Part 2

5.7K 151 0
                                    

Pagi ini Alena datang sekolah sedikit lebih cepat. Mungkin karena kemarin dia tidur cepat makanya pagi ini bangunnya juga cepat. Alena melihat jam tangannya. Masih pukul 06.35 WIB. Alena berjalan sendiri melewati koridor kelas.
" Ha, hai..." tiba-tiba seseorang mengagetkannya. Alena menoleh. Melihat kiri kanan. Bingung.
" Lo ngomong sama gue? " tanya Alena memastikan agar dia tidak kegeeran.
" I, iya..." jawab seorang cowok berkacamata tebal, rambutnya belah samping klimis banget, wajahnya malu-malu melihat Alena. Dari penampilannya sih kayaknya dia murid yg pintar, atau kasarnya kutu buku.
" Kenapa ya? " tanya Alena lagi tak mengerti mengapa cowok itu menyapanya.
" Ke, ke, kenalin... Nama saya Jodi." Katanya sambil mengulurkan tangan. Alena tak enak hati untuk menolaknya.
" Gue Alena." Balas Alena menyambut uluran tangan cowok cupu yg bernama Jodi itu.
" Kamu murid baru kan? "
" Iya. Kok tau? "
" Soalnya kita kan sekelas."
" Ups, sorry. Gue gak tau soalnya gue baru kemarin masuk kelas. Jadi gue belum hapal temen-temen sekelas gue siapa aja."
" Iya gak papa."
" Kamu kok udah datang jam segini? "
" Iya, soalnya aku biasanya emang dateng jam segini."
" Oh gitu. Rajin banget. Hehehe..."
" Hehehe..."
Begitulah perkenalan Alena dengan Jodi. Mereka terus berbicara sampai tiba di kelas.
" Woi kutu buku, pake pelet apa lo sampe bisa ngajakin anak baru ngobrol? " teriak Bimo pada Jodi saat mereka sampai di kelas. Bimo sedang duduk di atas meja dengan kaki menginjak kursi. Kontan saja anak yang lain tertawa mendengar ejekan Bimo. Jodi hanya diam dan terlihat gugup.
" Eh, bisa sopan sikit gak sih kalo ngomong? " balas Alena yang tak terima Jodi dikatain seperti itu.
" Wow, anak baru yg geulis ini ternyata galak juga, men. " kata Bimo pada teman gengnya.
" Hahahaha..." begitulah teman-temannya merespon ucapan Bimo. Bimo pun turun dari meja dan mendekati Alena. Alena tak takut dengan itu, dia terus menatap tajam ke arah Bimo.
" Kenalin, gue Bimo." Kata Bimo memperkenalkan diri. Alena melirik tangan Bimo yg terulur kearahnya.
" Emang gue harus ya kenalan sama lo? " balas Alena jutek sambil berlalu dari hadapan Bimo. Dia berjalan menuju mejanya, meninggalkan Bimo yang tengsin abis karena ditolak mentah-mentah untuk kenalan dengannya. Teman-teman Bimo yg dari tadi senyum2 melihat kelakuan bosnya, mendadak diam saat melihat sikap cuek Alena. Bimo menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.
" Gue suka cewek kayak gini." Gumam Bimo pelan sambil menatap Alena yg sibuk memainkan hp di mejanya.

***

Kriinnggg... Bel masuk berdering. Anak-anak langsung berhamburan menuju mejanya masing2. Tidak dengan Alena yg sedari tadi memang sudah duduk cantik di mejanya.
" Selamat pagi." Sapa seorang guru perempuan.
" Pagi, Buuu..." teriak anak sekelas Alena membalas ucapan sang guru.
" Baik hari ini kita lanjutkan pelajaran Bahasa Indonesia kemarin. Silakan buka buku kalian halaman 51." Perintah guru itu. Semua murid pun menurut dan mengambil buku Bahasa Indonesia masing2.

" Kamu itu mau jadi apa? Tiap hari terlambat. Alasannya kalo gak macet, telat bangun. Hari ini alasan kamu apalagi, Mexi?? "

Tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang guru dari koridor kelas Alena. Semua murid termasuk Alena pun melihat ke arah datangnya suara.

" Kucing saya melahirkan tadi, Bu. Jadi saya bantuin kucing saya lahiran dulu baru berangkat sekolah." Jawab Mexi dengan santainya.
Kontan saja jawabannya itu membuat anak satu kelas Alena tertawa terbahak-bahak.
" Hei sudah, sudah, jangan dengerin omongan dari luar." Kata guru Bahasa Indonesia itu menenangkan suasana kelas.

" Kamu ini ya, selalu saja punya alasan. Sekarang, kamu ikut ibu ke ruang guru!!! " teriak guru ini yg semakin terdengar emosi. Sementara Mexi hanya terlihat cuek dan bosan dengan ancaman guru itu.
Alena melirik keluar kelas dan melihat Mexi berjalan mengikuti seorang guru menuju ruang guru yang diperintahkan.
" Dasar si mental baja." Alena mendengar bisikan teman disampingnya mengejek Mexi.
Ntah kenapa Alena kembali teringat dengan kejadian kemarin saat Mexi menyelamatkan nyawanya. Dari sikap gentle seperti itu, Alena tak menyangka bahwa Mexi adalah si trouble maker di sekolah.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang