14. Flight

5.5K 268 0
                                    

Jika ada salah-salah kata atau istilah, tolong dimaafkan karena cerita saya jauh sekali dari kata sempurna.

Typo bertebaran, happy reading.

***

"Hai Lenuel.. nyari Sia ya? Sini masuk." Rose membuka pintu lebih lebar dan kembali masuk dengan Lenuel di belakangnya.

"Sia... ada Lenuel nih." Teriak Rose.

"Ya Ma Sia lagi dandan nih."

Lenuel menunggu dengan seragam pilotnya di ruang keluarga Sia. Apa ia sudah mangatakan bahwa ia sudah dianggap keluarga oleh Rose dan juga Windu?

Selain mendapat sebuah title anak kedua dari Windu, Lenuel juga mendapat kuasa untuk berdekatan dengan Sia secara signifikan yaitu secara terang-terangan.

Tetapi semua orang tua pasti seperti bukan? jika mereka sudah mempercayakan anaknya pada orang yang dianggapnya benar, mereka tidak akan segan-segan memberikan ultimatum pada siapa pun itu. Tetapi lain halnya jika mereka dikecewakan, jangankan berharap untuk dimaafkan dan di agung-agungkan kembali, untuk dizinkan bertemu saja rasanya sangat sulit.

"Aku sudah siap." Sia turun dari tangga dengan koper ditanganya, Lenuel yang melihat itu langsung membantu Sia menurunkan kopernya.

"Kau ini mengapa lama sekali berdandan?" sahut sebal Rose.

"Ma.." Sia menatap Rose dengan memelas, ia sudah malas jika Rose membicarakan prihal lamanya ia dalam berdandan.

"Yasudah sana pergi."

Dan akhirnya Sia dan juga Lenuel pergi meninggalkan rumah dengan diselingi obrolan kecil di dalam mobil. Dan jika membicarakan apakah penyakit yang di derita Sia masih ada atau tidak, jawabanya tidak.

Masa bulanya sudah lewat.

Setelah sampai, mereka berpisah dengan diringi senyuman hangat keduanya. Sia pergi pada bagianya, dan Lenuel pun sama, ia pergi pada bagianya.

Ditengah-tengah jalan, Sia bertemu dengan para AMEs atau Licensed Aircraft Maintenance Engineers atau teknisi peliharaan pesawat berlisensi. Mereka bertugas untuk memelihara pesawat, dimulai dari aspek keselamatan, ban, maupun testing fungsi sistem dan kontrol di dalam pesawat.

"Hai." Sia menyapa membuat mereka yang tengah bergerumul mengalihkan pandang dan tersenyum.

"Hai."

Walaupun Sia bukanlah pramugari penting karena bukan cakupan dalam dunia kerjanya, tetapi karena keramahanya membuatnya begitu banyak yang mengenal. Seperti saat ini, Sia mendatangi mereka dan mulai berbasa-basi untuk mendekatkan diri.

"Mbak ini pacarnya kapten Lenuel ya?" ucap salah satu anggota AMEs.

"Ah jadi malu, iya saya pacarnya Lenuel, Mas baru ya disini? Saya baru liat soalnya."

"Eh iya Mbak, saya baru disini, baru aja kemaren masuk lumayanlah walaupun kerja kaya tukang bengkel biasa tapi seengganya kalo kerja jadi AMEs ga malu-maluin banget."

"Loh kenapa harus malu Mas? Mau kerja apapun kalau halal ya kenapa harus malu?"

"Ya juga sih Mbak, tapi ya kadang suka dateng aja pemikiran itu."

Sia tersenyum. Melihat apa yang dikatakan pria yang sedang berbicara denganya saat ini mengingatkan Sia akan pengalamanya saat menaiki angkutan umum di daerah pedalaman yang sangat minim dalam hal kendaraan.

Saat itu sang supir yang tengah membicarakan prihal kehidupanya mulai dari saat tamatan sekolah dasar hingga ia keluar dari SMA. Ia mengatakan saat itu bahwa tamatan Sma tidak menjamin seseorang akan mendapatkan pekerjaan layak.

Sia mengerti bahwa sekarang ini sangat susah mendapatkan pekerjaan yang layak dan berpenghasilan besar jika hanya tamatan SMA. Dan hal yang membuat Sia terbelak adalah ketika sang supir mengatakan.

"Ga hina kan mbak kalau jadi supir."

