Part 45

3.7K 154 23
                                    

Saat jam istirahat tiba, Alena langsung berjalan menuju kantin. Dia pergi sendiri karena Jeje mau ke perpustakaan. Alena berjalan melewati lab fisika sambil melihat anak-anak yang sedang olahraga di lapangan. Tiba-tiba seseorang menarik tangan Alena dan membawanya masuk ke dalam lab fisika.
" Aaaaaa....." teriak Alena kaget. Beberapa orang yang mendengar teriakan Alena langsung ikutan panik dan melihat ke dalam lab dari jendela kaca.
" Kak Dion? " tanya Alena kaget saat Dion menyenderkannya ke dinding. Dion menatap Alena dengan tatapan tajam. Beberapa orang anak sedang mengintip dari jendela, penasaran dengan apa yang mereka lakukan di dalam.
" Kakak mau ngapain? " tanya Alena mulai takut.
" Al... Kenapa kamu gak pernah ngasih aku kesempatan buat jadi pacar kamu? " tanya Dion datar.
" Ha? " kata Alena kaget dengan pertanyaan Dion itu.
" Woiii... Buka pintunya... Woiii..." tiba-tiba Jeje berteriak dari luar. Dia yang kebetulan lewat dari lab fisika tak sengaja melihat kejadian itu. Dion dan Alena menoleh ke arah sumber teriakan.
" Jeje..." gumam Alena lega saat melihat Jeje di luar sana.
" Kak Dioonnn... Buka pintunyaaaa...." teriak Jeje lagi sambil mendobrak-dobrak pintu, tapi tetap tidak terbuka.
" Kenapa, Al? Jawaabbbb!!! " tanya Dion berteriak ke wajah Alena. Alena menutup matanya kaget mendengar teriakan Dion itu. Jeje yang melihat Alena semakin terpojok, langsung berlari mencari bantuan. Dia berlari ke kelas Mexi tapi tidak menemukan mereka disana. Jeje langsung berlari ke kantin karena dia tahu Mexi CS biasa ngumpul disana. Saat tiba di kantin, Jeje melihat Mexi CS sedang ngumpul di "meja" mereka. Jeje langsung berlari menghampirinya.
" Mex..." panggil Jeje dengan nafas terengah-engah.
" Je... Kenapa? " tanya Mexi bingung saat melihat wajah Jeje terlihat panik.
" Alena..." kata Jeje masih sesak nafas. Mexi langsung bangkit dari duduknya saat mendengar nama Alena.
" Alena kenapa? " tanya Mexi mulai panik.
" Alena sama Kak Dion di lab fisika..."
Belum selesai Jeje bicara, Mexi langsung berlari meninggalkannya. Sean dan yang lainnya ikut menyusul berlari ke lab fisika.
" Kak... Kakak mau ngapain? " tanya Alena takut saat Dion mulai memajukan wajahnya mendekat ke wajah Alena.
" Alenaaaaa!!! " teriak Mexi dari jendela. Alena dan Dion langsung menoleh.
" Mexi..." gumam Alena saat melihat kedatangan Mexi.
" Dioonnnn... Buka pintunyaaa....." teriak Mexi sambil menggedor-gedor pintu. Dion semakin mendekatkan wajahnya. Alena menutup mata dan menundukkan wajah tidak siap dengan "serangan" Dion itu. Mexi yang melihat adegan itu semakin panas. Dia menendang sekuat tenaga pintu itu dengan kakinya. Akhirnya pintu itu pun terbuka dan engselnya hancur berserakan di lantai. Mexi langsung berlari menarik Dion dan memukul wajahnya. Dion terhuyung jatuh ke lantai.
" Brengsek lo!!! " kata Mexi geram, lalu menarik kerah Dion dan menghajarnya lagi. Dion tak tinggal diam, dia mencoba memberi perlawanan. Dion menghindar dari pukulan Mexi lalu memukul wajah Mexi. Begitulah perkelahian itu terjadi di lab fisika. Semua siswa berteriak mencoba melerai mereka, tapi tidak berhasil.
" Mexi stooppp!!! " teriak Alena panik. Tapi Mexi tak menghiraukannya. Sean CS yang baru tiba langsung kaget melihat kejadian di depan mereka. Guru-guru berdatangan mencoba mendamaikan mereka.
" Stoooppp..." teriak seorang guru menggelegarkan ruangan lab. Seketika Mexi dan Dion pun berhenti. Wajah mereka berdua sudah babak belur. Darah mengalir dari sudut bibir Mexi.
" Mexiii... Kamu lagi kamu lagi!!! Bisa gak sih kamu gak buat onar dalam satu bulan ini?? " tanya guru BP saat melihat Mexi yang membuat keributan.
" Dion!! Kamu juga sebagai ketua OSIS kenapa malah berantem?? " tanya guru BP pada Dion. Mereka berdua hanya diam sambil menahan geram.
" Kalian berdua ikut Bapak!!! " kata guru BP itu emosi, lalu berjalan meninggalkan lab fisika. Mexi dan Dion pun mengikut dari belakang. Alena hanya bisa pasrah melihat Mexi pergi mengikuti guru BP ke ruangan.
" Al... Lo gak papa? " tanya Jeje menghampiri Alena yang masih syok.
" Jeee..." kata Alena sambil menangis di pelukan Jeje. Jeje mencoba menenangkan Alena dalam pelukannya. Sementara Sean CS hanya bisa menghela nafas panjang melihat Mexi dibawa ke ruang guru untuk kesekian kalianya.

***

" Kalian ini benar-benar kayak preman pasar!!! Berantem sampai babak belur begini di sekolah. Kalian pikir kalian udah hebat, hah??? " tanya guru BP saat mereka sudah di ruangan guru.
" Dia mukul saya luan, Pak." Jawab Dion menunjik Mexi.
" Dia mau nyium Alena di lab, Pak." Balas Mexi tak mau kalah. Kontan saja guru BP itu terkejut mendengarnya.
" Dion?? Bener kamu ngelakuin hal itu?? " tanya guru BP tak percaya.
" Bohong, Pak. Saya cuma ngobrol sama Alena. Dia yang main tonjok aja." Jawab Dion berbohong.
" Apa lo bilang? Gue bohong? " tanya Mexi menarik kerah baju Dion lagi.
" Heiii Mexiii!!! Sudah, sudah..." kata guru BP melerai mereka. Mexi pun melepaskan cengkraman tangannya dari kerah baju Dion.
" Kalian bener-bener buat Bapak kecewa. Kalian itu disekolahkan orang tua kalian biar jadi orang yang sukses, bukan jadi kayak preman pasar begini. Bapak akan memberi hukuman pada kalian..." kata guru BP sudah habis kesabaran.
" Kalian Bapak skors tiga hari..." kata guru BP memberi hukuman.
" APA??? " tanya Dion kaget. Sepanjang perjalanannya sekolah di SMA Casanova, Dion tidak pernah mendapat masalah apapun, apalagi sampai di hukum dengan skors. Ini merupakan hukuman pertamanya selama tiga tahun dia sekolah disini. Berbeda dengan Mexi yang sudah terbiasa dengam hukuman apapun. Dia sudah kebal dengan hukuman yang diberikan guru. Dia hanya memasang wajah santai saat mendengar hukuman yang diberikan padanya dan Dion.
" Tapi, Pak..."
" Tidak ada tapi-tapian. Dion, kamu bener2 sudah membuat Bapak kecewa. Sekarang kalian boleh keluar." Kata guru BP itu memotong kalimat Dion.
" Pak..." kata Dion lagi.
" Keluar atau Bapak tambah hukuman kalian? " sambar guru BP menolak tawar-menawar dengan Dion. Mexi pun berjalan keluar ruangan guru BP dengan wajah yang babak belur, diikuti oleh Dion yang tak kalah babak belurnya.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang