Typo bertebaran, happy reading.
***
Lenuel memukul stirnya dengan keras. Saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju bandara setelah sebelumnya ia mengantarkan Nia pada rumahnya.
Entah harus menyesal atau tidak, tetapi Lenuel merasa ia begitu kejam telah menyakiti Sia dengan cara membentaknya dan juga meninggalkanya dengan tidak berperasaan, jelas sekali seperti bukan dirinya.
Setelah menyeret secara kasar kopernya, Lenuel memberikanya pada bagagge keberangkatan.
Sebenarnya ia memang ada flight kali ini tapi karena tidak tega pada Nia, ia menjadikan jam-jam terakhirnya untuk menonton dan makan bersama. Walaupun ia pasti merasakan lelah nantinya, tetapi ia tidak menjadikan itu sebuah beban.
"Eh kapten Lenuel.. Mbak Sianya mana? Biasanya juga kan suka bareng." Grombolan AMEs menghalangi jalan Lenuel yang akan menuju bagian kokpit.
Lenuel tersenyum kaku. Sebenarnya juga, flight kali ini Sia menjadi cabin attendantnya tetapi ketika mendengar pramugari lain yang menyebutkan bahwa Sia membatalkan flight kali ini.
"Sepertinya dia sedang tidak enak badan." Ucap Lenuel berbohong karna ia sendiri pun tidak tau mengapa Sia membatalkan penerbangan karna setaunya Sia bukanlah orang seperti itu jika ia sedang dalam masalah.
"Wah... kayanya kali ini kita gaakan denger berita tentang anda dan kecerewetan mbak Sia ya." ucap salah satu anggota AMEs yang sepertinya sudah akrab dengan Sia.
"Berita tentang saya? Maksud anda?" karena Lenuel bukanlah pria yang supel seperti Sia, ia jadi sedikit kaku jika berbicara terhadap orang yang sebenarnya ada dibalik kesuksesanya.
Jika tidak ada anggota AMEs atau montir untuk keselamatan saat ia mengudara, Lenuel tidak tahu bagaimana jadinya jika pesawat yang ia kendarai tiba-tiba oleng dan langsung mendarat dengan sempurna tanpa adanya aba-aba.
"Iya, Mbak Sia itu suka ngomongin kapten mulu kalo ketemu kita-kita. Lenuel ginilah, gitulah pokonya semuanya tentang kapten disebutin sama dia, kita-kita aja kadang suka bosen kalo Mbak Sia ngomongin kapten."
Dan tanpa bisa dicegah oleh apapun, semburat merah muncul di pipi Lenuel tanda ia sedang merona. Sedangkan para AMEs yang melihat itu malah terkekeh dan ada dari mereka yang mengolok-olok bermaksud bercanda.
Setelah berbicara dan meminta berlalu terlebih dahulu, Lenuel melakukan brifing untuk menyiapkan penerbangan terkait dengan alat dan elemen keselamatan yang ada di pesawat.
Dan setelah itu panggilan boarding para penumpang sudah berkumandang tetapi Lenuel yang memang sudah mengecek segalanya termenung dan melamun sendiri.
Entah sudah berapa lama Lenuel melamun, tetapi ketika ia tersadar, ia baru menyadari bahwa pesawat sudah siap untuk takeoff.
***
Sia termenung menatap nanar pantulan seorang wanita yang terlihat kacau di kaca kamarnya. Ia terlihat sangat kacau dengan rambut yang sudah tak berada di tempatnya. Bahkan bajunya pun sudah menyingkap, bahkan hampir terbuka.
Setelah pulang dengan wajah tak seperti biasanya, Sia langsung melangkahkan kaki menuju kamarnya dan lagi-lagi ia mendengar suara Kakanya sedang berbicara dengan ponselnya tampak serius.
Sia sempat menguping tadi dan perkataan Kakanya tetap sama, "Rencana B hampir berhasil." Entah apa yang sedang dilakukan oleh Kakanya itu, tetapi ketika Sia menghubungkanya dengan kejadian satu hari yang lalu, Sia bisa menyimpulkan semuanya.
Paulo sedang balas dendam.
Sia tidak menyangka jika Kakanya bisa bertindak begitu mengerikan hanya karna Sia pernah ingin membunuh Kakanya yang saat itu terus menjahilinya.
Dulu saat Sia masih duduk dikelas 1 sekolah menengah pertama, saat ia baru pertama kali mengalami penyakit PMDD nya ia nekat untuk membunuh Kakanya, Paulo. Tetapi semua itu tentu saja gagal.
Karna kejadian itu, Sia sempat dibawa ke rumah sakit jiwa semalam sampai dokter bisa menyimpulkan penyakit yang dideritanya. Sedangkan Paulo sendiri diterbangkan oleh Windu ke rumah grandmanya di luar negri.
Dan sejak itu pula Sia tak pernah menemui Paulo hingga kejadian saat ia bertemu denganya saat di bioskop kemarin. Sia tentu saja terkejut apalagi dengan wajah Kakanya yang dingin dan tidak pernah lagi menjahilinya.
Jauh dilubuk hati Sia yang terdalam, ia benar-benar meminta maaf pada Paulo dan berharap Paulo memaafkanya dengan ikhlas dan tanpa dendam sama sekali. Tetapi lain dimulut lain dihati bukan? Walaupun Sia mendapatakan maaf pada saat itu, tetapi lihatlah yang terjadi sekarang, Kakanya tidak pernah benar-benar memaafkanya.
Tidak pernah.
Dan kembali lagi pada Lenuel, Sia tidak menangis melihat Lenuel seperti sekarang ini, semua itu menjadikanya sadar akan perasaan Lenuel berubah atau tidak terhadapnya. Dan terbuktilah sekarang, Lenuel tidak benar-benar mencintainya dalam jangka waktu yang lama.
Bahkan Lenuel sendiri sudah menutup mata akan keterlibatan Nia dengan Kakanya.
***
Lenuel memasuki ruangan wakil direktur maskapai yang memanggilnya ketika ada insident saat akan takeoff tadi. Lenuel mengeram saat kejadian itu berlangsung. Kejadian dimana ia gagal melakukan takeoff yang membuat semua penumpang panik ketika suara berdebum keras serta guncangan yang membuat semuanya menjerit ketakutan.
Dan hal itu membuat penumpang berkoar marah dan meminta sang pilot untuk turun karna menurut mereka Lenuel dalam keadaan mabuk.
Lenuel yang merasa aneh saat itu menatap Razak yang sedang menjabat sebagai c.o pilotnya menatapnya dengan dingin dan sama sekali tidak ada raut wajah riangnya.
Ya dan beginilah sekarang, Lenuel sedang beradu mulut dengan wakil direktur maskapai. Walaupun ia berdebat tanpa emosi dan cenderung tenang, tetapi jauh dalam hatinya ia ingin sekali mengeluarkan umpatanya saat Razak hanya diam dan cenderung menyalahkanya.
Bahkan berita yang tak mengenakan pun sudah mulai keluar dengan tulisan bercabang kemana-mana. Bahkan ada yang mengucapkan bahwa pilot yang akan melakukan flight mabuk. Dan kejadian seperti ini selalu menjadi sorotan ketika beberapa waktu yang lalu ada juga pilot yang melakukan hal seperti itu. Benar-benar melakukanya.
Hell! Lenuel tak mabuk sama sekali, ia memang termenung awalnya tetapi sesudahnya ia fokus. Firasatnya mengatakan bahwa itu memang disengaja dan sudah direncanakan hingga ia melakukan kegagalan.
"Sudah kukatakan bahwa Razak yang mengagalkan saat pesawat akan takeoff!" Lenuel mengeram saat lagi-lagi ia disalahkan. Dan inilah yang membuat Lenuel tidak menyukai Razak sejak awal. Ya Lenuel yakin sekali bahwa orang itulah penyebabnya.
"Well kapten Lenuel yang malang. Sebenarnya anda itu bisa tidak menerbangkan pesawat? Selalu saja membuat sensasi." Filo menghadang lenuel yang baru saja keluar dari ruang wakil direktur.
Filo memutari tubuh Lenuel dan tersenyum mengejek melihat Lenuel yang hanya terdiam dengan pandanganya yang datar.
"Yasudahlah, nikamati saja namamu tercemar kapten Lenuel.. saya permisi." Filo berjalan dengan senyum sinisnya.
"Aku tau ini semua ulahmu Filo.." ucap Lenuel tenang, tetapi sepertinya Filo juga bersikap tenang setelah mendengar ucapan Lenuel.
"Oh really? salahkan saya jika anda mempunyai bukti kapten Lenuel." Ucap Filo dengan menekankan kata kapten.
Setelahnya Lenuel mendatangi rumah Nia dengan baju pilot yang belum ia ganti. Berbeda dengan bulan, dan tahun sebelumnya, baru kali ini Lenuel mendatangi rumah orang selain Sia dengan baju kebanggannya.
Dan ketika Nia membuka pintu rumahnya, ia langsung menghambur memeluk Lenuel dengan erat bagaikan kekasih halalnya.
"I really miss you."
"Me too."
***
Aku aneh deh sama kalian apa gaada yang sadar kalo part ini gaada?
Aku lanjutin part 27 nya besok aja ya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]
Romance"All the world is made of faith and trust." || Copyright©2017 - All rights reserved Cobalah untuk mempercayai seseorang dan terus mengabadikanya di dalam hati. Ketika kita sedang jatuh dan tak tau harus berpegangan pada siapa lagi, orang yang kita p...