Hujan turun rintik-rintik membasahi bumi siang itu. Langit menjadi gelap dan angin bertiup kencang. Petir juga tak ingin ketinggalan menunjukkan kilatannya. Mexi menepikan motornya di sebuah halte bis yang kebetulan mereka lewatin. Alena turun dari motor diikutin oleh Mexi. Mereka berteduh di bawah halte bis itu. Baju Alena sudah basah, begitu juga dengan Mexi. Namun Mexi menggunakan jaket kulit yang biasa digunakannya saat naik motor. Alena menggenggam kedua tangannya dan meniupnya karena kedinginan. Mexi juga melakukan hal yang sama. Namun Mexi melihat bibir Alena mulai membiru. Sepertinya dia benar-benar kedinginan. Dan tanpa sengaja dia melihat pakaian dalam Alena transparan karena basah. Dia melihat tali warna pink dari bahu Alena. Mexi buru-buru melepaskan jaket kulitnya dan memakaikannya ke tubuh Alena. Alena kaget menyadari hal itu.
" Pakai nih, pakaian dalem lo kelihatan." Kata Mexi sambil memakaikan jaketnya pada Alena. Kontan saja mata Alena terbalalak.
" Ha? Masa iya? " tanya Alena kaget. Dia langsung menarik jaket Mexi rapat-rapat menutup tubuhnya agar tidak terlihat bagian yang menampakkan pakaian dalamnya.
" Lo lihat donk? Iihhh..." tanya Alena sambil memukul lengan Mexi.
" Gak sengaja. Namanya juga rezeki." Balas Mexi membela diri.
" Dasar otak mesum." Sahut Alena kesal.
Mexi membuang muka dan tersenyum tanpa sepengetahuan Alena. Alena menjulurkan satu tangannya sambil menampung tetesan air dari atap halte.
" Gue suka sama hujan." Kata Alena membuka pembicaraan. Mexi menoleh ke arah Alena. Mata Alena menerawang ke atas awan.
" Kenapa? " tanya Mexi bingung.
" Karena dalam hujan, orang gak akan bisa lihat kalo gue lagi menangis." Kata Alena tanpa mengalihkan pandangannya. Mexi mengernyitkan dahi mendengar jawaban Alena itu.
" Berarti hujan pertanda kesedihan donk buat lo." Sahut Mexi mencoba memahami kalimat Alena.
" Iya. Karena gue pernah menangis dalam hujan..." lanjut Alena lagi. Mexi semakin tidak mengerti. Namun dia tidak meneruskan pertanyaannya. Mexi hanya diam sambil menatap wajah polos Alena. Lama mereka saling diam. Ssmpai akhirnya hujan pun berhenti. Hanya tinggal tetesan air yang berjatuhan dari daun-daun pohon yang basah.
" Hujannya udah berhenti nih. Pulang yuk." Ajak Mexi pada Alena yang sedang duduk. Alena pun memandang langit yang mulai terang kemudian mengangguk. Mexi menyalakan motornya setelah Alena naik, kemudian mereka melaju menuju rumah Alena.***
Motor sport merah milik Mexi berhenti di depan pintu rumah Alena. Alena turun dengah perlahan.
" Makasih ya udah nganterin gue pulang." Kata Alena setelah turun dari motor.
" Iya sama-sama." Balas Mexi lembut. Baru kali ini Mexi bicara selembut itu padanya.
" Oh iya, ini jaket lo..."
" Udah pakai aja dulu. Ntar kalo lo buka disini, lo marah lagi karena gue gak sengaja ngelihat pakaian dalam lo." Kata Mexi memotong ucapan Alena. Alena memanyunkan bibir mendengarkan ucapan Mexi itu.
" Oh iya, gimana lutut lo? " tanya Mexi teringat luka yang ada di lutut Alena.
" Udah mendingan sih. Gue gak sepincang tadi kalo jalan."
" Gue bilang juga apa, besok pasti bakal sembuh."
" Iya deh, percaya."
" Hehehe... Yaudah kalo gitu gue balik dulu. Salam sama nyokap lo."
" Iya ntar gue sampein. Hati-hati ya."
" Iya. Bye."
" Bye."
Mexi menyalakan motornya dan melaju meninggalkan halaman rumah Alena. Ini pertama kalinya mereka bicara dalam mood yang baik. Tidak seperti biasanya selalu adu mulut.***
Malam harinya Alena sedang berkumpul dengan Mama, Papa dan kakaknya, Alfan. Mereka sedang menikmati makan malam.
" Gimana sekolah baru kamu, Al? " tanya Pak Kadafi, papa nya Alena membuka pembicaraan. Sejak kepindahan keluarga mereka ke Jakarta, baru ini kesempatan papa nya bertanya soal sekolab baru Alena. Kemarin-kemarin dia disibukkan dengan pekerjaan kantornya yanh baru.
" Ya gitu deh, Pa. Ada enaknya ada enggaknya."
" Enggak enaknya apa? "
" Ada beberapa orang yang nyebelin di sana."
" Mexi maksud lo? " tanya Alfan menyahut.
" Ya dia and the gank salah satunya." Jawab Alena males-malesan.
" Enggak ah, Mexi baik kok orangnya, sopan lagi. Mama suka sama dia." Kali ini mama nya yang berkomentar.
" Mexi yang nyelamatin mama dari rampok kemarin? " tanya papa nya memastikan.
" Iya, Pa. Yang kemarin malem mama undang makan disini." Kata mama menjelaskan.
" Oh iya, iya. Papa belum pernah ketemu sama dia. Kapan-kapan dia boleh diundang lagi makan disini." Lanjut papa nya yang membuat Alena kaget. Bagaimana bisa orang tuanya secepat itu menyukai Mexi. Tiba-tiba Alena teringat kejadian tadi siang saat Mexi mengantarnya pulang.
" Ma, kok mama bisa nelpon Mexi sih nyuruh anterin aku pulang? " tanya Alena bingung.
" Nelpon Mexi? Mama gak ada nelpon dia." Jawab mama nya lebih bingung.
" Lho, bukannya tadi siang mama nelpon dia buat minta anterin aku pulang? "
" Boro-boro nelpon, nomer hp nya aja mama gak tau."
" Lho... Kok mama gak tau sih? Apa jangan-jangan Mexi udah bohong? " bisik Alena dalam hati.
" Emang kenapa? " tanya Alfan curiga.
" Oh enggak. Enggak papa."
" Boong. Jangan-jangan tadi siang lo dianterin Mexi pulang lagi. Ngaku lo?" Kata Alfan menginterogasi. Alena tak bisa mengelak.
" I, i, iya... Soalnya Pak Wardiman gak bisa jemput tadi siang." Jawab Alena gugup.
" Oh iya mama lupa ngabarin kamu, sayang. Tadi siang berkas meeting mama ketinggalan. Jadi, mama nyuruh Pak Wardiman buat ngambilin ke rumah. Makanya dia gak bisa jemput kamu."
" Iya, Ma, Pak Wardiman udah bilang kok."
" Terus kamu dianterin Mexi? " tanya mama nya lagi. Alena mengangguk.
" Tuh kan... Mama bilang juga apa. Mexi itu anaknya baik, sopan, gentle lagi. Gak ada deh predikat anak bandel sepengelihatan mama." Kata mama nya lagi-lagi memuji Mexi. Alena hanya diam mendengar ucapan mama nya.
" Papa jadi penasaran sama yang namanya Mexi. Kapan-kapan kamu ajak main kesini ya, Al." Kata papa Alena gak mau ketinggalan.
" Iya, Pa, kalo niat." Balas Alena malas. Papa dan Mama nya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
RomanceKetika Alena & Mexi tak percaya yg namanya cinta krn keduanya pernah diselingkuhin pacar masing2, tiba-tiba mereka dipertemukan & saling jatuh cinta. Bersamaan dengan itu ada Amora yang hadir di tengah keduanya. Bukan hanya Amora, masa lalu Alena pu...