernah ingin ia lakukan padaku? Sorry tetapi aku tidak bisa melupakan hal itu."

Sia mengambil serbet lalu mengelapkanya pada mulut. "Bisakah aku ke kamar duluan? Sepertinya aku tidak berhak untuk ikut campur dalam pembicaraan kalian, maaf."

Sia langsung berlari meninggalkan meja makan dan masuk ke dalam kamar yang selalu ditempatinya. Tidak seperti kisah lain yang akan satu kamar dengan pasangan karena kurangnya kamar, di rumah Lenuel, banyak sekali kamar kosong bahkan kita bisa memilih hingga tak harus satu kamar berdua.

Baru saja Sia duduk di sisi ranjang, seseorang memasuki kamar, Lenuel.

"Hei.. kau tak harus mendengarkan ucapan Adinata."

"Ya seharusnya aku tak usah mendengarkanya tetapi.. saat ia mengatakan bahwa ia sangat trauma dengan kejadian hari itu.. aku tak bisa melupakanya Lenuel."

"Itu bukan salahmu Sia itu memang murni karna kau hilang kendali, kami semua sudah memaafkan kejadian itu." Lenuel memegang pundak Sia dan menatap lurus pada kedua matanya.

Sia menatap Lenuel dengan raut frustasinya. Ia benar-benar merasa terbebani dengan hal ini dan ia tak bisa menghandlenya.

"Shhh tenanglah kau ingat tanggal 5 akan segera dekat, aku mohon padamu untuk terus menjaga obat penenang dan kendalikan dirimu oke?"

"Ya. Thanks."

Lenuel mengangguk lalu mengecup kening Sia. "Anything for you."

***

Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang