Mexi membuka matanya setelah beberapa menit terlarut di pundak Alena. Dia melepaskan pelukannya.
" Al..." panggil Mexi sambil membalikkan badan Alena ke arahnya. Alena memandang Mexi sambil menunggu apa yang ingin dia katakan. Mexi mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah kotak merah diberikan Mexi pada Alena.
" Apa ini? " tanya Alena bingung.
" Buat lo." Jawab Mexi singkat. Alena mengernyitkan dahi. Dia mengambil kotak merah itu lalu membukanya. Sebuah kalung yang berinisial huruf A dan bentuk kunci tampak di dalamnya. Alena mengangkatnya dan memperhatikan kalung itu.
" Buat gue? " tanya Alena lagi. Mexi mengangguk sambil tersenyum.
" Huruf A artinya Alena. Dan bentuk kunci ini sebagai simbol..."
" Simbol apa? "
" Simbol kalo kunci hati gue udah punya lo..." lanjut Mexi sambil menatap tajam mata Alena. Alena terdiam mendengar penjelasan Mexi. Dia tidak menyangka Mexi bisa seromantis ini, apalagi sampai kepikiran memberikan kalung padanya.
" Sini gue pakein..." kata Mexi sambil mengambil kalung itu dari tangan Alena. Kemudian memakaikannya ke leher Alena. Setelah terpasang, Mexi membalikkan badan Alena ke arahnya.
" Emang ya barang apapun kalo dipake sama orang cantik tetap cantik." Kata Mexi sambil memandang kalung yg sudah terpasang di leher Alena.
" Ih, apaan sih lo? " kata Alena malu. Mexi hanya tersenyum melihat Alena yang tersipu malu.
" Jadi ini semua lo yg buat? " tanya Alena melihat sekeliling. Lampu-lampu dan lembaran foto yg tergantung semakin menambah suasana romantis malam ini.
" Hehehe... Dibantuin sama Sean dan yg lainnya sih." Jawab Mexi sambil cengengesan.
" Hmmm... Dari mana lo dapat foto2 gue? " tanya Alena lagi.
" Gue tuh suka fotoin lo diam2 kalo lo lagi sendiri, tapi lo nya aja yg gak sadar."
" Buat apa? "
" Ya buat gue lah. Gue suka lihatin foto lo kalo lagi sendiri atau mau tidur."
" Hmmm... Jangan-jangan lo mau dukunin gue ya pake foto2 ini? " tanya Alena curiga.
" Ih, ogah banget. Gue gak perlu dukun buat ngedapetin cinta lo. Yang penting doa dan usaha." Jawab Mexi ngasal.
" Hahaha... Apaan sih? " kata Alena geli mendengarnya.
" Hehehe... Udah malem, gue anter pulang yuk." Kata Mexi saat melihat jam di tangan kanannya. Alena mengangguk setuju. Lalu Mexi menggenggam tangan Alena dan mengantarkannya pulang.***
Mexi menghentikan motornya di depan rumah Alena. Alena turun dari motor dan berdiri di samping Mexi.
" Makasih ya." Ucap Alena sambil tersenyum.
" Gak ada kata terima kasih buat cinta..." sambar Mexi cepat.
" Oh iya. Tapi, gue tetap mau ngucapin makasih sama lo."
" Buat apa? "
" Buat malam ini... Makasih udah ngehias taman jadi seromantis itu. Makasih buat kalung yang lo kasih ini. Dan..."
" Dan? "
" Makasih udah buat gue seneng malam ini."
" Malam ini doank? "
" Yaaa... Euummm... Yaa malam kemarin2 gak begitu sih..." jawab Alena ragu.
" Kok gitu? "
" Abis lo nyebelin."
" Kan udah minta maaf..."
" Hehehe... Iya, iya."
" Yaudah, kalo gitu gue pulang dulu ya. Salam buat bokap nyokap lo, eh iya sama Alfan juga."
" Oke. Entar gue sampein."
" Daahhh..."
" Daahhh..."
Mexi pun mengayalakan motornya dan pergi meninggalkan rumah Alena. Sementara Alena terus memandangi kepergian Mexi hingga dia hilang dari pandangannya.***
Alena masuk ke dalam kamar dengan senyum yg tidak bisa dihapus dari wajahnya. Dia masih tak menyangka apa yang sudah dilakukan Mexi malam ini padanya. Alena memegang kalung yg terpasang di lehernya sambil menatap dirinya di cermin. Dia memegang huruf A di kalung itu, kemudian tangannya berjalan ke bentuk kunci.
" Simbol kalo kunci hati gue udah punya lo..." kalimat Mexi tadi kembali terngiang di telinganya. Alena tertegun mengingatnya. Dia tidak menyangka bahwa Mexi bisa mengatakan hal seromantis itu. Mungkin bagi orang lain itu hal biasa, tapi bagi Alena merupakan hal yg luar biasa. Dia benar-benar merasa dicintai dan disayangi oleh Mexi. Alena semakin yakin bahwa Mexi hanya mencintai dirinya, tidak ada yg lain. Kemudian Alena tersadar dari lamunannya. Dia langsung bergerak untuk bersih-bersih dan siap untuk tidur.***
Keesokan paginya di sekolah...
Kelas Alena sedang olahraga di lapangan. Mereka sudah berganti baju dan mengikuti intruksi dari guru olahraga. Mereka mengadakan basket putra dan putri. Alena bukan hal yang jago dalam pelajaran olahraga. Tapi untungnya dia bisa mengikuti permainan teman-temannya. Tanpa terasa jam pelajaran olahraga sudah selesai. Semua murid langsung bubar dari lapangan menuju ruang ganti baju. Begitu juga dengan Alena dan Jeje. Mereka pun berjalan melewati koridor. Jeje tak sengaja melihat kalung yg terpasang di leher Alena, dia tidak pernah melihat kalung itu sebelumnya.
" Al, lo kalung baru ya? " tanya Jeje mengutarakan rasa penasarannya.
" Hah? Oh ini..." jawab Alena sambil memegang kalungnya. Jeje mengangguk.
" Ini dikasih Mexi tadi malam, Je..." kata Alena pelan.
" Sumpah demi apa??? Lo dikasih kalung sama Mexi??? Huaaa... Enak banget! " kata Jeje tak percaya.
" Gue juga kaget ada angin apa tuh anak ngasih kalung."
" Hmmm... Kayaknya itu pertanda deh."
" Pertanda apa? "
" Pertanda kalo Mexi mau ngelamar lo. Hahaha..."
" Ih, ngaco lo! Orang kita masih sekolah, masa iya udah main lamar-lamaran?? Kids zaman now banget ya? " kata Alena kaget mendengar tebakan Jeje.
" Ya aminin aja kali, Al. Lo gak mau berjodoh sama Mexi?? "
" Ih... Jeje apaan sih? Masih umur bau kencur gini ngomongin soal jodoh? "
" Ya gak papa. Daripada lo jadi perawan tua."
" Ih... Amit-amit deh."
" Hehehe..."
Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba mereka berpapasan dengan Amora yg sedang mendorong kursi rodanya sendiri. Mereka berhenti di depan Amora.
" Hai, Al..." sapa Amora sambil tersenyum. Alena Jeje saling memandang bingung. Kenapa tiba-tiba Amora bersikap ramah padanya.
" Hai." Sapa Alena masih dengan wajah bingung.
" Kalian mau kemana? " tanya Amora lagi.
" Eeee..." jawab Alena sambil berpikir.
" Ngapain sih lo nanya2 kita mau kemana?? " tanya Jeje ketus. Senyum di wajah Amora langsung hilang.
" Sssttt... Je, gak boleh gitu." Bisik Alena menegur Jeje. Jeje hanya manyu mendengarnya.
" Eeee... Ra, sorry ya. Jeje gak bermaksud kayak gitu kok. Kita mau ganti baju di ruang ganti. Yaudah, kita duluan ya." Kata Alena sambil menarik lengan Jeje. Jeje hanya menurut sambil memandang sinis ke arah Amora. Sementara Amora tak berkata apa-apa lagi. Amora kembali mendorong kursi rodanya menuju kantin.
" Je, lo gak boleh gitu sama Amora." Tegur Alena saat mereka di ruang ganti.
" Biarin aja. Abis gue sebel sama dia selalu ngadu domba antara lo sama Mexi."
" Iya, tapi itu kan masalah gue sama dia. Gue cuma gak mau bawa-bawa lo dalam masalah ini."
" Al... Dengerin ya! Lo sahabat gue. Jadi siapapun yg ngejahatin lo, berarti dia juga berurusan sama gue." Kata Jeje mengingatkan Alena. Alena memandang tajam ke arah Jeje.
" Thanks ya, Je..." ucap Alena sambil tersenyum. Jeje pun membalas dengan senyuman juga.
Setelah berganti baju, Alena mengikat rambutnya ke belakang karena masih basah terkena keringat. Kemudian dia dan Jeje berjalan keluar ruang ganti baju. Saat di depan pintu, tiba-tiba seseorang menarik ikatan rambut Alena sampai rambut Alena terlepas dari ikatannya.
" Eeeehhh..." kata Alena kaget. Lalu dia menoleh ke belakang.
" Mexi? " kata Alena kaget saat melihat Mexi sedang memegang ikat rambutnya sambil tersenyum. Senyuman yang membuat siapapun melihatnya akan terpesona. Jeje juga kaget melihat kehadiran Mexi disitu.
" Ngapain sih narik ikatan rambut gue? " tanya Alena bingung.
" Gak ada, pengen isengin lo aja." Jawab Mexi sambil tersenyum jahil.
" Ih..." gumam Alena kesal.
" Lagian rambut lo itu gak bagus kalo diikat, mending di lepas gitu aja." Kata Mexi memberi saran.
" Panaasss... Gue gerah abis olahraga." Jawab Alena sambil mengipas-ngipas wajahnya.
" Entar gue kipasin." Jawab Mexi singkat. Alena hanya manyun dengarnya. Sementara Jeje jadi nyamuk diantara mereka berdua.
" Eh, Je, lo dicariin Gio tuh." Kata Mexi pads Jeje. Dahi Jeje mengernyit.
" Ngapain? " tanya Jeje bingung.
" Tauk tuh. Dia di kantin." Jawab Mexi santai.
" Ciyeee... Yang dicariin Gio." Ledek Alena sambil menyenggol bahu Jeje.
" Ih, apaan sih? " kata Jeje malu.
" Yaudah, biar lo gak penasaran mending kita ke kantin sekarang."
" Ogaahhh... Kalo dia yg perlu, dia donk yg nyariin gue."
" Pengen banget dicariin? "
" Ya iyalah..."
Mexi dan Alena saling memandang sambil tersenyum.
" Eh... Enggak. Bukan gitu maksud gue. Maksudnya..."
" Udah ah, kebanyakan ngeles. Kantin yuk! " ajak Alena sambil menarik tangan Jeje.
" Eh..." jawab Jeje kaget. Mexi pun mengikuti langkah mereka sambil menahan tawa.
Saat tiba di kantin, Alena langsung melirik meja kebangsaan Mexi CS. Tampak Sean, Gio dan Dafa sedang mengobrol disana. Alena langsung menarik tangan Jeje menuju meja Sean CS.
" Hai." Sapa Alena pada mereka bertiga.
" Eh, Al... Ada angin apa lo tiba2 nyamperin kita? " tanya Sean kaget melihat kedatangan Alena dan Jeje.
" Enggak. Cuma tadi Mexi bilang katanya Gio nyariin Jeje." Jawab Alena sambil melirik Gio.
" Salah... Maksud Alena, Jeje yg nyariin Gio." Sambar Mexi yang tiba2 muncul. Semua langsung terdiam.
" Ada apaan nih? Kok Jeje dan Gio..." tanya Dafa bingung.
" Gak papa. Cuma pengen silaturahmi aja mereka berdua." Lanjut Mexi ngasal. Jeje semakin memicingkan matanya geram menatap Mexi. Ternyata dia sudah dikerjain oleh Mexi.
" Duduk, Je, ntar varises lagi kelamaan berdiri." Kata Mexi menarik Jeje duduk di bangku dekat Gio. Jeje langsung terduduk dan bingung.
" Gi, lo ajak ngobrol donk temen gue." Tegur Alena pada Gio. Gio langsung salah tingkah.
" Mau ngomong apa? " tanya Gio bingung.
" Ah elah... Masa gitu aja harus diajarin? Buat malu kita aja sih lo? " kata Sean menepuk pundak Gio. Gio langsung mengelus2nya sambil manyun.
" Hmmm... Je, lo udah makan? " tanya Gio membuka pembicaraan. Mexi dan yang lainnya menahan senyum melihat Gio dan Jeje yg sama2 salah tingkah.
" Belum." Jawab Jeje singkat.
" Lo mau makan apa? Biar gue pesenin."
" Hmmm... Apa aja boleh."
" Yaudah tunggu bentar ya."
" Iya."
Gio pun berjalan menuju etalase yang menyediakan berbagai macam makanan. Sementara Jeje hanya terdiam.
" Al... Daripads kita jadi nyamuk disini, mending kita cabut yuk." Ajak Mexi pada Alena.
" Kemana? " tanya Alena bingung.
" Kemana aja. Keliling dunia jalan kaki gue juga rela kalo sama lo..." gombal Mexi yang membuat semuanya geli.
" Wadoohhh... Bahaya lo, Mex." Ledek Sean.
" Waahhh... Paraahhh..." lanjut Dafa.
" Hueeekkksss..." kata Jeje sambil berpura2 muntah. Sementara Alena hanya manyun mendengar gombalan Mexi itu.
" Hahaha... Udah ah. Yuk! " ajak Mexi sambil menarik tangan Alena.
" Eh..." kata Alena kaget. Kemudian mereka pergi meninggalkan kantin dan proses pedekate-an Gio dan Jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
RomanceKetika Alena & Mexi tak percaya yg namanya cinta krn keduanya pernah diselingkuhin pacar masing2, tiba-tiba mereka dipertemukan & saling jatuh cinta. Bersamaan dengan itu ada Amora yang hadir di tengah keduanya. Bukan hanya Amora, masa lalu Alena pu...