Saat sang supir mengatakan itu Sia ingin sekali membentak bahwa tidak ada pekerjaan halal apapun yang dilebeli 'hina'. Sungguh saat itu ia benar-benar tak habis fikir dengan pemikiran sang supir.

"Ya engga lah mang, kan kalau ga ada emang orang lain yang ga punya mobil pasti kesusahan."

Tetapi itulah kehidupan, dengan banyaknya perkataan negatif dari lingkungan sekitar kadang membuat diri sendiri merasa bukan apa-apa dibanding orang lain.

Tetapi ketahuilah bahwa apapun yang kalian miliki, apapun itu, itu semua adalah anugrah yang diberikan Tuhan pada kalian. Mungkin dengan apa yang kalian miliki itu akan membawa anda semua pada kesuksesan nantinya.

"Mbak Sia ga ada penerbangan hari ini? Itu udah banyak banget pemberitahuan untuk boarding."

Sia melihat jam tanganya dan menepuk dahi. Untung saja ia tak sampai terlambat. Ia berpamitan pada semua pria yang sedang mengobrol itu dan izin pergi.

***

Setelah beberapa jam berdiri dan melayani penumpang, Sia menunggu Lenuel disebuah kursi tunggu ditemani oleh sahabatnya SMA nya. Firanda.

"Wah lo keren juga ya kalau pake baju pramugari gini berasa elegan-elegan gitu gak kaya pas SMA, duh lo itu enggak banget deh gue sendiri yang jadi temen lo berasa malu."

Sia mendelik kesal ketika Firanda mengucapkan hal itu. Sebenarnya Sia tidak merasa tersinggung karena ucapanya tetapi terkadang berbicara dengan sahabat selalu begitu bukan?

"Ah mana cowo lo? Ih gue gemes deh pingin ketemu lagi. orangnya tuh kaya Le Mineral banget kaya ada manis-manisnya gitu. Udah dikenalin sama Ibu Rose and Bapak Windu belom?"

"Eh inget loh ya.. dia itu punya gue enak aja dibilang kaya le mineral emangnya calon suami gue galon apa."

"Serah lo deh ah. Ck gue tuh sebenernya males ngomong sama lo, gue pinginya ketemu sama pacar lo itu! Ck mana pesawat gue bentar lagi boarding lagi."

"Sabar bentar lagi kali... emangnya pacar gue bukan orang sibuk apa."

"Dih gaya lo najisin banget."

"Bodo."

"EH Akhirnya dateng juga dia. Duh gue berasa pingin klepek-klepek banget ngeliat pacar lo jalan. Gantle banget bangke.."

Sia mengalihkan pandangnya dan menemukan Lenuel tengah berjalan kemari dengan koper hitam ditanganya.

"Hallo kapten.. wah dapet rejeki apa gue sampe ketemu kapten gini." Firanda bergumam tetapi karena gumamanya bisa dikatakan terlalu keras menjadikan Sia dan juga Lenuel dapat mendengarnya.

"Hai." Sapa Lenuel seadanya.

"Suaranya cool banget bo..." bisiknya pada Sia. Sia sendiri kembali memutar mata saat mendengar perkataan yang diucapkan oleh Firanda.

Lalu tiba-tiba saja terdengar suara informasi bahwa Firanda harus segera siap-siap karena ia harus segera boarding. Sia yang mendengarnya memekik senang.

"Nama pesawat lo dipanggil tuh, babay Firanda... See you soon yap." Setelah mengatakan hal itu Sia langsung menggandeng Lenuel pergi dengan Firanda yang berdecak-decak dibelakangnya.

"Kita mau kemana?" tanya Lenuel.

"Makan."

"Aku cape Sia.."

"NO! Kamu harus makan pokonya aku gamau tau, hari ini aku gaakan ke apartemen kamu, jadi aku bakalan ngajak kamu makan disini aja."

"Disini?"

"Iya. Kita makan di Mekdi." Tunjuk Sia pada kedai makanan fast food yang tak jauh dari tempat mereka berjalan sekarang.

"Kenapa kamu gamau mampir ke apartemen aku dulu?" tanya Lenuel dengan alis bertaut.

"Ga kenapa-napa aku lagi males aja, pingin tidur di rumah. Tapi karena kamu orang yang susah banget makan, jadi aku bakalan ngajak makan kamu dulu."

***

Happy ied mubarak semuanya, maafin aku kalo ada salah atau blabla lainnya.

Tadinya aku mau update jam 7 malem hari minggu, cuman karna aku ketiduran jadi lupa deh, hehe.

Pilot and Flight Attendant [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang