Part 49

1K 45 6
                                    

Seminggu kemudian...
Acara prom night yang ditunggu2 akhirnya tiba. Ini adalah malam perpisahan untuk anak kelas XII. Setelah selesai menjalani UN, mereka mengadakan acara syukuran dan perpisahan dengan guru dan adik-adik kelas. Semua panitia memang harus datang lebih awal untuk mempersiapkan semuanya, termasuk Alena dan Dion. Mereka sudah tiba di tempat acara pukul tujuh malam, sementara acara baru akan dimulai pukul delapan malam. Alena yang juga panitia dalam acara prom ini tampil sangat cantik. Dia menggunakan gaun berwarna merah selutut, ada balutan mutiara di bagian dada sampai pinggang, rambutnya di sanggul ke atas dan bagian poni di samping kiri dan kanan di kriwil sedikit dan dibiarkan menjulur ke bawah. Sebuah bandana merah menghiasi rambut Alena yang disanggul, membuatnya tampak seperti perempuan berkelas. Dion sebagai ketua OSIS dan salah satu siswa yang akan meninggalkan sekolah ini, juga terlihat begitu tampan. Dia menggunakan jas abu-abu dengan kaos dalam hitam. Rambutnya di tata rapi dan terlihat klimis. Semua siswi cewek sangat mengagumi Dion malam ini. Tapi itu terjadi sebelum kedatangan Mexi. Suara motor Mexi CS mengalahkan suara musik di dalam ruangan. Alena yang sedang membaca rundown acara menghentikan kegiatannya saat mendengar suara motor yang sangat ia kenal. Alena tersenyum dan berlari untuk menyambut kedatangan pangerannya. Mexi, Sean, Dafa dan Gio memarkirkan motornya tidak jauh dari pintu masuk. Siswi-siswi cewek berhamburan keluar menyambut kedatangan mereka. Teriakan histeris dan kagum dilontarkan oleh mereka, terutama yang mengagumi Mexi. Malam ini Mexi mengenakan jas hitam dengan kaos dalam berwarna putih, celana berwarna hitam, memakai sepatu kets dan rambut di tata rapi ke atas agar terlihat lebih santai dan tidak terlalu formal. Sean memakai jas hitam, Dafa berwarna krem, dan Gio berwarna abu seperti Dion. Mereka berempat berjalan menuju tempat acara diiringi tatapan dan suara bisikan dari para penggemar masing-masing. Mexi berjalan di atas red carpet bukan untuk menyapa para fansnya, atau tebar pesona dengan cewek-cewek yang meneriakinya. Tetapi hanya ingin mencari seorang perempuan yang ia rindukan. Perempuan yang tadi sore menolak ajakannya untuk dijemput dengan alasan dia harus datang lebih awal. Perempuan yang selama beberapa bulan terkahir ini mengisi hatinya yang sudah lama kosong. Perempuan yang sudah mengubah hidupnya yang gelap jadi berwarna kembali. Mata Mexi bergerak cepat mencari perempuan-nya itu diantara puluhan perempuan yang ada disana. Sampai akhirnya matanya berhenti pada seorang perempuan yang menggunakan gaun merah dan berdiri tak jauh darinya. Alena menunggu Mexi di ujung red carpet dengan senyuman yang membuat siapapun lelaki melihatnya akan jatuh hati. Mexi tersenyum melihatnya dan tanpa aba-aba langsung berjalan ke arah Alena. Dia berhenti tepat beberapa senti di depan Alena. Dia menatap wajah perempuan dihadapannya. Dia menatap matanya, hidungnya, pipinya, sampai bibirnya. Mexi menyukai semuanya, dia menyukai setiap inci dari wajah Alena.
" Jadi ini alasan gak mau dijemput?" Tanya Mexi membuka pembicaraan.
" Ya gitu deh. Gimana? Baguskan dekorasinya? " Alena bertanya balik. Mexi menoleh ke kiri dan kanan sambil mengangguk-angguk. Kemudian dia maju beberapa senti dan membisikkan sesuatu di telinga Alena...
" Kalah cantik sama perempuan ini." Bisik Mexi yang membuat Alena tersipu malu.
" Apaan sih? " balas Alena sambil memukul lengan Mexi.
" Hehehe... Aku bisa cemburu nih malam ini." Kata Mexi kembali ke posisinya.
" Kenapa? " dahi Alena berkerut.
" Pasti banyak cowok yang "menikmati" kecantikan kamu. Lagian udah dibilang jangan dandan cantik2, eh gak mau dengar." Protes Mexi.
" Siapa yang dandan cantik2? Orang ini cuma didandanin mama doank kok." Jawab Alena membela diri.
" Oh ya? Berarti mama kamu berbakat buka salon. Orang hasilnya luar biasa kayak gini." Puji Mexi sambil mencubit kedua pipi Alena.
" Aw... Sakit. Nanti pipi aku merah." Kata Alena sambil menepis tangan Mexi dari pipi chubbynya
" Biarin. Weekk! " balas Mexi sambil menjulurkan lidahnya.
" Ehm..." tiba-tiba Sean CS menghampiri mereka.
" Aduh, Mex, paham dikit napa sama yang jomblo gini? Jangan buat baper dah." Protes Sean yang melihat kemesraan Mexi dan Alena.
" Makanya cari pacar. Lagian punya kriteria cewek ribet banget, ya gak bakalan nemu." Balas Mexi meledek Sean.
" Bukan kriteria dia yang ribet, tapi emang cewek gak ada yang mau sama dia. Hahaha..." kata Dafa dan Gio.
" Eh, beberapa bulan yang lalu kan lo bawa cewek waktu ulang tahun Rocky di klub. Siapa tuh namanya? " tanya Mexi mengingat-ngingat.
" Sofie? " kata Sean cepat.
" Nah iya, itu. Kemana dia? " tanya Mexi lagi.
" Gue putusin, matre sih. Tiap hari minta beliin ini itu." Jawab Sean tanpa basa-basi.
" Hahaha... Udah lama jomblo, sekalinya dapet malah yang begituan. Hahaha..." ledek Dafa tertawa puas, diikuti oleh Mexi dan yang lainnya.
" Ketawa aja lo semua biar pada senang." Kata Sean sewot.
" Hmmffhh... Sorry, Se, becanda. Gue doain deh semoga lo nemu cewek yang baik dan nerima lo apa adanya." Kata Mexi menghibur Sean.
" Amiinn ya Allah..." teriak Sean dan yang lainnya serempak. Di samping Sean, ada Dafa yang menggandeng pacarnya Devi, anak sekolah lain. Alena sudah pernah dikenalkan sebelumnya pada Devi beberapa waktu lalu.
" Hai, Al..."
" Hai, Dev..."
" Al, Jeje mana? " tanya Gio celingak-celinguk mencari pacarnya.
" Ada tuh di dalam." Kata Alena sambil menunjuk ruang panitia.
" Guys, gue kesana dulu ya."
" Tau deh pasangan baru, lagi hangat2nya." Ledek Sean pada Gio baru jadian dengan Jeje dua minggu yang lalu.
" Hehehe... Gitu deh." Balas Gio cengengesan. Kemudian dia pergi meninggalkan teman2nya.
" Yaudah masuk yuk." Ajak Alena. Mexi dan yang lainnya mengangguk. Mexi menggenggam tangan Alena seolah tak mau Alena diambil oleh cowok mana pun. Alena hanya tersenyum saat melihat tangan Mexi meraih tangannya. Dia merasa nyaman dan terlindungi.
" Eh, kalian udah datang? " tanya Dion yang muncul menghampiri Mexi CS.
" Iya. Lo udah sehat beneran, Yon? " tanya Mexi mengingat Dion baru keluar dari rumah sakit tiga hari yang lalu.
" Yah, lumayanlah. Gue kan kuat! " kata Dion menghibur diri.
" Mck! Apaan sih lo? " balas Dafa memukul pelan lengan Dion.
" Hahaha..." mereka pun tertawa bersama.
" Kak, acara udah mau dimulai. Semua guru dan tamu undangan udah hadir." Bisik seorang cowok pada Dion.
" Oh, oke. Guys, kalian enjoy ya. Gue mau ngurus acara mau mulai." Kata Dion pada sahabat2nya.
" Oke." Balas Sean sambil mengacungkan jempol.
" Mex, gue pinjem bentar ya Alena lo. Kita mau pantau acara dari balik panggung." Pamit Dion.
" Tapi jangan lama2..." pesan Mexi yang membuat Sean geli.
" Ih, sok imut banget sih lo? " protes Sean.
" Biarin, namanya pacar gue."
" Hahaha... Iya. Gak bakal lama kok." Janji Dion tertawa geli.
" Aku kesana dulu ya." Kata Alena pada Mexi.
" Oke, aku tunggu disini." Kata Mexi mengisyaratkan Alena tak boleh lama-lama di balik panggung. Alena mengangguk, lalu pergi bersama Dion.
" Se, masa dari perempuan sebanyak ini gak ada yang menarik perhatian lo sih? Tuh adik kelas yang masih bening2 dan polos bertebaran dimana2..." kata Dafa menunjuk siswi kelas X yang duduk di depan.
" Bening? " protes Devi yang mendengar Dafa memuji cewek lain.
" Ups! Maaf, sayang, maksud aku bukan memuji mereka. Cuma ngasih tau Sean aja." Kata Dafa menutup mulutnya.
" Alah alesan doank itu, Dev. Pasti dia pengen ngecengin anak kelas X kalo lo gak ada." Kata Sean "memanasi" Devi.
" Se, apaan sih lo? " protes Dafa kesal.
" Hahaha... Lagian udah punya pacar masih aja lirikin cewek lain. Lo tiru tuh si Mexi, di mata dan otaknya cuma ada Alena, Alena dan Alena..." kata Sean menunjuk Mexi.
" Kok bawa-bawa gue sih? " kata Mexi tak ingin ikut campur.
" Tau nih si Sean gak jelas." Balas Dafa.
" Udah, gak usah berantem. Mending kita cari bangku biar kita bisa menikmati acara malam ini." Kata Devi menengahi perdebatan tiga cowok itu.
" Bener. Yaudah yuk, sayang." Ajak Dafa sambil menggandeng tangan Devi. Mexi dan Sean mengikuti dari belakang.
Pukul delapan malam teng acara dimulai. Sepasang host cewek dan cowok membuka acara dimulai dari ucapan syukur, beberapa tarian pembuka, kata sambutan dari kepala sekolah, mewakili tamu dan mewakili siswa kelas XII yang akan dilepas ke bangku kuliah yang diwakilkan oleh Dion. Begitulah rangkaian acara demi acara dilaksanakan dan berjalan dengan lancar. Setelah pembacaan doa, maka selanjutnya adalah acara salam2an antara guru dan siswa kelas XII yang akan lulus. Diikuti oleh peluk tangis yang membuatt suasana jadi haru biru. Siswa kelas X dan XI hanya memandang dari depan panggung. Tak sedikit yang ikut menangis melihat adegan di depan mereka. Setelah semua rangkaian acara terlaksana dengan baik, tibalah di acara bebas. Siapapun yang ingin bernyanyi diperbolehkan untuk menyumbangkan suaranya. Alunan musik diiringi oleh disc jokey membuat suasana jadi lebih meriah. Hampir semua ikut bergoyang dan berdansa mengikuti irama yang diputar sang DJ. Mexi yang menyadari acara sudah selesai langsung ke belakang panggung mencari Alena. Dia melihat Alena sedang berbicara dengan panitia yang lain sambil memegang selembar kertas. Dia seperti memberi instruksi pada seseorang.
" Hai." Sapa Mexi dari belakang Alena sambil melingkarkan tangannya di pinggang Alena.
" Eh, Mex..." kata Alena kaget menyadari ada orang yang memegang pinggangnya. Tapi saat dia melihat itu Mexi, Alena membiarkannya.
" Udah siap? "
" Udah. Nih, jangan lupa semua yang aku bilang tadi ya." Kata Alena sambil memberikan kertas di tangannya pada salah seorang panitia cowok.
" Iya, Kak." Kata cowok itu kemudian berlalu pergi.
" Kamu kenapa kesini? " tanya Alena membalikkan badan agar bisa berhadapan dengan Mexi.
" Nyariin kamu." Jawab Mexi singkat.
" Udah makan? "
" Belum."
" Kok belum? "
" Lihatin kamu aja udah kenyang." Bisik Mexi sambil tersenyum.
" Mulai deh..." gumam Alena yang paham dengan keusilan Mexi ini.
" Yaudah kita ke depan yuk." Ajak Alena. Mexi mengangguk dan mengikuti Alena dari belakang. Begitu tiba di depan panggung, mereka mencari Sean dan yang lainnya. Musik yang tadinya ngebeat mendadak jadi mellow.
" Oke buat kalian semua yang datang bersama pasangannya malam ini, gandeng tangannya atau letakkan tangan kalian di pinggangnya dan ikuti alunan musik. Silakan berdansa untuk membuat suasana malam ini semakin romantis..." kata DJ dari atas panggung.
" Wuuuuu....." teriak semua siswa bahagia sambil bertepuk tangan.
" Dance? " tanya Mexi sambil mengulurkan tangannya pada Alena.
" Aku lupa..." Jawab Alena jujur. Mexi pernah mengajarinnya dansa waktu di klub saat ulang tahun Rocky beberapa bulan yang lalu. Itu adalah pertama dan terakhir kalinya Alena berdansa. Wajar saja dia lupa bagaimana caranya.
" Nanti aku ajarin." Kata Mexi membujuk Alena. Walaupun ragu, akhirnya Alena menyambut uluran tangan Mexi. Mexi menarik Alena mendekat ke arahnya, dia melingkarkan tangan kirinya di pinggang Alena, meletakkan tangan kanan Alena di bahunya, dan tangan kanannya memegang tangan kiri Alena.
" Sekarang jalan ke kiri dan kanan pelan-pelan..." kata Mexi mulai mengajari Alena cara berdansa. Alena menurut. Dan berhasil! Alena mampu mengikuti gerakan Mexi. Mereka larut dalam alunan musik yang diputar sang DJ. Kemudian Mexi mengganti posisi tangan Alena dilingkarkan ke lehernya, sementara kedua tangannya dilingkarkan di pinggang Alena. Dengan begini, Mexi bisa menatap Alena lebih dekat.
" Aku lupa bilang..." kata Mexi membuka pembicaraan.
" Apa? "
" Kamu cantik..." puji Mexi yang membuat Alena tersipu malu.
" Makasih..."
" Tidak ada..."
" Kata terima kasih untuk cinta..." sambar Alena sebelum Mexi menyelesaikan kalimatnya.
" Hehehe... iya." Balas Mexi cengengesan. Kemudian hening.
" Al..." panggil Mexi beberapa detik kemudian.
" Hm? "
" Kamu tahu gak kalo setiap orang yang dihadirkan Allah di hidup kita pasti punya tujuan masing2? " tanya Mexi yang membuat Alena bingung.
" Maksudnya? "
" Iya. Kayak Tante Tiara yang datang dalam hidup papaku setelah mama meninggal. Dulu beberapa saat setelah kepergian mama, papa cuma murung dan mengurung diri di kamar. Tapi setelah bertemu dengan Tante Tiara, ternyata itu membuat hidupnya lebih baik." Kata Mexi menjelaskan. Alena hanya diam dan menunggu Mexi melanjutkan kalimatnya.
" Sama kayak kamu yang hadir di hidup aku dan membuat semuanya jauh lebih baik. Setelah kepergian mama, aku cuma anak bandel yang gak punya tujuan hidup. Tiap hari berantem, cabut sekolah, merokok, nongkrong di klub sampe subuh, dan menjadi monster yang ditakuti orang2. Aku seperti kehilangan separuh hidupku tanpa kehadiran mama. Sampai akhirnya hari itu tiba..."
" Hari apa? "
" Hari dimana aku nyelamatin seorang cewek yang nyebrang sembarangan sampai hampir ditabrak mobil..." kata Mexi mengingat perkenalannya dengan Alena. Alena menundukkan wajah malu mendengarnya. Dia memang sangat ceroboh saat itu.
" Dan aku narik syal ini buat membalut tangan aku yang berdarah..." kata Mexi sambil mengeluarkan sebuah syal dari saku celananya.
" Titania Alena Kadafi..." kata Mexi membaca nama yang di rajut kecil di tepinya.
" Syal aku... Masih kamu simpen? " tanya Alena kaget
" Tadinya sih mau dibuang, cuma sayang kayaknya harga mahal." Kata Mexi menggoda Alena.
" Yeee...Enak aja!! " sambar Alena sambil memegang syalnya.
" Mulai sekarang ini jadi milik aku." Kata Mexi tanpa basa-basi.
" Kok gitu? "
" Kan udah jd bekas balut luka aku kemarin."
" Bilang aja kamu emang mau."
" Iya. Hehehe..."
" Yaudah boleh. Tapi dijaga ya, jangan sampe hilang. Awas lho! " ancam Alena.
" Kayaknya berarti banget nih syal. Dari siapa sih? Mantan kamu? Bian?" Tanya Mexi curiga.
" Iih, apaan sih bawa2 mantan? Itu aku beli sendiri waktu liburan ke Bandung tempat Eyang dulu."
" Oh... Terus namanya? "
" Eyang yang buatin. Eyang kan emang suka merajut."
" Hmmm... Gitu. Aku pengen ketemu Eyang kamu."
" Hah? Buat apa? "
" Buat bilang makasih karena udh merajut nama kamu disini. Jadi aku bisa tau nama kamu pas pertama kali kita kenal."
" Apaan sih? Ngaco banget! "
" Hehehe..."
" Al... Makasih ya buat semuanya. Walaupun aku selalu bilang "tidak ada kata terima kasih unruk cinta", tapi kali ini aku bener2 mau berterima kasih sama kamu." Kata Mexi setelah memasukkan syal itu kembali ke saku celananya.
" Untuk? "
" Semuanya... Karena kamu, aku baikan sama papa setelah beberapa tahun hubungan kami renggang. Karena kamu, aku baikan sama Bian dan Tante Tiara. Karena kamu, aku baikan sama Dion. Dan karena kamu, aku bisa melewati semuanya dengan mudah. Karena kamu, yang aku mau..." kata Mexi sambil memegang kedua pipi Alena dengan tanggannya. Alena tersenyum mendengarnya.
" Bukan karena aku, tapi karena kamu... Adalah kamu. Kamu adalah Mexi yang aku kenal baik, suka membantu siapapun, yang sayang banget sama papanya, yang selalu kuat dan gak takut menghadapi kenyataan bahwa dunia memang kadang gak adil. Aku banyak belajar dari kamu, Mex. Belajar bagaimana jadi anak yang kuat tanpa sosok seorang ibu, menjadi anak yang gak pernah takut menghadapi apapun termasuk dikeroyok genk motor, dan aku belajar belajar bagaimana mencintai seseorang dengan tulus seperti kamu mencintai aku..." kata Alena yang membuat Mexi terharu. Dia tidak menyangka bahwa dia seberarti itu bagi seorang Alena. Mexi memeluk Alena saking bahagianya. Dia sudah lama tidak merasakan kebahagiaan seperti malam ini. Rasanya ingin menghentikan waktu agar momen ini tidak pernah berakhir.
" Aku sayang sama kamu..." bisik Mexi saat memeluk Alena.
" Aku juga sayang sama kamu..." balas Alena sambil menguatkan pelukannya. Mereka hanyut dalam perasaan masing2. Mexi memejamkan matanya saking nyamannya memeluk Alena. Dia meletakkan dagunya di pundak Alena.
" Woiii! " teriak Gio dan Jeje yang tiba2 datang merusak momen romantis itu.
" Ngerusak aja lo! " protes Mexi kesal karena harus melepaskan pelukannya.
" Lagian pelukan di tempat rame kayak gini. Hargain donk orang yang jomblo." Ledek Gio.
" Ah, gak asik lo!! Eh, new couple ciye ciye nih... Traktiran donk." Ledek Mexi pada Gio dan Jeje yang baru resmi jadian dua minggu yang lalu.
" Gampanglah, nanti diatur. Mana yang lain? " tanya Gio.
" Tauk nih. Pada mencar semua." Balas Mexi sambil celingak celinguk.
" Kita disini..." tiba-tiba Dafa muncul bersama Devi, Sean dan Dion.
" Nah ini dia." Kata Mexi melihat kedatangan teman2nya.
" Gimana, Se? Udah dapat pacar?" Tanya Dafa pada Sean.
" Ada, tuh! " kata Sean menunjuk seorang cewek berambut pendek yang mengenakan gaun biru.
" Baru kenalan." Lanjut Sean lagi.
" Hmmm... Lumayan." Kata Dafa memberi nilai.
" Kalo lo, Yon? " tanya Gio pada Dion.
" Tadinya sih mau dia, tapi udah ada yg punya. Hahaha..." canda Dion menunjuk Alena.
" Hahaha..." Mexi dan yang lainnya pun ikut tertawa.
" Gaklah, gue masih nyaman sendiri. Kalo urusan cewek, nanti di bangku kuliah pasti ketemu." Kata Dion optimis.
" Bener, bener. Eh, lo mau kuliah dimana? " tanya Sean.
" Rencananya sih di UI, mau ambil jurusan Ekonomi."
" Weiittsss... Ngeri banget. UI gitu lho!" Ledek Sean.
" Ya namanya kan cita2 boleh, Se."
" Boleh donk, bro. Kita dukung lo seratua persen. Ya gak? " tanya Sean pada yg lain.
" Yoiii, broooo..." jawab yang lain serempak.
" Hahahaha..." mereka pun tertawa bersama menikmati indahnya malam itu.
Mexi CS akhirnya bisa berkumpul kembali seperti tiga tahun yang lalu, sebelum perselisihan antara Mexi dan Dion terjadi. Hubungan Mexi dan papanya juga kembali baik setelah beberapa bulan mereka selalu bertengkar. Mexi juga sudah bisa menerima Tante Tiara sebagai ibu sambungnya. Hubungan Alena dan mantannya, Bian, juga baik setelah kepulangan Bian ke Bandung. Alena dan Mexi akhirnya bisa bersatu setelah Amora melepaskan Mexi dan pergi ke Jerman untuk kemoterapi. Kabar terakhir yang di dengar Mexi dan Alena adalah bahwa Amora sudah meninggal dua minggu yang lalu setelah melakukan kemo di Jerman. Mexi CS dan Alena datang ke pemakaman Amora sebagai penghormatan terakhir pada sahabat mereka itu.
" Amora... Terima kasih sudah mengajarkanku arti perjuangan hidup. Kamu orang baik, semoga kamu tenang disisi-Nya." Gumam Mexi dalam hati di makam Amora.
" Amora... Terima kasih telah mengembalikan Mexi padaku. Semoga kamu bahagia disana. Tenanglah dalam tidur panjangmu, sahabat...." gumam Alena dalam hati di makam Amora.
Bagaimana pun, Amora pernah ada dalam kehidupan mereka.
Setelah selesai pemakaman, Mexi menggandeng tangan Alena saat berjalan pulang menuju parkir, diikuti oleh Dion dan yang lainnya.

***

END

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang