8. (Tidak) menyerah

6.7K 333 0
                                    

Jika ada salah-salah kata atau istilah, tolong dimaafkan karena cerita saya jauh sekali dari kata sempurna.

Typo bertebaran, happy reading.

***

"Sia.."

"Ka Sia bangun dong.."

Sia akhirnya membuka mata saat panggilan bertubi-tubi datang pada pendengaranya. Dan situlah ia melihat Lika dan juga seluruh keluarga dan juga keluarga Lenuel mengelilinginya.

"Kaka lagi ada di rumah sakit, jadi gausah nanya." Sahut Lika saat melihat raut kebingungan Sia.

Sia menganggukan kepala dan mulai mencerna bagaimana bisa ia berada diruang terkutuk rumah sakit.

"Dimana Lenuel.."

"Sia..." Rose mengusap lengan anaknya.

"Ma... dimana Lenuel?"

Dan saat itulah Sia mengingat semuanya. Mengingat bahwa Lenuel sedang ada penerbangan lalu sebuah berita muncul mengabarkan bahwa pesawat yang dikapteni oleh Lenuel berada di laut.

"Ma..." Sia langsung berderai air mata dan memeluk Rose.

Rose sendiri langsung memeluk Sia dengan erat. Anaknya itu pasti sangat kehilangan dengan keadaan orang yang selalu ada bersamanya hampir setiap waktu.

Memang bisa dikatakan Sia dan Lenuel tak pernah terpisahkan bahkan semua keluarga merasa takut jika perasaan yang dimiliki keduanya bisa mendatangkan rasa bosan. Tetapi semua itu tak terbukti sekarang, tidak ada namanya kata bosan dan jenuh. Yang ada justru menguatkan rasa cinta mereka yang semakin dalam.

"Sia gabisa tanpa Lenuel Ma, Sia gabisa."

"Semua orang juga gak bisa jika tidak gak ada Lenuel sayang, tapi kita harus belajar dari sekarang." Lenka selaku Ibu dari Lenuel angkat bicara.

"Engga! Pokonya engga! Sia mau Lenuel sekarang."

"Sia..." Rose terus mengelus punggung Sia agar ia bisa lebih tenang.

"ENGGA! SIA MAU LENUEL SEKARANG!"

"RAFLESIA!" bentak Windu saat itu juga. "Tolonglah bersikap dewasa.."

Sia menghentikan tangisnya lalu menunduk bersalah. Ia baru tersadar bahwa bukan ia saja yang sedang sedih disini. Ada Lenka dan juga Lika. Walaupun mereka menyembunyikanya dengan sangat profesional tetapi raut sedih mereka tak pernah bisa disembunyikan.

"Kami semua sedih Sia.. kami tau kamu yang paling sedih disini tetapi cobalah untuk menerima semuanya."

Sia menggeleng. "Lenuel pasti selamat aku yakin itu."

Semuanya hanya diam tetapi mengaminkan ucapan Sia dalam hati.

***

"Sia... makan dong sedikit, sedikit aja." Rose memberikan satu suap pada sendoknya untuk Sia makan. Tetapi Sia sendiri tetap bergeming dan enggan untuk menerima suapan dari Mamanya.

"Hei.. tenanglah bukanya kamu udah ngomong kalo Lenuel baik-baik saja?"

Sia mengalihkan pandanganya yang sudah terlihat pucat. Saat ini ia masih berada di rumah sakit dan enggan untuk kembali ke rumah. Alasanya karena banyak sekali kenanganya bersama Lenuel.

"Ya.. semua akan baik-baik saja." ucap Sia pelan.

"Iya, jadi sekarang Sia makan dulu nanti Lenuel bakalan dateng kalo kamu udah ngabisin makanan."

"Ma... Sia bukan anak kecil."

"Kamu anak kecil kesayangan Mama Sia... kamu masih kesayangan Mama. Mama tau kamu sedih banget sekarang tapi cobalah untuk tidak menyiksa diri, masih ada Mama disini yang butuh kamu."

Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang