Typo bertebaran, happy reading.
***
"Aku bawain kamu makan." Nia mendatangi kediaman Lenuel dihari minggu pagi yang terlihat begitu cerah dengan sinar matahari sudah lumayan terik walaupun masih tergolong pagi.
Bumi memang sudah tidak sesejuk dahulu, cenderung panas dan juga gersang. Hal itu kontan saja membuat dunia dari abad ke abad menjadi lebih panas seakan matahari sudah hampir dekat dengan bumi.
Nia membawa bekal makan paginya menuju meja pantry dan mulai membuka sterofom putih berisi bubur panas yang meneduhkan mata. Nia tersenyum lalu melirik Adinata yang menatapnya dengan acuh di balik ponselnya.
"Adinata sini, Ka Nia bawain bubur ayam juga buat kamu."
Tetapi memang dasarnya Adinata tidak menyukai Nia, ia hanya meliriknya dengan malas lalu melanjutkan memainkan ponselnya dengan raut datar.
"Adinata lebih sopan sedikit sama temen Kaka." Lenuel mendatangi Adinata dan merebut ponselnya dengan lirikan mata agar ia lebih sopan terhadap orang lain.
"Yakin Temen?"
Adinata mendengus sebal dan mulai melangkahkan diri mendekati Nia yang sudah siap dengan tiga bubur di depanya dan tidak ketinggalan juga senyuman fake manisnya.
"Vangke." Adinata mendesis kesal menatap Nia.
"Kamu ga keberatan Kaka duduk disini?" Nia menunjuk kursi yang berada di samping Adinata bermaksud untuk lebih dekat denganya.
"Bisulan lo duduk disebelah gue." Gumam Adinata tajam tapi tidak terdengar oleh telinga kedua orang dewasa yang tengah saling tatap itu.
Adinata mendegus sebal karna melihat Nia langsung duduk disebelahnya tanpa mendengar respon dirinya yang merasa terganggu.
***
Siang harinya Adinata merengek. Tidak, bukan merengek tetapi sekedar meminta pada Lenuel untuk mengunjungi kediaman Sia yang tak jauh dari apartemennya.
Lenuel awalnya menolak karna ada Nia yang sedang berkunjung saat itu tetapi melihat wajah sang adik yang memang terlihat meminta, Lenuel mengangguk dan berkilah akan ke rumah saudara mereka di Jakarta pada Nia.
Lenuel sendiri tidak mengerti mengapa ia harus berbohong pada Nia, tetapi yang ia inginkan, ia tidak mau sampai Nia mengetahui bahwa dirinya berkunjung ke rumah Sia. Dan disinilah mereka sekarang, berbicara hangat dengan Windu dan juga Rose. Sebenarnya hanya Adinata saja yang sedang berbicara dengan Windu sedangkan Lenuel lebih asik dengan ponselnya yang sedang berchattingan dengan Nia.
Sia? Ia sedang tidak ada di rumahnya, Adinata yang sejak awal mencarinya mendesah kecewa karna tidak mendapati wanita itu di rumahnya tetapi kekecewaan itu tergantikan karna Windu dan juga Rose sama mengasikannya dengan Sia.
"Halo semua." Sia membuka pintu rumah dengan senyum senang di bibirnya.
"Nah akhirnya datang juga. Kamu darimana aja Sia? Adinata nyarin kamu." Windu berdecak dan mulai berdiri meninggalkan mereka bertiga karna ia membawa Rose denganya ke belakang.
"Adinataaaa." Teriak Sia lalu memeluk adik terkecil Lenuel dengan senang. Memang terlihat dari binar matanya bahwa ia senang dengan keberadaan Adinata.
"Hai Ka Sia." Adinata balas menjawab tetapi merasa tak nyaman dengan pelukan Sia karna ia memang bukan anak yang senang dengan pelukan.
"Oke sorry, Hey Lenuelku.." Sia balas memeluk Lenuel hingga membuat Lenuel terlonjak kaget karna tidak fokus dengan kedatangan Sia, bahkan Lenuel tidak mengetahui bahwa Windu dan juga Rose sudah tidak ada di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]
Romance"All the world is made of faith and trust." || Copyright©2017 - All rights reserved Cobalah untuk mempercayai seseorang dan terus mengabadikanya di dalam hati. Ketika kita sedang jatuh dan tak tau harus berpegangan pada siapa lagi, orang yang kita p...