Part 22

3K 89 0
                                    

Bel masuk berdering. Semua murid masuk ke kelasnya masing2. Pak Bondan, guru Fisika masuk ke kelas Alena diikuti oleh seorang murid laki-laki di belakangnya. Bian.
" Selamat pagi." Sapa Pak Bondan pada murid2nya.
" Pagi, Paakkkk..." sahut seluruh kelas serempak.
" Anak-anak... Hari ini kelas kalian kedatangan teman baru. Silakan perkenalkan diri kamu." Kata Pak Bondan pada Bian.
" Hai... Nama saya Bian, saya pindahan dari Bandung." Kata Bian memperkenalkan diri.
" Bandung? Lo gak kenal sama dia, Al?" Bisik Jeje saat menyadari dia pindahan yg sama dengan Alena, yaitu Bandung.
" Kenal. Dia mantan gue dulu." Jawab Alena cuek.
" WHAATTT??? " teriak Jeje kencang. Seisi kelas langsung mengalihkan perhatian ke meja Jeje dan Alena.
" Sssttttt..." Alena langsung menutup mulut Jeje dengan kedua tangannya.
" Jeje... Kamu kenapa? " tanya Pak Bondan yg ikut kaget mendengar teriakan Jeje.
" Oh... Enggak, Pak. Anu... Kaki saya diinjek Alena." Jawab Jeje ngasal. Alena mengernyitkan kening mendengar jawaban Jeje itu.
" Ya sudah, jangan teriak2 kayak gitu lagi." Tegur Pak Bondan.
" Iya, Pak. Maaf." Jawab Jeje sambil tertunduk malu.
" Oke, Bian, silakan duduk di bangku kosong supaya kita bisa mulai pelajaran hari ini." Kata Pak Bondan memerintahkan Bian untum duduk.
" Baik, Pak. Makasih." Sahut Bian sambil berjalan menuju bangku kosong di samping meja Alena dan Jeje. Alena berharap Bian tidak akan duduk disitu, tapi ternyata meleset. Bian dengan santainya duduk dan memandang ke arah Alena sambil tersenyum. Alena langsung buang muka tidak ingin melihat senyuman Bian itu.
" Pokoknya lo harus ceritain semua sama gue nanti..." bisik Jeje yang masih tak percaya bahwa Bian adalah mantan pacar Alena.
" Iya, iya... Asal lo gak teriak2 kayak tadi lagi." Balas Alena pelan.
" Sorry." Kata Jeje sambil mengambil buku pelajaran di dalam tas. Jam pertama untuk pelajaran hari ini pum dibuka dengan Fisika.

***

" Jadi gitu ceritanya..." kata Alena menceritakan hubungannya dengan Bian dulu pada Jeje. Saat ini mereka sedang menikmati sarapan di kantin.
" Hmmm... Jahat juga ya dia sampe ngeduain lo gitu." Kata Jeje menilai Bian dari cerita Alena.
" Ya gitu deh." Balas Alena singkat.
" Waahhh... Kalo gitu saingan Mexi makin banyak donk, Al." Kata Jeje tiba2 teringat sesuatu.
" Hm? Saingan? "
" Iya. Kemarin Kak Dion, sekarang nambah si Bian. Ck ck ck... Lo emang laris manis ya di sekolah ini." Kata Jeje sambil menepuk pundak Alena.
" Apaan sih? Kak Dion itu cuma nganggep gue temennya, paling jauh cuma partner kerja di OSIS. Kalo Bian, gue udah gak ada perasaan apa2 lagi sama dia. Jadi ya biasa aja." Kata Alena menepis omongan Jeje.
" Itu kan kata lo, kata Kak Dion nya gimana? " lanjut Jeje lagi.
" Sama yg kayak gue bilang. Udah deh lo jangan kebanyakan gosip. Mending sekarang lo abisin tuh bubur ayam lo." Kata Alena sambil menunjuk bubur ayam Jeje yg masih banyak. Jeje pun menurut, dia melanjutkan makannya.
" Hai, Al..." tiba-tiba Dion datang menghampiri meja Alena. Jeje yg sedang menyendokkan bubur ke mulutnya lamgsung kaget dan tersedak.
" Uhuk... uhuk..."
" Eh, Je, minum, minum..." kata Alena sambil memberikan segelas air. Jeje langsung mengambil dan meminumnya.
" Je, kamu gak papa? " tanya Dion ikutan khawatir.
" Aahhh... Enggak, Kak." Jawab Jeje lega setelah meneguk air putih.
" Sorry ya kalo aku ngagetin kamu." Kata Dion merasa bersalah.
" Oh gak papa kok, Kak. Santai aja." Balas Jeje berbohong. Padahal dia merasakan sakitnya saat tersedak tadi.
" Oh iya, Al, jangan lupa ya nanti rapat terakhir OSIS. Soalnya minggu depan kita mau acara camping jadi hari ini kita fix kan semua kegiatan acaranya." Kata Dion mengingatkan.
" Oh iya, Kak. Beres." Kata Alena sambil mengacungkan jempolnya.
" Nanti pulang rapat kamu ada acara gak? Aku mau ngajak kamu jalan." Kata Dion tanpa basa-basi. Kali ini Alena yg tersedak mendengarnya.
" Uhuk... uhuk..."
" Minum, minum, Al..." kata Jeje gantian memberikan minuman pada Alena. Alena pun mengambil segelas air dari tangan Jeje dan meneguknya.
" Aku buat kaget lagi ya? " tanya Dion merasa tak enak.
" Oh... Enggak. Gak papa kok, Kak." Jawab Alena sambil menyapu mulutnya dengan tisu.
" Gak papa kan kalo aku ajak kamu jalan? Gak ada yg marah kan, Al? " tanya Dion penuh selidik. Sesungguhnya Dion dari dulu penasaran apakah Alena punya pacar apa tidak.
" Ada...." tiba2 seseorang menyahut dari belakang Alena. Jeje, Dion dan Alena pun langsung menoleh ke arah sumber suara.
" Mexi? " tanya Dion kaget. Dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Mexi. Diikuti oleh Alena dan Jeje. Mereka takut akan terjadi pertumpahan darah lagi disini.
" Lo lagi lo lagi. Kapan sih lo bisa musnah dari hadapan gue? " tanya Dion emosi.
" Ya abis lo kalo mau ngajak cewek jalan itu cari yg masih jomblo. Jangan sama yg udah ada pacar." Jawab Mexi santai.
" Pacar? Lo pacarnya Alena? " tanya Dion tak percaya.
" Kenapa? Lo mau pacaran juga sama gue? " tanya Mexi balik dengan senyum nakalnya.
" Mexiii..." panggil Alena menghentikan perdebatan itu.
" Kak, maaf ya. Kita pergi dulu." Pamit Alena pada Dion. Dia langsung menarik tangan Mexi dan meninggalkan kantin. Sementara Dion masih tak bisa percaya bahwa Alena dan Mexi sudah berpacaran.
" Mereka pacaran? " tanya Dion pada Jeje. Jeje hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dion menahan geram, kemudian langsung pergi meninggalkan kantin.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang