Part 15

3.2K 109 7
                                    

Keesokan harinya di sekolah...
Mexi CS memarkirkan motornya di parkiran. Pagi ini mereka datang berbarengan, padahal tidak janjian. Mereka tiba di sekolah dalam waktu bersamaan. Mexi CS turun dari motor dan membuka jaket masing2. Saat hendak berjalan menuju koridor, Mexi CS melihat kedatangan Amora. Dia berjalan sedikit agak tertatih.
" Pagi, Mex." Sapa Amora sambil tersenyum.
" Pagi." Balas Mexi sambil tersenyum juga. Gio dan Dafa memgernyitkan dahi. Bingung dengan sikap manis Mexi kepada Amora itu. Amora juga kaget mendapat sahutan yang baik seperti itu dari Mexi.
" Kamu mau langsung ke kelas kan? " tanya Amora lagi.
" Iya. Yuk." Ajak Mexi pada Amora. Amora pun mengangguk dan berjalan berdua bersama Mexi. Meninggalkan ketiga sahabat Mexi yang masih kebingungan.
" Gi, kira2 Mexi minum obat apa ya tadi pagi? " tanya Dafa sambil terus memperhatikan Mexi yang sudah menjauh.
" Tauk. Mungkin sesendok gula dan segelas madu kali." Jawab Gio asal.
" Kemarin2 galak banget sama Amora. Kok sekarang dia bisa so sweet begitu sih? " tanya Dafa bingung.
" Mungkin dia mimpi basah tadi malam." Lagi lagi Gio menjawab ngasal.
" Husshhh... Apaan sih lo berdua? Udah ah yuk masuk." Kata Sean mengakhiri pembicaraan yang sudah tak jelas arahnya itu. Gio dan Dafa pun mengikuti langkah Sean menuju kelas. Mexi dan Amora berjalan sepanjang koridor kelas. Tidak sedikit siswa-siswi yang berbisik-bisik menceritain mereka. Ini merupakan satu pemandangan yang aneh melihat Mexi ngobrol dan sesekali tertawa bersama Amora. Sebelumnya, dia hanya mau ngobrol dengan ketiga sahabatnya dan satu cewek, Alena. Alena dan Jeje yang tak sengaja berpapasan dengan mereka, menghentikan langkahnya.
" Pagi, Al." Sapa Amora sambil tersenyum. Alena yang masih bingung kenapa Mexi dan Amora bisa jalan bareng seperti ini hanya mampu tersenyum.
" Pagi."
" Hai." Sapa Amora pada Jeje.
" Ha, hai..." balas Jeje bingung. Padahal Jeje tidak kenal dengannya.
" Kita ke kelas dulu ya." Kata Amora pamit. Alena hanya mengangguk. Lalu Amora mengajak Mexi melanjutkan perjalanan.
" Siapa tuh? " tanya Jeje setelah Amora dan Mexi pergi.
" Itu dia anak baru yang gue ceritain kemarin."
" Oh... yang lo ketemu di toilet? "
" He-eh."
" Kok dia bisa jalan bareng Mexi ya? Gak pernah lho ada yang bisa jalan bareng sama Mexi begitu. Kecuali tiga sahabatnya dan elo." Kata Jeje tak percaya dengan pemandangan pagi itu.
" Tau tuh. Gue juga bingung. Padahal kemarin2 Mexi galak banget sama Amora. Sekarang kok udah bisa akrab begitu." Gumam Alena tak kalah bingungnya.
" Oh. Namanya Amora? "
" He-eh."
" Hati-hati lo."
" Hati-hati kenapa? "
" Hati-hati entar dia ngerebut Mexi dari lo. Hahaha..."
" Ih, Jeje... Lo apaan sih? Mexi tuh bukan siapa2nya gue. Kenapa juga gue mesti hati-hati."
" Iya. Sekarang belum jadi apa2 lo. Lihat aja beberapa hari ke depan."
" Ih, apaan sih? Udah yuk ah." Kata Alena mengakhiri pembicaraan sambil menarik tangan Jeje. Jeje hanya tertawa melihat reaksi Alena itu.

***

Amora dan Mexi tiba di kelas dengan pandangan siswa siswi yang ada di kelas. Sebenarnya Mexi merasa risih, tapi dia sebisa mungkin menipisnya untuk menebus rasa bersalahnya sama Amora.
" Awww..." teriak Amora saat seseorang tak sengaja menyenggolnya.
" Heh, jangan berdiri di tengah jalan donk. Emang ini punya nenek moyang lo? " bentak anak laki2 yg menabrak Amora. Amora yang dibentak seperti itu tak berkutik. Dia langsung terdiam dan menunduk. Mexi yang melihatnya langsung bereaksi. Dia menghampiri cowok itu.
" Heh, lo pernah diajarin gak cara menghargain perempuan?? " tanya Mexi sambil menarik kerah bajunya. Cowok itu langsung ketakutan.
" Me, Me, Mex..." kata cowok itu terbata-bata
" Minta maaf... Buruan minta maaf!!" Bentak Mexi emosi. Cowok itu langsung menghampiri Amora.
" Maafin gue ya." Katanya sambil mengulurkan tangan. Amora mengangguk dan membalas uluran tangannya. Kemudian cowok itu buru-buru pergi.
" Lo gak papa kan? " tanya Mexi menghampiri Amora.
" Enggak, gak papa kok. Makasih ya." Kata Amora sambil tersenyum. Mexi hanya mengangguk lalu kembali ke bangkunya. Tak berapa lama kemudian bel tanda masuk sekolah pun berdering.

***

Saat jam istirahat...
Alena sedang duduk di taman sekolah sambil mencoret-coret bukunya. Akhir-akhir ini Alena memang suka menulis puisi. Baginya menulis puisi bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan tanpa harus diucapkan. Alena menikmati angin sepoi-sepoi siang itu.
" Woii! " tiba-tiba seseorang mengagetkan Alena. Alena pun terlonjak kaget.
" Iihhh... Mexi? Apaan sih ngangetin gue mulu? " protes Alena kesal saat melihat itu adalah Mexi.
" Hahaha... Kaget lo ya? Lagi ngapain sih? Serius amat! " tanya Mexi sambil melirik buku catatan Alena. Alena buru2 menutup bukunya.
" Enggak. Gak ngapa-ngapain." Kata Alena berbohong.
" Itu apa? Lo nulis apa? " tanya Mexi penasaran.
" Enggak... Gue gak nulis apa2. Udah deh mendingan sekarang lo pergi sana. Gak usah ganggu gue."
" Apaan sih? Kan udah gue bilang, iblis itu diciptakan untuk mengganggu manusia."
" Aduuhhh... Lo gangguin Amora aja sana."
" Ha? Kok Amora? "
" Iya. Lo kan udah akrab sama dia."
" Oh... Pasti lo mikir yang aneh2 ya gara2 tadi pagi."
" Enggak. Gue gak mikir apa2."
" Udah gak usah cemburu. Gue cuma temenan sama Amora."
" Iiihhh... Siapa juga yang cemburu? "
" Dasar cewek, gengsi banget sih kalo ngakuin cemburu." Ledek Mexi senang menyadari Alena cemburu.
" Enggak. Gue gak gengsi karena gue gak cemburu. Ngerti? " kata Alena bersikeras.
" Kalo gak cemburu, gak usah ngotot gitu donk."
" Siapa yg ngotot? "
" Elo."
" Iihhh... Apaan sih? Yaudah, kalo lo gak mau pergi, biar gue yang pergi." Kata Alena akhirnya menyerah menghadapi ketengilan Mexi.
" Eh, mau kemana? "
" Bodo! "
Mexi hanya tertawa melihat wajah kesal Alena. Menurutnya, ini menggemaskan.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang