Part 39

2.7K 101 7
                                    

Keesokan harinya...
Mexi baru saja pulang sekolah dan langsung menghampiri papanya dan Tante Tiara yg sedang duduk menonton TV di ruang keluarga. Dia akan menceritakan masalah pertunangannya dengan Amora. Bagaimana pun dia harus menjelaskan dengan kalimat yg halus agar tidak membuat papanya kaget dan sakit lagi.
" Pa..." panggil Mexi lalu duduk disamping papanya.
" Eh... Ada apa, Mex? " tanya Papanya kaget dengan kemunculan Mexi.
" Ada yg pengen aku omongin sama Papa..." kata Mexi sedikit ragu.
" Ngomongin apa? " tanya papanya penasaran. Tumben sekali Mexi ingin mengajaknya ngobrol seperti ini.
" Pa... Papa kenal Amora kan? " tanya Mexi membuka topik pembicaraan.
" Amora yang pakai kursi roda itu? " tanya Papa Mexi mengingat Amora yg saat menjenguknya di rumah sakit menggunakan kursi roda.
" Iya."
" Iya ingat... Terus kenapa? "
" Pa... Amora minta aku untuk bertunangan dengannya..." kata Mexi sambil menyiapkan jantungnya. Dia takut terjadi apa-apa dengan papanya karena syok mendengar ucapannya itu.
" APA??? " tanya papa nya kaget.
" Mas, tenang... Jantungmu..." kata Tante Tiara mengingatkan. Papa Mexi memegang dada kirinya yg sedikit nyeri.
" Papa gak papa? " tanya Mexi panik.
" Enggak... Enggak... Papa gak papa..." jawab papanya sambil menahan rasa sakit itu.
" Pa... Maafin aku kalo buat papa kaget kayak gini..." kata Mexi merasa bersalah.
" Mex... Kamu serius mau tunangan sama Amora? Bukannya pacar kamu itu Alena ya? Terus gimana dengan Alena? " tanya papanya beruntun.
" Jadi tuh ceritanya..." Mexi pun mulai menceritakan apa yg terjadi selama ini antara dia, Alena dan Amora. Papanya dan Tante Tiara mendengar dengan seksama. Mereka mencoba memahami posisi sulit yg dialami Mexi. Tapi, mereka juga tidak rela kalau anaknya harus bertunangan secepat ini, usianya baru tujuh belas tahun. Mexi juga merasakan hal yg sama dengan orang tuanya. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua sudah terlanjur terjadi.
" Kamu yakin? Umur kamu masih sangat muda lho." Kata papanya memastikan lagi.
" Aku juga tahu, Pa. Tapi aku udah janji sama Amora dan aku harus tepati itu..." jawab Mexi meyakinkan papanya.
" Mex, kasihan Alena. Alena itu anak yg baik. Kamu yakin mau lepasin dia?" tanya Tante Tiara ikut berpendapat.
" Gak tau, Tante... Aku juga gak bisa ngelepasin dia, tapi aku harus nepati janji aku sama Amora."
" Emang kapan kamu mau tunangannya? " tanya papanya penasaran.
" Tiga hari lagi, Pa."
" APA??? Secepat itu? Papa juga belum kenal sama orang tuanya." Tanya papanya kaget.
" Nanti aku kenalin. Menurut aku pertunangan ini hanya sebagai bukti janji aku sama Amora. Untuk selanjutnya, aku gak janji bisa terus bersama Amora..." kata Mexi datar. Papanya dan Tante Tiara saling menatap.
" Ya sudah... Papa serahin semuanya sama kamu. Papa percaya kamu bisa jadi laki-laki yg baik dan bertanggung jawab. Apapun keputusan kamu, Papa harap kamu tidak akan menyesal..." kata papanya mencoba untuk mengerti posisi anak tunggalnya itu.
" Semoga, Pa... Yaudah, aku istirahat  ke kamar dulu ya."
" Iya."
Mexi pun berjalan menuju kamarnya meninggalkan papanya dan Tante Tiara di ruang tamu.

***

Pagi hari di sekolah...
Alena sudah pulang dari rumah Nek Asih dan kembali masuk ke sekolah hari ini. Begitu tiba di sekolah, semua mata langsung menatap Alena sambil berbisik-bisik. Alena merasa bingung dan risih diperlakukan seperti itu, terutama saat dia berjalan di koridor.
" Alena?? " teriak Jeje kaget saat melihat Alena sedang berjalan menuju kelas. Dia langsung berlari menghampiri Alena.
" Al..." panggil Jeje sambil menepuk pundak Alena.
" Jeje? " tanya Alena sedikit kaget.
" Ya ampun... Lo kemana aja? Gue kangen sama lo..." kata Jeje sambil memeluk Alena. Alena sedikit kaget dengan tindakan Jeje itu.
" Sorry ya... Gue gak ngasih kabar beberapa hari ini." Kata Alena meminta maaf.
" Gak papa, gue udah tau semuanya kok dari Gio."
" Hmmm... Je, kenapa orang-orang pada ngelihatin gue ya? Emang ada yg aneh di wajah gue? " tanya Alena bingung. Jeje melirik sekitar dan ternyata apa yang dikatakan Alena itu benar. Semua orang sedang berbisik2 memandangi mereka.
" Ikut gue..." kata Jeje sambil menarik tangan Alena.
" Eh..." kata Alena kaget.

***

" Apa??? " tanya Alena kaget saat Jeje selesai menceritakan semuanya.
" Jadi Mexi dan Amora bakal tunangan dua hari lagi??? " tanya Alena lagi. Jeje mengangguk pelan. Alena langsung terdiam, dia begitu shock mendengar kabar itu. Bagaimana bisa dia merelakan Mexi bertunangan dengan Amora sementara mereka belum putus. Alena semakin bingung dengan situasi ini.
" Al... Lo yg sabar ya. Gue percaya kok, kalo Mexi itu ditakdirin buat lo. Kita tinggal tunggu timing yang tepat aja..." kata Jeje menghibur Alena. Alena tak menyahut. Pikirannya melayang pada Mexi dan Amora.
Sementara Mexi CS yang baru tiba di sekolah langsung menuju kelas. Suasana kelas langsung berisik saat mereka masuk. Semua berbisik soal pertunangan Mexi dan Amora. Bagaimana pun mereka masih SMA, masih terlalu dini untuk bertunangan. Tapi itu sudah diputuskan dan akan dilaksanakan dua hari lagi. Mexi semakin merasa tidak nyaman dengan tatapan orang disekelilingnya.
" Ih gila ya, masih SMA tapi udah mau tunangan..." bisik salah seorang siswi.
" Iya. Apalagi sama Amora, kan dia pakai kursi roda..." kata yg satunya.
" Ih... Gue mah ogah tunangan di umur segini. Gue masih pengen nikmatin masa remaja gue..." lanjut yg lainnya.
" Kasihan ya si Alena... Baru juga jadian sama Mexi, eh udah ditinggal tunangan aja..."
" Iya. Mana dia baru muncul lagi hari ini setelah dua hari gak masuk..." begitulah suara bisik-bisik para siswa yang membuat Mexi mengencangkan telinganya saat mendengar Alena masuk hari ini.
" Heh..." panggil Mexi menghampiri seorang siswi. Siswi itu langsung menunduk.
" Lo bilang apa? Alena udah masuk sekolah? " tanya Mexi tanpa basa-basi.
" I, i, iya... Mex..." jawab siswi itu ketakutan.
Kriiinnnggggg... Bel tanda masuk sekolah berdering. Semua siswa langsung berlari masuk ke kelasnya masing2. Tapi tidak begitu dengan Mexi. Dia langsung berlari ke arah yg berbeda.
" Mex, lo mau kemana? " teriak Sean bingung. Tapi Mexi tak menyahut. Dia langsung pergi begitu saja.
" Kebiasaan deh itu anak main kabur gitu aja." Omel Sean kesal.
" Udahlah biarin. Kita ke kelas yuk." Ajak Gio pada Sean dan Dafa. Sean dan Dafa pun mengangguk setuju.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang