Part 28

2.8K 89 24
                                    

Mexi menghentikan motornya saat tiba di depan rumah Alena. Alena pun turun dari motor dan merapikan rambutnya.
" Hahaha..." Mexi tertawa saat melihat Alena. Alena mengernyitkan dahi melihatnya. Bingung.
" Kenapa? " tanya Alena tak mengerti.
" Rambut lo berantakan..." kata Mexi menunjuk rambut Alena yg acak-acakan.
" Ih, kok malah ketawa sih? " kata Alena ngambek.
" Hahaha... Sini, sini gue rapiin..." kata Mexi sambil memegang rambut Alena. Dia mengelus rambut Alena pelan dan menatanya agar rapi. Matanya tak lepas dari mata Alena, begitu juga Alena yg menatap mata Mexi. Kalau di FTV, ini akan dibuat slow motion. Hahaha...
" Udah... Gini kan makin cantik." Kata Mexi setelah selesai membereskan rambut Alena.
" Makasih." Ucap Alena sambil tersenyum.
" Gak ada kata terima..."
" kasih untuk cinta... Itu kan yg mau lo bilang? " tanya Alena menyambar kalimat Mexi.
" Nah... Itu tahu."
" Huuuu... Itu mulu kamus lo, gak bosan apa? "
" Enggak. Gue gak akan pernah bosan sama lo."
" Apaan sih? Lebay banget. "
" Eh, nyokap lo mana? " tanya Mexi sambil turun dari motornya.
" Ada di dalem. Kenapa? "
" Gue mau ketemu, gue kangen sama nyokap lo." Kata Mexi sambil berjalan masuk.
" Hah? " kata Alena kaget lalu berlari mengejar Mexi. Mexi berjalan menuju ruang TV. Ternyata mama Alena sedang menonton TV disana.
" Assalamualaikum, Tante." Ucap Mexi saat melihat mama Alena."
" Walaikumsalam... Eh, Mexi? " jawab mama Alena kaget melihat kedatangan Mexi. Mexi langsung menghampiri dan mencium tangannya.
" Apa kabar, Tante? " tanya Mexi sopan.
" Alhamdulillah baik. Kamu gimana? "
" Alhamdulillah baik juga, Tante."
" Kalian baru pulang camping? " tanya mama Alena saat melihat Alena masuk sambil membawa tasnya. Mexi mengangguk sambil tersenyum.
" Oh, gimana camping nya? Seru? "
" Seru banget, Tante. Apalagi ada Alena. Hehehe..." kata Mexi bercanda.
" Hahaha... Kamu ada-ada aja. Yaudah duduk dulu biar Tante buatin minum." Kata mama Alena mempersilakan Mexi duduk.
" Bibi kemana, Ma? " tanya Alena bingung kenapa mama nya yg ingin membuatkan minum.
" Tadi mama suruh ke supermarket."
" Oh..."
" Yaudah, Tante tinggal dulu ya."
" Iya, Tante." Jawab Mexi sambil tersenyum. Kemudian dia duduk di sofa, diikuti oleh Alena yg duduk disampingnya.
" Eh, bokap sm kakak lo mana? " tanya Mexi yg sudah hapal anggota keluarga Alena.
" Papa masih di kantor, kalo Alfan mah satu keajaiban kalo jam segini di rumah. Paling keluyuran sm teman2nya. Tengah malem baru pulang." Kata Alena menjelaskan.
" Hmmm..." Mexi hanya berdehem.
" Eee... Al, gue mau minta maaf." Kata Mexi membuka topik pembicaraan.
" Minta maaf buat apa? " tanya Alena bingung.
" Soal gue yg gendong Amora tadi malam. Tapi beneran gue gendong dia karena kakinya sakit terus dia minta anterin ke tenda. Suer deh! " kata Mexi sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya.
" Oh..." jawab Alena singkat.
" Oh? Cuma Oh doank? " tanya Mexi bingung.
" Ya terus gue harus ngomong apa donk? " tanya Alena bingung.
" Ya apa kek, panjangin dikit. Gue kan udah jelasin panjang lebar."
" Yaudah, panjangin..."
" Bukan gitu... Maksud gue jawaban lo dipanjangin dikit. Iihhh..." kata Mexi gemes sambil menarik hidung Alena.
" Awww... Mexiii sakiittt..." teriak Alena sambil memegang hidungnya yg sudah memerah.
" Hehehe... Gemesin banget sih lo."
" Ih dasar..."
" Jadi gimana? Gak papa kan? " tanya Mexi kembali ke topik pembicaraan.
" Hmmm... Sebelumnya gue mau nanya deh. Kalo misalnya gue digendong sama cowok lain, lo bakal marah gak? "
" Ya iyalah..."
" Yaudah, gitu juga yg gue rasain saat gue ngelihat lo gendong Amora. Tapi gue ngerti, Mex, lo ngelakuin itu ada alasannya. Gue cuma minta sama lo, tolong bedakan mana keadaan yg benar2 darurat untuk lo tolong, mana yg bisa lo panggil orang lain buat nolongin Amora. Waktu lo nolongin Amora pingsan di dekat sungai kemarin, jujur gue gak marah. Gue ngerti kalo itu emang darurat. Tapi, kalo yg tadi malam lo gendong dia, gue masih gak ngerti kenapa harus lo yg gendong dia. Secara disana kan banyak anak cowok lainnya. Gue cuma gak mau Amora memanfaatkan keadaan buat narik perhatian lo..." kata Alena menjelaskan. Mexi mendengar dengan seksama. Dia rasa omongan Alena ada benarnya juga. Seharusnya dia meminta bantuan orang lain buat gendong Amora tadi malam.
" Iya, gue ngerti. Gue minta maaf ya..." kata Mexi lagi.
" Hmmm..." jawab Alena sambil mengangguk.
" Kok hmmm? Dimaafin apa enggak? "
" Iyaaa..."
" Nah gitu donk."
" Eee... Mex, gue boleh minta sesuatu gak sama lo? " tanya Alena hati-hati.
" Emang apa yg gak lo punya dari gue sampe harus minta? " Mexi balik bertanya.
" Maksudnya? " tanya Alena bingung.
" Hati gue, udah punya lo. Cinta gue, udah punya lo. Jiwa gue, juga punya lo. Lo mau minta apalagi dari gue? " kata Mexi sambil tersenyum jahil.
" Iihhh... Gue serius nih! " omel Alena karena Mexi masih sempat menggombal.
" Hehehe... Yaudah, apaan? " tanya Mexi mencoba serius.
" Gue minta lo harus selalu jujur sama gue. Kalo suatu saat nanti hati lo bukan milik gue lagi, lo harus bilang ke gue karena gue gak mau lo bertahan untuk sesuatu yg bukan lo cintai..." kata Alena yg membuat senyum di wajah Mexi hilang.
" Lo ngomong apa sih, Al? " tanya Mexi bingung mengapa Alena mengatakan hal itu.
" Lo harus janji sama gue..."
" Janji apa? "
" Janji kalo lo bakal jujur tentang apapun perasaan lo ke gue sekarang dan nanti."
" Lo beneran mau dengar kejujuran gue? "
" He-eh."
" Perasaan gue ke lo sekarang, nanti, seterusnya... Tetap sama! Gak akan pernah berubah. Gue akan tetap sayang sama lo. Hati gue udah disimpan disini, dia udah gak bisa kemana2 lagi..." jawab Mexi sambil menunjuk hati Alena. Alena terdiam mendengar jawaban itu. Dia tersentuh dengan kejujuran Mexi. Hatinya ingin berteriak saking senangnya. Mexi bisa sangat romantis mengatakan hal itu.
" Ehm..." tiba-tiba mama Alena muncul sambil berdehem. Membuyarkan pandangan Mexi dan Alena. Mexi menurunkan tangannya.
" Kalian lagi ngobrolin apa sih? Kok kayaknya serius banget? " tanya mama Alena sambil meletakkan gelas berisi minuman di atas meja.
" Eee... Enggak, Ma. Cuma ngobrol biasa aja kok." Jawab Alena berbohong.
" Oh... Mex, diminum dulu." Kata mama Alena mempersilakan.
" Iya, makasih, Tante..." balas Mexi sambil meminum minuman yg dibuat mama Alena.
" Tante, Al... Kayaknya aku mau pulang dulu ya." Kata Mexi pamit.
" Lho, kok cepat banget? Kan baru nyampe." Tanya mama Alena sedih.
" Iya, soalnya aku juga belum pulang ke rumah, Tan. Takutnya Papa khawatir karena aku belum pulang2 dari camping! " kata Mexi menjelaskan.
" Oh iya bener juga ya. Yaudah kamu hati-hati ya." Kata mama Alena mengerti.
" Iya. Aku pulang dulu ya, Tante. Assalamualaikum." Kata Mexi mencium tangan mama Alena.
" Walaikumsalam." Jawab mama Alena.
" Ma, aku anter Mexi ke depan dulu ya." Kata Alena pada mama nya. Mama nya pun mengangguk sambil tersenyum, kemudian Alena dan Mexi berjalan keluar.
" Kaki lo masih sakit? " tanya Mexi sambil naik ke motornya.
" Oh enggak... Yah walaupun kadang masih sering keram." Jawab Alena sambil melihat kakinya.
" Hmmm... Yaudah lo jangan banyak jalan dulu. Istirahat biar besok fit ke sekolahnya." Kata Mexi menasihati.
" Iya."
" Eh, besok gue jemput ya? "
" Ha? Enggak, enggak... Gak usah. Ada Pak Wardiman kok yg nganterin gue."
" Kasihan Pak Wardiman udah tua lo suruh ngantar2. Mending lo sama gue aja."
" Tapi..."
" Pokoknya besok gue jemput jam tujuh. Oke. Daahhh..." sambar Mexi sambil berlalu pergi menjalankan motornya.
" Ih, Mexiii..." teriak Alena kesal karena Mexi selalu memutuskan sesuatu sesukanya.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang