Part 13

3.5K 116 0
                                    

Malam harinya di kamar, Alena kepikiran Mexi. Dia masih shock melihat pertengkaran Mexi dengan papanya tadi siang. Siapa pun yang melihatnya, pasti menganggap bahwa Mexi adalah anak durhaka. Tapi di sisi lain, Mexi melakukan hal itu karena ada alasannya. Alena mengambil hpnya dan mengecek notif. Tidak ada telepon atau pun chat dari Mexi.
" Eh, kenapa gue nunggu telepon dari dia ya? " gumam Alena bingung sendiri dengan dirinya.
" Mck... Tauk ah." Kata Alena sebal sendiri sambil melempar hpnya di kasur. Tapi beberapa detik kemudian, dia mengambilnya lagi. Dia mencari nomor Mexi kemudian menekan tombol hijau.

Mexi
Memanggil...

Akhirnya Alena memutuskan untuk menelpon Mexi. Beberapa deringan tidak ada sahutan. Alena hampir saja memutuskan telpon sebelum akhirnya Mexi mengangkatnya juga.
" Halo." Sahut Mexi dari seberang.
" Ha, ha, halo..." jawab Alena ragu.
" Hmmm..." Mexi hanya berdehem.
" Lo lagi apa? " tanya Alena menyembunyikan kegugupannya.
" Baru bangun tidur." Jawab Mexi sambil terbata-bata. Dari suaranya terdengar berat layaknya orang bangun tidur.
" Oh, yaudah deh. Sorry ya kalo gue ganggu..." kata Alena ingin mengakhiri pembicaraan.
" Kenapa lo nelpon gue? Kangen ya? " tanya Mexi menggoda Alena.
" Iihhh... Apaan sih? GR banget." Sahut Alena cepat.
" Terus ngapain lo nelpon gue? "
" Hmmm... Gue... Euummm... Gue cuma mau nanya... Gimana luka lo? Masih sakit? " tanya Alena mencari alasan.
" Oh... Udah lumayanlah. Besok juga paling udah sembuh."
" Pokoknya besok lo harus bersihin lagi lukanya terus buka plesternya."
" Iya bawel."
" Hmmm... Yaudah deh, lo lanjut aja tidurnya. Udah dulu ya. Bye."
" Bye."
Klik! Telepon pun terputus. Alena menghela nafas panjang. Kayaknya selama menelpon Mexi tadi dia menahan nafas supaya Mexi gak bisa dengar kegugupannya.
" Huuffttt... Kok gue deg2an sih? Iihhh Alenaaa... Kenapa sih looo??? " tanya Alena pada dirinya sendiri sambil memukul pipinya.

***

Pagi harinya Alena bangun lebih cepat. Ntah apa yang membuatnya bisa bangun pagi. Padahal biasanya mamanya harus teriak 8 oktaf dulu baru dia bisa bangun. Alena bergegas menuju lantai bawah dan sudah rapi. Dia berjalan menurunin anak tangga.
Betapa kagetnya Alena melihat satu orang tambahan di meja makan sedang sarapan bersama kedua orang tuanya dan kakaknya, Alfan. 
" Mexi? " tanya Alena tak percaya melihat Mexi sudah ada di rumahnya sepagi ini. Alena langsung berlari menuju meja makan.
" Eh, Al, kamu udah siap? " tanya mamanya yang sedang mengolesi roti dengan selai kacang kesukaan Alena.
" Lo ngapain disini? " Alena balik bertanya pada Mexi tanpa menjawab pertanyaan mamanya.
" Numpang sarapan. Abis di rumah gue sepi, gak ada temen buat sarapan." Jawab Mexi ngasal.
" What?? " gumam Alena pelan. Dia tidak percaya bahwa kalimat itu akan keluar dari mulut Mexi.
" Ya gak papa donk, Al. Mexi juga kalo sering2 sarapan disini gak papa kok. Biar suasana rumah kita lebih rame lagi." Kata Mama membela Mexi.
" Ma..." Alena tak setuju dengan ucapan mamanya.
" Udah, lo buruan sarapan. Entar kalian telat lagi." Kata Alfan menambahi.
" Nih sarapan kamu." Kata Mama sambil memberikan sehelai roti dan segelas susu. Alena terpaksa duduk dengan wajah yang cemberut.
" Gila ya nih cowok. Bisa2nya dia ke rumah gue terus sarapan bareng keluarga gue? Berasa udah jadi anak beneran dia di rumah ini..." bisik Alena dalam hati. Sementara itu Mexi tampak santai dan akrab ngobrol dengan papa Alena dan Alfan.

***

" Tante, Om, kita pamit ke sekolah dulu ya. Makasih banyak udah dibolehin sarapan disini." Kata Mexi pamit pada kedua orang tua Alena. Sementara Alfan sudah berangkat kuliah dari tadi.
" Iya sama2. Sering2 aja sarapan disini, biar kamu gak kesepian sarapan sendiri di rumah." Kata Mama Alena menambahi. Alena langsung menoleh ke arah mamanya.
" Alena juga pasti senang kok. Ya kan, Al? " tanya mamanya sambil tersenyum melihat reaksi Alena.
" Huffttt... Yaudah deh, Pa, Ma, aku berangkat sekolah dulu ya." Pamit Alena sambil mencium tangan kedua orang tuanya diikuti oleh Mexi
" Iya hati2 ya. Mex, jangan ngebut2 ya bawa motornya." Pesan Papa Alena.
" Tenang aja, Om, saya bakal jagain Alena kok." Sahut Mexi dengan pedenya.
" Yaudah. Assalamualaikum." Ucap Alena sambil memakai helm yang diberi Mexi.
" Walaikumsalam. " jawab kedua orang tuanya.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang