Sorryyyy... Punten... Lama gak update sampai lupa jalan ceritanya 😂
Kali ini saya akan melanjutkan cerita yang sederhana ini agar bisa memuaskan para pembaca & tidak meneror saya lagi gimana endingnya, walaupun akan update pelan2 lagi yaa 😅
Happy reading guys, enjooyyy!!! ❤Mexi mengantarkan Alena pulang dengan mobil sport nya. Malam ini hujan turun rintik-rintik membuat udara semakin dingin. Alena menatap lurus ke jalanan di depannya.
" Kok diam aja? " tanya Mexi membuka pembicaraan.
" Hm? Enggak, gak papa..." jawab Alena sedikit kaget. Mexi menatap Alena curiga. Kemudian dia menarik satu tangan Alena dan menggenggamnya.
" Ada yang kamu pikirin? " tanya Mexi lagi.
" Eng, enggak..." jawab Alena sambil cengengesan.
" Jangan bohong, dosa. Kamu gak takut? " tanya Mexi lagi.
" Apaan sih? " balas Alena sambil tersenyum mendengar candaan Mexi.
" Kamu mikirin apa? " tanya Mexi masih tak percaya bahwa Alena baik-baik saja.
" Hmmm... Aku kepikiran Kak Dion." Jawab Alena sambil mengigit bibirnya.
" Oh... Aku kira kepikiran Bian." Balas Mexi menggoda.
" Meexxx... Aku seriuusss..."
" Jangan serius-serius bangetlah. Sesekali hidup perlu becandaan."
" Ih... Apaan sih? "
" Hehehe... Emang kenapa kamu mikirin Dion? " tanya Mexi mulai serius.
" Aku gak nyangka dia bisa ngelakuin hal gila kayak di lab fisika itu..."
" Orang kalo udah marah bisa ngelakuin segalanya, Al..."
" Marah? Emang kenapa dia marah? "
" Ya marahlah karena kamu nolak cintanya mulu."
" Ya tapi aku gak nyangka aja dia bisa ngelakuin hal kayak gitu. Padahal selama ini aku lihat dia anak yang baik." Kata Alena tetap bersikeras dengan pendapatnya.
" Ya namanya juga manusia. Bisa berubah dalam hitungan detik." Balas Mexi tak mau memperpanjang perdebatan itu.
" Hmmm... Mex..." gumam Alena ragu.
" Ya? "
" Aku boleh minta sesuatu gak? " tanya Alena sambil melirik ke arah Mexi.
" Buat apa minta, semuanya punya kamu." Jawab Mexi menggombal.
" Serius..." balas Alena yang geli mendengar gombalan Mexi itu.
" Hahaha... Oke, oke. Mau minta apa?" Tanya Mexi mencoba serius.
" Hmmm..." Alena menggumam ragu. Mexi menunggu lanjutan kalimat Alena dengan sabar.
" Euummm... Besok kalo Bian pergi, aku boleh ikut ke rumah kamu? " Tanya Alena berhati-hati. Dia takut Mexi akan marah mendengarnya.
" Boleh." Jawab Mexi cepat.
" Ha? Serius? "
" Iya."
" Kamu gak marah? "
" Enggak. Kenapa harus marah? "
" Soalnya kamu sama Bian kan..."
" Itu kan dulu waktu dia masih gencar ngejar-ngejar kamu. Sekarang kan udah enggak, jadi ya gak papa..."
" Beneran? "
" Iya..."
" Haaahhh..." Alena menghela nafas lega.
" Makasih ya, Sayang..." lanjut Alena lagi sambil mencubit pipi Mexi.
" Apa? Kamu bilang apa tadi? "
" Yang mana? "
" Yang terakhir."
" Makasih."
" Terus? "
" Terus apa? "
" Makasih apa? Kan tadi ada lanjutannya." Protes Mexi mulai kesal.
" Enggak, gak ada." Jawab Alena santai.
" Ah, kamu gak asik ah..."
" Hahaha... Sayang... Aku bilang makasih ya, Sayang..." kata Alena tertawa geli melihat sikap ngambek Mexi. Mexi langsung tersenyum mendengarnya.
" Coba aja tiap hari kamu manggil aku sayang."
" Enggak ah, gak asik." Tolak Alena cepat.
" Kenapa? "
" Kalo sering-sering nanti kata "sayang" nya gak spesial lagi di dengar. Jadi biasa aja..."
" Hmmm... Gitu ya? "
" Iya."
" Yaudah... Terserah kamu aja."
" Hehehe..." kata Alena cengengesan.***
" Om, Tante, maaf aku bawa Alena pulang telat." Kata Mexi di hadapan kedua orang tua Alena. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Mereka sedang berada di teras rumah.
" Memang tadi dari mana? " tanya Papa Alena ingin tahu.
" Dari rumah, Om." Jawab Mexi jujur.
" Oh. Yaudah gak papa. Tadi Alena juga udah nelpon Om kok."
" Iya. Kalo gitu aku balik dulu ya Om, Tante. Assalamualaikum."
" Walaikumsalam."
Mexi pamit setelah menyalam tangan kedua orang tua Alena. Dia menyalakan mobil dan melaju meninggalkan rumah Alena diikuti oleh tatapan Alena dan kedua orang tuanya. Setelah Mexi menghilang dari pandangan, barulah Alena dan kedua orang tuanya masuk ke dalam rumah.***
Keesokan harinya di sekolah...
Alena berjalan melewati koridor menuju kelasnya. Dia baru saja tiba di sekolah. Tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya.
" Al..."
Alena berhenti dan menoleh ke belakang.
" Kak Dion? " gumam Alena kaget saat melihat Dion yang sedang berjalan ke arahnya. Sesungguhnya dia masih agak trauma dengan Dion setelah kejadian di lab fisika kemarin.
" Kok kakak disini? Kan kakak lagi di skors? " tanya Alena bingung melihat kedatangan Dion hari ini ke sekolah. Dion dan Mexi sedang di skors untuk tiga hari ke depan.
" Aku mau ngerjain persiapan prom night minggu depan. Di skors kan cuma untuk mengikutin pelajaran doank. Untuk kegiatan OSIS aku tetap masuk donk. Oh iya, nanti pas jam istirahat kita ada rapat ya buat acara prom." Kata Dion tanpa basa-basi. Minggu depan adalah malam prom night untuk anak kelas XII.
" Oke. Daahhh..." kata Dion sambil berlalu pergi. Alena tak menyahut. Dia masih kaget dengan sikap Dion itu.
" I, i, iya..." Jawab Alena gugup.
" Itu anak sarapan apa ya pagi ini? " tiba-tiba Dafa muncul menghampiri Alena yg masih terpaku.
" Eh, Dafa..." sahut Alena tersadar dari lamunannya.
" Dia ganggu lo lagi? " tanya Dafa memastikan karena dia tidak mendengar ucapan Dion dari awal.
" Enggak. Dia cuma ngingetin ada rapat OSIS di jam istirahat nanti."
" Oh, baguslah kalo gitu."
" Lo sendirian? Sean sama Gio mana? " tanya Alena celingak celinguk karena biasanya mereka selalu datang berbarengan.
" Belum datang. Hari ini jadwal piket gue buat jagain lo." Jawab Dafa sambil menggaruk pelipis matanya yang tidak gatal.
" Jadwal piket jagain gue?? " tanya Alena tak mengerti.
" Iya. Disuruh pacar lo." Jawab Dafa to the point.
" Mexi? "
" Iyalah, siapa lagi? "
" Kok bisa? "
" Dia takut itu anak curut gangguin lo lagi selama dia di skors. Dan kita udah tau kalo dia pasti datang hari ini untuk rapat OSIS walaupun lagi di skors." Jawab Dafa menjelaskan.
" Kok tau? "
" Dari wakil ketua OSIS. Hahaha..." kata Dafa tertawa bangga. Ternyata Mexi sudah membaca semua situasi di sekolah selama dia di skors.
" Yaudah, gue cabut dulu ya. Kalo ada apa-apa kabarin aja gue." Kata Dafa pamit. Alena yang masih bingung hanya mengangguk. Dia langsung mengambil hp di saku bajunya.
" Halo." Sapa seseorang dari seberang.
" Mex, kamu apa-apaan sih? Kenapa kamu suruh Dafa dan yang lainnya buat jagain aku di sekolah? " tanya Alena tanpa basa basi.
" Hei, sabar donk. Masih pagi jangan marah-marah, nanti kena stroke." Jawab Mexi santai menanggapi kemarahan Alena. Alena menarik nafas panjang mencoba untuk tenang.
" Udah bisa diajak bicara? " tanya Mexi mendengar desahan nafas Alena dari telepon.
" Udah." Jawab Alena mulai tenang.
" Nah, gitu kan enak... Aku emang sengaja nyuruh teman-temanku buat jagain kamu selama aku di skors karena aku gak mau si Dion ngelakuin hal menjijikkan kayak kemarin lagi sama kamu. Aku tau dia bakal tetap datang ke sekolah buat ngurusin OSISnya walaupun lagi di skors. Aku bukan mau membuat kamu gak nyaman, cuma aku jaga-jaga aja biar kamu aman." Kata Mexi menjelaskan. Sesaat Alena mulai mengerti niat baik Mexi. Bagaimana pun juga itu demi keselamatan dirinya. Andai sesuatu terjadi padanya dan Mexi tidak ada di sekolah, ada Dafa dan yang lainnya yang akan menolongnya.
" Halo..." sapa Mexi karena tidak ada jawaban dari Alena.
" Ya ha, ha, halo..." sahut Alena tersadar dari lamunannya.
" Kirain nangis." Balas Mexi yang membuat dahi Alena berkerut.
" Nangis kenapa? "
" Terharu dengan perhatian aku. Hahaha..." kata Mexi tertawa puas. Dia sedang menggoda Alena. Alena pun tersenyum mendengarnya .
" Enggak tuh."
" Yah sayang banget. Padahal aku berharap kamu terharu dengan perhatian aku."
" GR banget sih? "
" Biarin."
" Mex..."
" Ya? "
" Makasih ya."
" Makasih buat apa? "
" Buat semua yang udah kamu lakuin untuk aku." Kata Alena mulai melow.
" Aku gak ngelakuin apa-apa. Aku cuma ngejaga apa yang menurut aku berharga." Jawab Mexi yang membuat Alena semakin tersanjung.
" Gombal banget sih? "
" Kok gombal? Itu tulus dari hati aku lho."
" Oh ya? Masa? "
" Yaudah kalo gak percaya."
" Hehehe... Iya percaya. Yaudah aku masuk kelas dulu ya."
" Yaudah. Belajar yang rajin ya, Nak." Kata Mexi menggoda Alena lagi.
" Oke, Pak." Balas Alena balik menggoda. Kemudian telepon terputus dan Alena berjalan menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
RomanceKetika Alena & Mexi tak percaya yg namanya cinta krn keduanya pernah diselingkuhin pacar masing2, tiba-tiba mereka dipertemukan & saling jatuh cinta. Bersamaan dengan itu ada Amora yang hadir di tengah keduanya. Bukan hanya Amora, masa lalu Alena pu...